Tuesday, July 25, 2017

√ Operasional Administrasi Sekolah

THE OPERATIONAL FOCUS OF SCHOOLING: LEARNING AND TEACHING
 (Fokus Operasional Sekolah: Pembelajaran dan Pengajaran)


A.    Operasional Sekolah
1.      Pengertian Operasional Sekolah
Menurut Rhonda Abrams & Alice Laplante dalam Setiawan (2015)  Operasional merupakan aspek yang terpenting lantaran tanpa adanya operasional, maka tidak ada yang bisa dikerjakan.
Definisi Kegiatan Operasional dalam pengertianmenurutparaahli.net (2016) ialah kegiatan inti dari suatu bisnis ataupun organisasi untuk menghasilkan pendapatan serta untuk tetap terus menjalankan kegiatan bisnisnya.
Pengertian sekolah ialah suatu forum yang memang dirancang khusus untuk pengajaran para murid (siswa) di bawah pengawasan para guru. Sedangkan sekolah sebagai bentuk organisasi berdasarkan Kurniawan (2012) diartikan sebagai wadah dari kumpulan insan yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu yakni tujuan pendidikan, dengan  memanfaatkan insan itu sendiri sebagai sumber daya, di samping yang ada di luar dirinya, menyerupai uang, material, dan waktu.
Berdasarkan uraian di atas sanggup disimpulkan operasional sekolah ialah kegiatan inti suatu organisasi untuk menghasilkan sumber daya/lulusan yang bermutu untuk tujuan pendidikan.

B.     Pembelajaran dan Pengajaran
1.      Pengertian Pembelajaran dan Pengajaran
Belajar ialah proses perubahan sikap berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan ialah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. (Djamarah dan Aswan Zain, 2006, hlm. 10-11).
Menurut Witherington dalam Sukmadinata (2003, hlm. 155) mencar ilmu merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang gres berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan.
Menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 wacana Sisdiknas, pembelajaran ialah proses interaksi penerima didik dengan pendidik dan sumber mencar ilmu pada suatu lingkungan belajar.
Menurut Komalasari (2010, hlm. 3) Pembelajaran sanggup didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis semoga subjek didik/pembelajar sanggup mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Menurut Istiqomah (2011) Pembelajaran ialah membelajarkan siswa memakai asas pendidikan maupun teori mencar ilmu merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan mencar ilmu dilakukan oleh penerima didik atau murid.
Menurut Istiqomah (2011) pengajaran sama artinya dengan kegiatan mengajar. Kegiatan mengajar dilakukan oleh guru untuk memberikan pengetahuan kepada siswa. Dalam konsep ini, guru bertindak dan berperan aktif bahkan sangat menonjol dan bersifat menentukan segalanya. Pengajaran sama artinya dengan perbuatan mengajar. Sedangkan pengajaran sebagai suatu sistem. Pengertian pengajaran pada hakikatnya lebih luas dan bukan hanya sebagai suatu proses atau mekanisme belaka. Pengajaran ialah suatu sistem yang luas, yang mengandung dan dilandasi oleh banyak sekali dimensi, yakni :
a.       Profesi guru,
b.      Perkembangan dan pertumbuhan siswa/peserta didik,
c.       Tujuan pendidikan dan pengajaran,
d.      Program pendidikan dan kurikulum,
e.       Perencanaan pengajaran,
f.       Strategi mencar ilmu mengajar,
g.      Media pengajaran,
h.      Bimbingan belajar,
i.        Hubungan antara sekolah dan masyarakat, dan
j.        Manajemen pendidikan/kelas.
Menurut Purwadinata (1967, hlm 22) istilah “pembelajaran” sama dengan “instruction atau “pengajaran”. Pengajaran mempunyai arti cara mengajar atau mengajarkan. Dengan demikian pengajaran diartikan sama dengan perbuatan mencar ilmu (oleh siswa) dan Mengajar (oleh guru).
Sedangkan berdasarkan Daryanto (1997) menjelaskan bahwa pengajaran ialah proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan perihal mengajar, segala sesuatu mengenai mengajar, peringatan (tentang pengalaman, kejadian yang dialami atau dilihatnya).
Berdasarkan beberapa pengertian sanggup disimpukan Pembelajaran merupakan sebuah proses mengajar yang disampaikan oleh pengajar melalui sistem yang direncanakan dan didesain untuk meyampaikan pikiran atau wangsit kepada pembelajar semoga tercapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien. Sedangkan pengajaran adalah cara proses kegiatan mengajar yang dilakukan guru.
2.      Perbedaan Antara Pembelajaran dan Pengajaran
Menurut Siregar dan Nara (2010, hlm. 13-14) perbedaan antara istilah “pembelajaran” (instruction) dan “pengajaran” (teaching) sanggup diamati pada tabel berikut ini.
No.
Pengajaran
Pembelajaran
1.
Dilaksanakan oleh mereka yang berprofesi sebagai pengajar
Dilaksanakan oleh mereka yang sanggup membuat orang belajar
2.
Tujuannya memberikan informasi kepada si belajar
Tujuannya semoga terjadi mencar ilmu pada siswa/siswi belajar
3.
Merupakan salah satu penerapan taktik pembelajaran
Merupakan cara untuk berbagi planning yang teroganisir untuk keperluan belajar
4.
Kegiatan mencar ilmu berlangsung bila adaa guru/pengajar
Kegiatan mencar ilmu sanggup berlangsung dengan atau tanpa hadirnya guru
Dari pengertian serta tabel diatas maka sanggup dikatakan bahwa istilah “pembelajaran” (instruction) lebih luas dari pada “pengajaran” (teaching). Pembelajaran harus menghasilkan mencar ilmu pada penerima didik dan harus dilakukan suatu perencanaan yang sistematis, sedangkan mengajar hanya salah satu penerapan taktik pembelajaran diantara strategi-strategi pembelajaran yang lain dengan tujuan utamanya memberikan informasi kepada penerima didik. Jika diperhatikan, perbedaan kedua istilah ini bukanlah hal yang sepele, tetapi telah menggeser paradigma pendidikan, dari yang semula (teacher centered) kepada (student centered). Kegiatan pendidikan yang semula lebih berorientasi pada “mengajar” (guru yang lebih banyak berperan) telah berpindah kepada konsep “pembelajaran” (merencanakan kegiatan-kegiatan yang orientasinya kepada siswa semoga terjadi mencar ilmu dalam dirinya).

