Friday, January 20, 2017

Apa Itu Coaching? [Perbedaannya Dari Yang Lain]

[vc_row][vc_column css=”.vc_custom_1557478718593{margin-bottom: 30px !important;}”][vc_single_image source=”featured_image” img_size=”full”][/vc_column][/vc_row][vc_row][vc_column width=”1/2″ css=”.vc_custom_1557483177264{margin-bottom: 30px !important;}”][vc_column_text]Tren coaching kian bertumbuh tahun demi tahun. Semakin banyak pemilik bisnis menyadari manfaat besar yang bisa didapat dari aktivitas coaching.


Semakin banyak demand, semakin banyak supply.


Banyak orang yang mengklaim dirinya ialah seorang business coach. Namun tidak sedikit jumlah pemilih bisnis yang kecewa terhadap hasilnya.


Jadinya ada sebagian yang menganggap coaching ini hal yang tidak bermanfaat. Yang lebih mengkhawatirkan, ada yang menganggap coaching ialah bisnis “menjual ludah”.


Jika benar demikian, mengapa seorang CEO perusahaan kelas dunia ibarat Bill Gates dan Eric Schmidt menyampaikan setiap orang membutuhkan coach?[/vc_column_text][/vc_column][vc_column width=”1/2″ css=”.vc_custom_1557483183070{margin-bottom: 30px !important;}”][vc_column_text]Pembahasan tentang coaching dalam artikel ini dibagi menjadi beberapa bab biar para pembaca bisa mendapat pengertian yang sebenarnya.



  1. Definisi Coaching

  2. Prinsip Coaching

  3. Syarat Menjadi Seorang Coach

  4. Perbedaan Coaching Dari Yang Lainnya

  5. Definisi Mentoring

  6. Definisi Consulting

  7. Mana Yang Cocok Untuk Bisnis Saya?

  8. Mengapa Kombinasi Coaching-Mentoring?

  9. Apa Tanda-tanda Kita Membutuhkan Seorang Coach?

  10. Seberapa Besar Tingkat Keberhasilan Coaching?

  11. Mau Ikut Coaching, Mulai Dari Mana?


[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row][vc_row el_id=”coaching”][vc_column][vc_custom_heading text=”Definisi Coaching” use_theme_fonts=”yes”][vc_row_inner][vc_column_inner width=”1/2″ css=”.vc_custom_1557479207975{margin-bottom: 30px !important;}”][vc_single_image image=”3360″ img_size=”full”][/vc_column_inner][vc_column_inner width=”1/2″ css=”.vc_custom_1557479203258{margin-bottom: 30px !important;}”][vc_column_text]Coaching ialah sebuah kata dalam bahasa Inggris. Menurut kamus Merriam-Webster, arti dari coaching ialah “to instruct, to direct or to train intensively“, yang artinya memperlihatkan instruksi, bimbingan ataupun training intensif.


Perlu diperhatikan bahwa “menjalankan” tidak termasuk dalam definisi coaching.


Sebagian orang salah paham ihwal hal ini. Mereka beranggapan bahwa proses coaching akan membantu mereka untuk menjalankan bisnisnya.


Padahal bahwasanya business coaching itu ialah proses yang membantu pelaku bisnis mencapai gol bisnis yang diingikan melalui bimbingan, aba-aba dan juga pelatihan.


Dalam proses coaching, ada seorang instruktur yang biasa disebut coach, dan juga ada orang yang dilatih yang biasa disebut coachee.


Pada umumnya, coachee ialah para pemilik bisnis. Namun dalam perusahaan besar, para leader dan eksekutif juga membutuhkan seorang coach.[/vc_column_text][/vc_column_inner][/vc_row_inner][/vc_column][/vc_row][vc_row el_id=”prinsip-coaching”][vc_column][vc_custom_heading text=”Prinsip Coaching” use_theme_fonts=”yes”][vc_row_inner][vc_column_inner width=”1/2″ css=”.vc_custom_1557479207975{margin-bottom: 30px !important;}”][vc_column_text]Coachee bertanggung jawab 100% atas kesuksesan dalam mencapai golnya. Seorang coach hanya membantu biar si coachee bisa lebih efektif dan efisien dalam proses mencapainya.


