Masih ihwal laporan pendahuluan, pada kesempatan kali ini kami bagikan laporan pendahuluan ihwal presbikusis.
menyerupai biasa file laporan pendahuluan yang kami bagikan tersedia dalam bentuk pdf dan doc.
untuk med0wnl0ad laporan pendahuluan prebicusis dalam bentuk doc ataupun pdf, silahkan klik link dibawah ini :
untuk melihat isi dari file laporan pendahuluan yang kami bagikan silahkan lihat dibawah ini.
Laporan Pendahuluan Presbikusis
Definisi
Presbiakusis yaitu hilangnya pendengaran terhadap nada murni berfrekuensi tinggi, yang merupakan suatu fenomena yang bekerjasama dengan lanjutnnya usia. (Boedhi & Hadi, 1999). Presbiakusis yaitu penurunan pendengaran normal berkenaan dengan proses penuaan. (Lueckenotte, 1997).
Perubahan-perubahan dalam struktur dan fungsi pada pendengaran cuilan dalam menciptakan sulit untuk memahami tipe bunyi bicara tertentu dan mengakibatkan intoleran terhdap bunyi keras. Bunyi-bunyi yang biasanya hilang pertama kali adalah: f, s, th, ch dan sh. Saat penurunan pendengaran berlanjut, kemampuan untuk mendengar bunyi b, t, p, k dan t juga rusak. (Luekenotte, 1997)
Etiologi
1.Internal
Degenerasi primer aferen dan eferen dari koklea, degenerasi primer organ corti penurunan vascularisasi dari reseptor neuro sensorik mungkin juga mengalami gangguan. Sehingga baik jalur auditorik dan lobus temporalis otak sering terganggu akhir lanjutnya usia.
2.Eksternal
Terpapar bising ynag berlebihan, penggunaan obat ototoksik dan reaksi pasca radang. (Boedhi & Hadi, 1999).
Patofisiologi
Dengan makin lanjutnya usia terjadi degenerasi primer di organ corti berupa hilangnya sel epitel saraf yang dimulai pada usia pertengahan. Keadaan yang sama terjadi pula pada serabut aferen dan eferen sel sensorik dari koklea. Terjadi pula perubahan pada sel ganglion siralis di basal koklea. Di samping itu juga terdapat penurunan elastisitas membran basalis di koklea dan membran timpani.
Di samping aneka macam penurunan yang terjadi pada organ pendengaran, pasokan darah dari reseptor neurosensorik mungkin mengalami gangguan, sehingga baik jalur audotorik dan lobus temporalis otak sering terganggu akhir lanjutnya usia. Dari klarifikasi diatas terlihat bahwa gangguan pendengaran pada usia lanjut sanggup disebabkan oleh aneka macam sebab, disamping kenyataan bahwa jenis kelainan pendengaran itu sendiri yang bisa aneka macam jenis.
Fathway
Tanda dan Gejala
Beberapa dari tanda dan tanda-tanda yang paling umum dari penurunan pendengaran :
- Kesulitan mengerti pembicaraan
- Ketidakmampuan untuk mendengarkan bunyi-bunyi dengan nada tinggi.
- Kesulitan membedakan pembicaraan; bunyi bicara lain yang parau atau bergumam
- Masalah pendengaran pada kumpulan yang besar, terutama dengan latar belakang yang bising
- Latar belakang bunyi berdering atau berdesis yang konstan
- Perubahan kemampuan mendengar konsonan menyerupai s, z, t, f dan g
- Suara vokal yang frekuensinya rendah menyerupai a, e, i, o, u umumnya relatif diterima dengan lengkap. (Luekenotte, 1997)
Pemeriksaan Penunjang Presbikusis
- Pemeriksaan Dengan Garputala
Pemeriksaan ini menilai pendengaran dalam, saraf pendengaran dan jalur saraf pendengaran di otak. Jika pendengaran melalui hantaran udara menurun, tetapi pendengaran melalui hantaran tulang normal, dikatakan terjadi tuli konduktif. Jika pendengaran melalui hantaran udara dan tulang menurun, maka terjadi tuli sensorineural. Kadang pada seorang penderita, tuli konduktif dan sensorineural terjadi secara bersamaan.
- Audiometri
Mengukur penurunan fungsi pendengaran secara tepat, yaitu dengan memakai suatu alat elektronik (audiometer) yang menghasilkan bunyi dengan ketinggian dan volume tertentu.
- Audimetri Ambang Bicara
Audiometri ambang bicara mengukur seberapa keras bunyi harus diucapkan biar bisa dimengerti.