3.      Prinsip – Prinsip Pembelajaran
Pada pelaksanaan pembelajaran, supaya sanggup mencapai hasil yang optimal perlu memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran. Prinsip pembelajaran dibangun atas dasar prinsip-prinsip yang diambil dari teori psikologi terutama teori mencar ilmu dan hasil-hasil penelitian dalam proses pembelajaran. Prinsip pembelajaran bila diterapkan dalam proses pengembangan pembelajaran dan proses pelaksanaan pembelajaran akan diperoleh hasil yang optimal. Selain itu sanggup meningkatkan kualitas pembelajaran dengan cara menawarkan dasar-dasar teori untuk membangun sistem intruksional yang berkualitas tinggi.


Menurut Gagne dalam buku Condition of Learning dalam Kustandi (2015) mengemukakan sembilan prinsip yang sanggup dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran, sebagai berikut:
1)      Menarik perhatian (gaining attention): hal yang menjadikan minat siswa dengan mengemukakan sesuatu yang baru, aneh, kontradiksi, atau kompleks.
2)      Menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learner of the objectives): memberitahukan kemampuan yang harus dikuasai siswa sesudah selesai mengikuti pelajaran.
3)      Mengingatkan konsep/prinsip yang telah dipelajari (stimulating recall or prior learning): merangsang ingatan wacana pengetahuan yang telah dipelajari yang menjadi prasyarat untuk mempelajari materi yang baru.
4)      Menyampaikan materi pelajaran (presenting the stimulus): memberikan materi-materi pembelajaran yang telah direncanakan.
5)      Memberikan bimbingan mencar ilmu (providing learner guidance): menawarkan pertanyaan-pertanyaan yamng membimbing proses/alur berpikir siswa semoga mempunyai pemahaman yang lebih baik.
6)      Memperoleh kinerja/penampilan siswa (eliciting performance): siswa diminta untuk memperlihatkan apa yang telah dipelajari atau penguasaannya terhadap materi.
7)      Memberikan balikan (providing feedback): memberitahu seberapa jauh ketepatan performance siswa.
8)      Menilai hasil mencar ilmu (assessing performance): memberitahukan tes/tugas untuk mengetahui seberapa jauh siswa menguasai tujuan pembelajaran.
9)      Memperkuat retensi dan transfer mencar ilmu (enhancing retention and transfer): merangsang kamampuan mengingat-ingat dan mentransfer dengan menawarkan rangkuman, mengadakan review atau mempraktekkan apa yang telah dipelajari.
Sedangkan prinsip pembelajaran yang dikemukakan Atwi Suparman dengan mengadaptasi pemikiran Fillbeck dalam Kustandi (2015), sebagai berikut:
1)      Respon-respon gres (new responses) diulang sebagai akhir dari respon yang terjadi sebelumnya. Implikasinya ialah perlunya pemberian umpan balik positif dengan segera atas keberhasilan atau respon yang benar dari siswa, siswa harus aktif membuat respon, tidak hanya duduk membisu dan mendengarkan saja.
2)      Perilaku tidak hanya dikontrol oleh akhir dari respons, tetapi juga dibawah imbas kondisi atau gejala di lingkungan siswa. Implikasinya ialah perlunya menyatakan tujuan pembelajaran secara terperinci kepada siswa sebelum pelajaran dimulai semoga siswa bersedia mencar ilmu lebih giat. Juga penggunaan banyak sekali metode dan media semoga sanggup mendorong keaktifan siswa dalam proses belajar.
3)      Perilaku yang ditimbulkan oleh gejala tertentu akan hilang atau berkurang frekuensinya bila tidak diperkuat dengan akhir yang menyenangkan implikasinya ialah pemberian isi pembelajaran yang berkhasiat pada siswa di dunia luar ruangan kelas dan menawarkan balikan (feedback) berupa penghargaan terhadap keberhasilan mahasiswa. Juga siswa sering diberikan latihan dan tes semoga pengetahuan, keterampilan dan sikap yang gres di kuasainya sering di munculkan pula.