Teknik utama yang paling sering digunakan dalam coaching ialah questioning, yaitu bertanya.


Melalui pertanyaan-pertanyaan, seorang coach akan membantu coachee dalam menggali potensi yang ada pada dirinya sendiri.


1. Penentuan Gol


Pada awalnya si coachee akan dibimbing untuk mengetahui apa yang “sebenarnya” ingin mereka capai.


“Menjadi lebih kaya” bukanlah alasan sebenarnya. “Menjadi lebih kaya biar keluarganya tidak perlu hidup susah ibarat apa beliau rasakan ketika masa kecil”, ini ialah alasan “sebenarnya”.


Dengan alasan yang kuat, seseorang akan lebih terpicu untuk mencapai golnya. Alasan yang besar lengan berkuasa ialah sebuah pondasi kokoh untuk proses-proses berikutnya.


2. Perencanaan Strategi


Kemudian seorang coach akan membantu coachee dalam menyusun taktik untuk mencapai golnya.


Banyak jalan menuju Roma. Banyak cara untuk mencapai sebuah gol.


Coach tidak akan mengajarkan strateginya untuk mencapai gol yang ingin dicapai oleh si coachee begitu saja.


Coach bertugas untuk membantu si coachee untuk menemukan taktik yang paling sesuai untuk diri mereka sendiri. Jawabannya bahwasanya sudah ada dalam diri si coachee, hanya saja masih perlu digali.


Dengan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing, si coach akan membantu si coachee dalam proses menggali tanggapan yang ada dalam diri mereka. Kemudian dilanjutkan dengan memvalidasi tanggapan tersebut apakah masuk akal.[/vc_column_text][/vc_column_inner][vc_column_inner width=”1/2″ css=”.vc_custom_1557479203258{margin-bottom: 30px !important;}”][vc_single_image image=”3363″ img_size=”full”][vc_column_text]


3. Monitoring


Dan selanjutnya, kiprah seorang coach ialah memastikan si coachee menjalankan apa yang telah direncanakan, dan tidak keluar dari jalur.


Si coachee akan diminta untuk menciptakan sebuah komitmen. Salah satu teknik yang sering digunakan ialah dengan memilih rewards & consequences.


Si coachee akan menghadiahi dirinya sendiri jikalau berhasil, namun juga harus menjalankan konsekuensi jikalau gagal dalam melakukan sebuah tugas.


4. Kompeten & Mandiri


Mengapa proses coaching banyak memakai teknik bertanya? Kenapa tidak pribadi diberitahukan saja caranya?


Tujuan dari aktivitas coaching ialah biar si coachee bisa tumbuh dan berubah menjadi individu yang lebih berkompeten, berdikari tanpa ada ketergantungan terhadap si coach kedepannya.[/vc_column_text][/vc_column_inner][/vc_row_inner][/vc_column][/vc_row][vc_row el_id=”syarat”][vc_column][vc_custom_heading text=”Syarat Menjadi Seorang Coach” use_theme_fonts=”yes”][vc_row_inner][vc_column_inner width=”1/2″ css=”.vc_custom_1557479207975{margin-bottom: 30px !important;}”][vc_single_image image=”3373″ img_size=”full”][vc_column_text]Tidak gampang untuk menjadi seorang coach. Kita kini berbicara ihwal seorang business coach yang sebenarnya.


Seorang business coach wajib mempunyai pengalaman yang cukup banyak dalam menjalankan bisnis.


Apa ukurannya?


1. Level Direktur


Di GLC, setiap coach wajib mempunyai pengalaman minimal 10 tahun dalam menjalankan bisnis dan telah mencapai posisi minimal level direktur.


Menurut kami, posisi level senior manager belum cukup. Untuk menjalankan sebuah bisnis, tidak bisa hanya mengandalkan kemampuan manajerial.