- Diskriminasi
Dengan diskriminasi dilakukan evaluasi terhadap kemampuan untuk membedakan kata-kata yang bunyinya hampir sama.
- Timpanometri
Timpanometri juga bisa menunjukkan adanya perubahan pada kontraksi otot stapedius, yang menempel pada tulang stapes (salah satu tulang
pendengaran di pendengaran tengah).
- Alat Bantu Dengar
Alat bantu dengar merupakan suatu alat elektronik yang dioperasikan dengan batere, yang berfungsi memperkuat dan merubah bunyi sehingga komunikasi bisa berjalan dengan lancar.
- Pencangkokan Koklea
Pencangkokan koklea (implan koklea) dilakukan pada penderita tuli berat yang tidak sanggup mendengar meskipun telah memakai alat bantu dengar.
Penatalaksanaan Presbikusis
a. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan : Pengobatan untuk penurunan fungsi pendengaran tergantung kepada penyebabnya. Jika penurunan fungsi pendengaran konduktif disebabkan oleh adanya cairan di pendengaran tengah atau kotoran di kanal telinga, maka dilakukan pembuangan cairan dan kotoran tersebut. Jika penyebabnya tidak sanggup diatasi, maka dipakai alat bantu dengar atau kadang dilakukan pencangkokan koklea.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
- Bersihkan telinga, pertahankan komunikasi.
- Berbicara pada pendengaran yang masih baik dengan bunyi yang tidak terlalu keras.
- Berbicara secara perlahan-lahan, jelas, dan tidak terlalu panjang.
- Beri kesempatan klien untuk menjawab pertanyaan.
- Gunakan sikap dan gerakan atau objek untuk memudahkan persepsi klien.
- Beri sentuhan untuk menarik perhatian sebelum memulai pembicaraan.
- Beri motivasi dan reinforcement.
- Kolaborasi untuk memakai alat bantu pendengaran.
- Lakukan investigasi secara berkala.
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, status perkawinan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, golongan darah dan lain sebagainya.
b. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama : Klien susah mendengar pesan atau rangsangan bunyi
b) Riwayat kesehatan kini
- Saat kini keluarga klien menyampaikan susah mendengar pesan atau rangsangan berupa suara.
- Ketika berbicara dengan orang lain klien tidak mengerti terhadap pembicaraan.
- Untuk lebih mengerti, klien sering meminta untuk mengulangi pembicaraan.
- Keluarga klien menyampaikan lebih bahagia menyendiri dan dengan kesendiriannya itu klien mengekspresikan kesepian dan keluarga klien menyampaikan bahwa klien sering menarik diri dari lingkungan dan tidak mau tampil bersama anggota keluarga.
- Untuk mengisi kebosanannya, keluarga klien menyampaikan bahwa klien lebih banyak tidur dan tidak mau melaksanakan kegiatan apapun.
- Komunikasi dengan klien sebagian besar berjalan melalui pesan-pesan tertulis.
c) Riwayat penyakit dahulu
- Dikaji dari keluarga klien, apakah klien mengalami penyakit akut maupun kronis.
- Sejak kapan gangguan pendengaran mulai dirasakan klien ? biasanya prebikusis sering muncul pada umur 60 tahun keatas ,tapi hal tersebut belum terlalu mengganggu bagi klien.
- Apakah klien pernah mengalami cedera kepala dan mengalami alergi terhadap aneka macam masakan dan minuman.
- Bagaimana gaya hidup klien, apakah klien seorang perokok berat atau tidak.
- Apakah Klien sering terpajan dengan bunyi bising?
d) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit pada sistem pendengaran, apakah ada kelurga yang menderita DM.
c. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian Daun pendengaran
1) Inspeksi:
- Kesimetrisan daun pendengaran (simetris kiri dan kanan)
- Posisi pendengaran normal yaitu sebanding dengan titik puncak
- Penempatan pada lipatan luar mata ( masih terdapat/tampak atau tidak)
- Terdapat pembengkakan pada Auditorius eksternal atau tidak.
2) Palpasi:
- Apakan terdapat nyeri raba
- Apakah ada pembengkakan
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan otoskopik
Menggunakan alat otoskop untuk menilik meatus akustikus eksternus dan membran timpani dengan cara inspeksi:
Hasil:
- Serumen berwarna kuning, konsistensi kental.
- Dinding liang pendengaran berwarna merah muda
2) Tes ketajaman pendengaran
a) Tes penyaringan sederhana
Hasil:
- Biasanya klien tidak mendengar secara terang angka-angka yang disebutkan
- Klien tidak mendengar secara terang detak jarum jam pada jarak 1–2 inchi.
b) Uji rinne
Hasil: Biasanya klien tidak mendengarkan adanya getaran garpu tala dan tidak terang mendengar adanya bunyi dan ketika bunyi
Diagnosa keperawatan
- Gangguan komunikasi lisan bekerjasama dengan degenerasi tulang pendengaran cuilan dalam.