4)      Belajar yang berbentuk respon terhadap gejala yang terbatas akan di transfer kepada situasi lain yang terbatas pula. Implikasinya ialah pemberian kegiatan mencar ilmu kepada siswa yang melibatkan gejala atau kondisi yang menyerupai dengan kondisi dunia nyata. Juga penyajian isi pembelajaran perlu diperkaya dengan penggunaan banyak sekali contoh penerapan apa yang telah dipelajarinya. Penyajian isi pembelajaran perlu memakai banyak sekali media pembelajaran menyerupai gambar, diagram, film, rekaman audio/ video, computer, serta banyak sekali metode pembelajaran menyerupai stimulasi, dramatisasi dan lain sebagainya.
5)      Belajar menggeneralisasikan dan membedakan ialah dasar untuk mencar ilmu sesuatu yang kompleks menyerupai yang berkenaan dengan pemecahan masalah. Implikasinya ialah perlu dipakai secara luas bukan saja contoh-contoh yang positif, tetapi juga yang negatif.
6)      Situasi mental siswa untuk menghadapi pelajaran akan mensugesti perhatian dan ketekunan siswa selama proses siswa belajar. Implikasinya ialah pentingnya menarik perhatian siswa untuk mempelajari isi pembelajaran, antara lain dengan memperlihatkan apa yang akan dikuasai siswa sesudah selesai proses belajar, bagaimana memakai apa yang dikuasainya dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana mekanisme yang harus diikuti atau kegiatan yang harus dilakukan siswa semoga mencapai tujuan pembelajaran dan sebagainya.
7)      Kegiatan mencar ilmu yang di bagi menjadi langkah-langkah kecil dan di sertai umpan balik menuntaskan tiap langkah, akan membantu siswa. Implikasinya ialah guru harus menganalisis pengalaman mencar ilmu siswa menjadi kegiatan-kegiatan kecil, disetai latihan dan balikan terhadap hasilnya.
8)      Kebutuhan memecah materi yang kompleks menjadi kegiatan-kegiatan kecil sanggup dikurangi dengan mewujudkannya dalam suatu model. Implikasinya ialah penggunaan media dan metode pembelajaran yang sanggup menggambarkan materi yang kompleks kepada siswa menyerupai model, realias, film, jadwal video, komputer, drama, demonstrasi dan lain-lain.
9)      Keterampilan tingkat tinggi (kompleks) terbentuk dari keterampilan dasar yang lebih sederhana. Implikasinya ialah tujuan pembelajaran harus dirumuskan dalam bentuk hasil mencar ilmu yang operasional. Demonstrasi atau model yang dipakai harus di rancang semoga sanggup menggambarkan dengan terperinci komponen-komponen yang termasuk dalam perilaku/keterampilan yang kompleks itu.
10)  Belajar akan lebih cepat, efisien dan menyenangkan bila siswa diberi informasi wacana kualitas penampilannya dan cara meningkatkannya. Urutan pembelajaran harus dimulai dari yang sederhana secara sedikit demi sedikit menuju kepada yang lebih kompleks kemajuan siswa alam menuntaskan pembelajaran harus di informasikan kepadanya.
11)  Perkembangan dan kecepatan siswa sangat bervariasi, ada yang maju dengan cepat ada yang lebih lambat. Implikasinya ialah pentingnya penguasaan siswa terhadap materi prasyarat sebelum mempelajari materi pembelajaran selanjutnya, siswa menerima kesempatan maju berdasarkan kecepatannya masing-masing.
12)  Dengan persiapan, siswa sanggup berbagi kemampuan mengorganisasi kegiatannya sendiri dan menjadikan umpan balik bagi dirinya untuk membuat respon yang benar. Implikasinya ialah pemberian kemungkinan bagi siswa untuk menentukan waktu, cara dan sumber-sumber disamping yang telah ditentukan, semoga sanggup membuat dirinya mencapai tujuan pembelajaraan.