Seorang manajer keuangan belum tentu bisa memperlihatkan bimbingan yang maksimal di bab lainnya, teladan SDM, operasional atau marketing.


Seorang business coach dituntut untuk mengerti dan sudah pernah menjalankan segala aspek bisnis.[/vc_column_text][/vc_column_inner][vc_column_inner width=”1/2″ css=”.vc_custom_1557479203258{margin-bottom: 30px !important;}”][vc_column_text]


2. Network


Sebagai pelaku bisnis yang mempunyai pengalaman panjang dalam menjalankan bisnis, seorang coach niscaya mempunyai network yang sangat luas.


Kami juga percaya bahwa untuk cepat bertumbuh menjadi besar, diharapkan kerjasama atau kerja sama dengan para expert.


Dalam GLC, kami menganggap para coach dan coachee sebagai satu keluarga besar. Tidak jarang seorang coach akan memperlihatkan susukan ke network yang mereka miliki kepada si coachee.


Melihat si coachee bisa sukses mencapai golnya merupakan sebuah pujian besar bagi seorang coach.


3. Training


Calon business coach yang telah memenuhi dua kriteria di atas kemudian akan mengikuti sebuah training intensif di GLC selama 9 hari.


Training ini untuk memastikan semua coach di GLC menjalankan aktivitas coaching dengan standar kualitas tertinggi dan juga mengerti kultur kekeluargaan dalam ekosistem GLC.[/vc_column_text][/vc_column_inner][/vc_row_inner][/vc_column][/vc_row][vc_row el_id=”perbedaan”][vc_column][vc_custom_heading text=”Perbedaan Coaching Dari Yang Lainnya” use_theme_fonts=”yes”][vc_row_inner][vc_column_inner css=”.vc_custom_1557479207975{margin-bottom: 30px !important;}”][vc_column_text]Masih banyak orang yang salah mengartikan coaching, mentoring dan consulting. Ini dianggap 3 hal yang sama, hanya sebutannya yang berbeda.


Memang benar seorang business coach, mentor ataupun consultant ialah mereka yang mengerti ihwal menjalankan bisnis. Namun ada perbedaan yang terperinci di antara ketiganya.


Melalui coaching, hasil yang diperoleh lebih permanen dan si coachee menjadi individu yang lebih kompeten dan mandiri. Memang prosesnya memakan waktu yang tidak singkat.


Melalui mentoring, proses untuk mencapai gol menjadi lebih singkat. Namun si mentee masih mempunyai rasa ketergantungan terhadap si mentor.


Melalui consulting, hasilnya bahkan lebih cepat daripada mentoring. Namun ketergantungan terhadap consultant sangat tinggi, alasannya ialah semuanya dilakukan oleh consultant.


Mari kita bahas lebih lanjut ihwal mentoring dan consulting biar lebih terperinci lagi.[/vc_column_text][/vc_column_inner][/vc_row_inner][/vc_column][/vc_row][vc_row el_id=”mentoring”][vc_column][vc_custom_heading text=”Definisi Mentoring” use_theme_fonts=”yes”][vc_row_inner][vc_column_inner width=”1/2″ css=”.vc_custom_1557479207975{margin-bottom: 30px !important;}”][vc_column_text]


Menurut kamus Merriam-Webster, definisi dari mentoring ini ialah “to counsel, to tutor“. Kaprikornus mentoring itu bisa diartikan ibarat “mengajar”.


Dalam proses mentoring, ada seorang guru yang biasa disebut mentor, dan juga seorang murid yang biasa disebut mentee.


Seorang mentor mempunyai pengetahuan spesialisasi terhadap satu bidang tertentu atau lebih, contohnya keuangan, SDM, operasional, dan lain sebagainya.


Dalam proses mentoring, si mentor pribadi memperlihatkan petunjuk-petunjuk kepada si mentee ihwal apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki suatu dilema atau mencapai tujuan tertentu.