- Harga diri rendah bekerjasama dengan penurunan fungsi pendengaran.
- Kurang kegiatan bekerjasama dengan menarik diri dengan
Intervensi keperawatan
Diagnosa. 1
Gangguan komunikasi lisan bekerjasama dengan degenerasi tulang pendengaran cuilan dalam
Tujuan : Komunikasi lisan klien berjalan dengan baik
Kriteria Hasil
Dalam 1 hari klien sanggup :
- Menerima pesan melalui metode alternatif
- Mengerti apa yang diungkapkan
- Memperlihatkan suatu peningkatan kemampuan untuk berkomunikasi
- Menggunakan alat bantu dengar dengan cara yang tepat
Intervensi :
- Kaji tingkat kemampuan klien dalam penerimaan pesan
- Periksa apakah ada serumen yang mengganggu pendengaran
- Bicara dengan pelan dan terang pada pendengaran yang masih baik dengan bunyi yang tidak terlalu keras
- Beri kesempatan klien untuk menjawab pertanyaan
- Gunakan sikap dan gerakan / gunakan alat tulis pada waktu memberikan pesan
- Beri sentuhan untuk menarik perhatian sebelum memulai pembicaraan
- Beri motivasi dan reinforcoment
- Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan telinga
- Lakukan investigasi secara berkala
Diagnosa. 2
Harga diri rendah bekerjasama dengan penurunan fungsi pendengaran.
Tujuan : klien sanggup mendapatkan keadaan dirinya
Kriteria Hasil
Secara sedikit demi sedikit klien sanggup :
- Mengenal perasaan yang mengakibatkan sikap menarik diri
- Berhubungan sosial dengan orang lain
- Mendapat pemberian keluarga mengembangkan kemampuan klien untuk bekerjasama dengan orang lain
- Membina kekerabatan saling percaya dengan perawat
Intervensi :
- Kaji pengetahuan klien ihwal sikap menarik diri dan tanda-tandanya.
- Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab klien tidak mau bergaul atau menarik diri
- Diskusi bersama klien ihwal sikap menarik diri, tanda-tanda serta penyebab yang mungkin
- Beri kebanggaan terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaan
- Diskusikan ihwal laba dari bekerjasama dan kerugian dari sikap menarik diri
- Dorong dan bantu klien untuk bekerjasama dengan orang lain
- Beri kebanggaan atas keberhasilan yang telah dicapai klien
- Bina kekerabatan saling percaya dengan klien
- Anjurkan anggota keluarga untuk secar rutin dan bergantian mengunjungi klien
- Beri reinforcement positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga
- Bina kekerabatan saling percaya dengan memakai prinsip kekerabatan terpeutik
Diagnosa. 3
Kurang kegiatan bekerjasama dengan menarik diri dengan lingkungan.
Tujuan : klien sanggup melaksanakan kegiatan tanpa kesulitan
Kriteria Hasil
Secara sedikit demi sedikit klien sanggup :
- Menceritakan perasaan-perasaan bosan
- Melaporkan adanya peningkatan dalam kegiatan yang menyenangkan.
- Menceritakan metode koping terhadap perasaan murka atau depresi yang disebabkan oleh kebosanan.
Intervensi :
- Beri motivasi untuk sanggup saling membuatkan perasaan dan pengalaman
- Bantu klien untuk mengatasi perasaan murka dari berduka
- Variasikan rutinitas sehari-hari
- Libatkkan individu dalam merencanakan rutinitas sehari-hari
- Rencanakan suatu kegiatan sehari-hari
- Beri alat bantu dengar dalam melakukan
Daftar Pustaka
- Lynda, J. Capernitu, Diagnosa Keperawatan , ECG, Jakarta, 2001
- Ida Samidah, Pengkajian Keperawatan, Makassar, 2003
- Purnawan Junadi, kapita selekta kedokteran, FK-UI, Jakarta, 1997
- Boles, Buku Ajar Penyakit THT, ECG, Jakarta, 1997
- Sri Rukmini, dkk. Teknik Pemeriksaan THT. EGC. Jakarta. 2000
- Budi Anna Keliat, dkk. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, EGC. Jakarta
- Sisi Maryam, S dkk. Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Salemba Medika. Jakarta. 2008
- Nugroho, Wahjodi. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. 2008. Jakarta : EGC.
- Bandiyah, siti. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. 2009.Yogjakarta : Nuha Medika.