Petunjuk dari si mentor ialah menurut skill dan pengalaman yang beliau miliki. Kaprikornus si mentee tidak perlu lagi menghabiskan waktu untuk mencari jawabannya sendiri.


Si mentee cukup menjalankan apa yang diinstruksikan. Memang pada akhirnya, hasil yang diperoleh masih bergantung pada sanksi si mentee.


Efek sampingnya adalah, ada kemungkinan si mentee tidak mengerti apa yang dijalankan, walaupun hal tersebut sudah tepat. Sehingga, ilmu yang didapatkan tidak bersifat permanen.


Si mentee masih membutuhkan petunjuk dari si mentor apabila kedepannya muncul tantangan yang sama lagi.[/vc_column_text][/vc_column_inner][vc_column_inner width=”1/2″ css=”.vc_custom_1557479203258{margin-bottom: 30px !important;}”][vc_single_image image=”3375″ img_size=”full”][/vc_column_inner][/vc_row_inner][/vc_column][/vc_row][vc_row el_id=”consulting”][vc_column][vc_custom_heading text=”Definisi Consulting” use_theme_fonts=”yes”][vc_row_inner][vc_column_inner width=”1/2″ css=”.vc_custom_1557479207975{margin-bottom: 30px !important;}”][vc_column_text]


Menurut kamus Merriam-Webster, definisi dari consulting ini ialah “to provide professional or expert advice“. Kaprikornus consulting itu bisa diartikan ibarat “memberi nasihat”.


Seorang consultant mempunyai pengetahuan spesialisasi terhadap bidang tertentu. Mengerti menjalankan bisnis secara keseluruhan tidaklah perlu.


Contohnya seorang consultant pajak sangat mengerti ihwal perpajakan. Seorang consultant SDM sangat mengerti ihwal personalia.


Ketika pemilik bisnis menghadapi sebuah tantangan di bab perpajakan, maka mereka bisa mencari tunjangan consultant pajak untuk mendapat hikmah atau masukkan dari mereka.


Secara teori, seorang consultant cukup memperlihatkan konsultasi atau berupa nasehat. Namun kenyataan yang terjadi di lapangan cukup berbeda. Khususnya di Indonesia, consulting juga meliputi bab pelaksanaan.


Seorang consultant juga membantu menjalankan planning yang telah disetujui kliennya, sehingga hasilnya bisa didapat secara instan. Efek sampingnya adalah, si klien sangat bergantung pada si consultant.


Ibaratnya ini hanya solusi sementara atas sebuah masalah, atau memang solusi yang sempurna untuk sebuah dilema yang sifatnya hanya terjadi sesekali saja.[/vc_column_text][/vc_column_inner][vc_column_inner width=”1/2″ css=”.vc_custom_1557479203258{margin-bottom: 30px !important;}”][vc_single_image image=”3376″ img_size=”full”][/vc_column_inner][/vc_row_inner][vc_column_text]



Baca juga 3 Peran Business Consultant Yang Wajib Diketahui Pemilik Bisnis



[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row][vc_row el_id=”mana-yang-cocok”][vc_column][vc_custom_heading text=”Mana Yang Cocok Untuk Bisnis Saya?” use_theme_fonts=”yes”][vc_row_inner][vc_column_inner css=”.vc_custom_1557479207975{margin-bottom: 30px !important;}”][vc_column_text]Setiap bisnis niscaya suatu dikala akan membutuhkan semuanya, tergantung situasi dan kondisi.


Ketika kita menghadapi sebuah dilema darurat yang butuh penyelesaian secara cepat, maka consulting ialah pilihan yang tepat.


Ingin bisnis kita bisa berjalan auto-pilot, yang semua aspek bisnis sudah matang, maka aktivitas coaching sangat membantu.


Dan jikalau ingin bisa mencapai gol tersebut lebih cepat, maka diharapkan kombinasi coaching dan mentoring.[/vc_column_text][/vc_column_inner][/vc_row_inner][/vc_column][/vc_row][vc_row el_id=”coaching-mentoring”][vc_column][vc_custom_heading text=”Mengapa Kombinasi Coaching dan Mentoring?” use_theme_fonts=”yes”][vc_row_inner][vc_column_inner width=”1/2″ css=”.vc_custom_1557479207975{margin-bottom: 30px !important;}”][vc_column_text]Sebelum menjalankan aktivitas coaching, pemilik bisnis akan menjalankan proses investigasi kondisi bisnis yang dijalankan terlebih dahulu.


Dalam GLC, proses ini dinamakan Business Check-up.


Dalam proses ini, seorang coach akan mengetahui seberapa besar ratio coaching-mentoring yang dibutuhkan si coachee dikala itu juga. Apakah 70-30, 50-50, atau bahkan harus mentoring sepenuhnya terlebih dahulu.


Ketika bisnis sedang menghadapi dilema darurat yang harus segera diatasi, teknik mentoring lebih cocok untuk digunakan.


Ibaratnya ketika kita mendeteksi kanker, harus segera dibuang sebelum kankernya menjadi ganas dan menyebar ke bab badan lainnya.


Program coaching di GLC sifatnya fleksibel. Tidak ada patokan pada sebuah kurikulum.


Contoh yang tidak fleksibel: sesi pertama membahas laporan keuangan, sesi kedua membahas SDM, sesi ketiga membahas marketing, dan selanjutnya.


Kalau “kanker”-nya ada pada bab operasional, apakah masuk logika untuk ditunda sampai sesi keempat, atau jangan-jangan sesi terakhir?


Masalah darurat harus diselesaikan terlebih dahulu. Setelah itu barulah kita kembali lagi ke proses normal coaching.


Karena tujuan utama dari aktivitas coaching di GLC ialah sebuah hasil yang permanen. Artinya si coachee menjadi individu yang kompeten dan mandiri. Ini harus melalui proses coaching.[/vc_column_text][/vc_column_inner][vc_column_inner width=”1/2″ css=”.vc_custom_1557479203258{margin-bottom: 30px !important;}”][vc_single_image image=”3379″ img_size=”full”][/vc_column_inner][/vc_row_inner][/vc_column][/vc_row][vc_row el_id=”tanda-tanda”][vc_column][vc_custom_heading text=”Apa Tanda-tanda Kita Membutuhkan Seorang Coach?” use_theme_fonts=”yes”][vc_row_inner][vc_column_inner width=”1/2″ css=”.vc_custom_1557479207975{margin-bottom: 30px !important;}”][vc_column_text]Menurut Bill Gates, ex-CEO Microsoft, dan juga Eric Schmidt, ex-CEO Google, setiap orang yang ingin menjadi lebih baik atau sukses, butuh seorang coach.


Baik Anda seorang guru, atlit, musisi, apalagi kalau Anda seorang pemilik bisnis.[/vc_column_text][vc_video link=”https://www.youtube.com/watch?v=XLF90uwII1k”][/vc_column_inner][vc_column_inner width=”1/2″ css=”.vc_custom_1557479203258{margin-bottom: 30px !important;}”][vc_column_text]


Manfaat utama yang bisa kita dapatkan dari seorang coach bahwasanya ialah mendapat feedback yang objektif.


Kita tidak bisa mendapat feedback yang objektif dari pasangan kita, orangtua kita, teman kita, ataupun orang-orang terdekat kita. Feedback dari mereka niscaya lebih subjektif.


Kita juga tidak bisa mendapat feedback dari orang-orang yang tidak mengerti bisnis. Ditambah lagi mereka juga tidak begitu mengerti diri kita.


Inilah kiprah penting seorang coach, untuk terus memperlihatkan feedback berkualitas dan juga mendorong kita biar lebih ulet dalam mengejar gol kita.


Ini ada beberapa hal yang merupakan tanda bahwa kita sedang membutuhkan seorang coach:



  • Pertumbuhan bisnis stagnan.

  • Ada dilema dalam bisnis yang tidak terselesaikan.

  • Progress menuju gol lambat.

  • Susah cari karyawan yang baik.

  • Bisnis ramai tapi cashflow tidak kelihatan.

  • Masalah pada laporan keuangan.

  • Merasa tidak yakin apakah bisnis sudah dijalankan dengan benar.


[/vc_column_text][/vc_column_inner][/vc_row_inner][/vc_column][/vc_row][vc_row el_id=”keberhasilan”][vc_column][vc_custom_heading text=”Seberapa Besar Tingkat Keberhasilan Coaching?” use_theme_fonts=”yes”][vc_row_inner][vc_column_inner width=”1/2″ css=”.vc_custom_1557479207975{margin-bottom: 30px !important;}”][vc_column_text]Keberhasilan proses coaching bukan hanya bergantung pada kompetensi dari si coach, tetapi juga kesepakatan dari si coachee.


Oleh alasannya ialah itu, biasanya sebelum proses coaching, yaitu dalam proses Business Check-up, coach dan coachee akan mewawancarai satu sama lain.


Si coachee memastikan bahwa si coach mempunyai kompetensi yang cukup untuk membantu beliau membawa bisnisnya mencapai gol yang dituju.


Si coach memastikan bahwa si coachee mempunyai kemampuan. Dan yang paling penting, si coachee juga harus mempunyai abjad atau kesepakatan yang besar lengan berkuasa untuk mencapai golnya.


Seberapa bagusnya taktik yang dihasilkan, kalau tidak dijalankan, ya tidak akan ada hasilnya.


Setelah proses ini selesai, jikalau coach dan coachee merasa cocok satu sama lain, maka bisa dilanjutkan ke aktivitas coaching-mentoring.[/vc_column_text][/vc_column_inner][vc_column_inner width=”1/2″ css=”.vc_custom_1557479203258{margin-bottom: 30px !important;}”][vc_single_image image=”3381″ img_size=”full”][/vc_column_inner][/vc_row_inner][vc_column_text]



Referensi: GLC Business Check-up



[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row][vc_row el_id=”ikut-coaching”][vc_column][vc_custom_heading text=”Mau Ikut Coaching, Mulai Dari Mana?” use_theme_fonts=”yes”][vc_row_inner][vc_column_inner width=”1/2″ css=”.vc_custom_1557479207975{margin-bottom: 30px !important;}”][vc_single_image image=”2677″ img_size=”full”][/vc_column_inner][vc_column_inner width=”1/2″ css=”.vc_custom_1557479203258{margin-bottom: 30px !important;}”][vc_column_text]GLC mempunyai sebuah platform coaching yang bisa membantu para pemilik bisnis menemukan coach yang paling sempurna untuk mereka dan bisnis yang dijalankan.


Platform ini ialah GlobalExpert. Anda bisa mengaksesnya melalui https://coaching.glcworld.co.id ataupun mend0wnl0ad aplikasi Android atau iOS dengan nama GlobalExpert.


Benefit yang bisa Anda temukan di dalam GlobalExpert:



  • Mencari coach menurut spesialisasinya.

  • Melihat rating dan testimoni setiap coach.

  • Melihat jadwal setiap coach, sehingga mempermudah proses scheduling.


Selain itu, GlobalExpert juga memperlihatkan opsi bagi pemilik bisnis yang ingin menjalankan sesi coaching atau yang lainnya via online video conference.


Dengan ini, para pemilik bisnis bisa lebih menghemat uang, waktu dan tenaga. alasannya ialah tidak perlu lagi mengeluarkan biaya transportasi, waktu yang habis dalam transportasi dan juga pastinya energi kita.


Semoga informasi ini bisa bermanfaat bagi Anda. Silakan dibagikan ke orang-orang yang bisa mendapat manfaat dari informasi ini.


Always GO BIG!!![/vc_column_text][/vc_column_inner][/vc_row_inner][/vc_column][/vc_row]



Sumber aciknadzirah.blogspot.com