A.    Manajemen Operasional Sekolah
1.      Pengertian Manajemen Operasional Sekolah
Pengertian manajemen operasional sekolah tentu tidak terlepas dari manajemen pada umumnya, yaitu mengandung unsur adanya kegiatan yang dilakukan dengan mengkoordinasikan banyak sekali kegiatan dan sumber daya untuk tercapainya tujuan tertentu. Manajemen operasional pendidikan merupakan proses yang secara berkesinambungan dan efektif memakai fungsi–fungsi manajemen untuk mengintegrasikan banyak sekali sumber daya sekolah secara efisien dalam rangka mencapai tujuan.
Unsur pokok dalam pengertian tersebut di atas sanggup dijelaskan sebagai berikut:
Pertama, Kontinyu, artinya manajemen operasional sekolah bukan suatu kegiatan yang berdiri sendiri. Keputusan manajemen bukan hanya tindakan sesaat, melainkan tindakan yang berkelanjutan atau merupakan suatu proses yang kontinyu.
Kedua, Efesien, artinya manajemen operasional sekolah merupakan suatu kegiatan yang menekanankan pemanfaatan sumber daya semaksimal mungkin (high utilization). Sumber daya dalam menajemen operasional meliputi insan (man) dengan motivasinya, modal (money), metoda (method), mesin (machine), manajerial, informasi (management information system-MIS), mutu, serta kemampuan organisasi dengan melihat peluang pasar (market). Hasil tamat kualitas pengelolaan forum pendidikan bisa dilihat pada keuntungan  yang  diperoleh pengelola lembaga. Manajer dituntut untuk mempunyai kemampuan bekerja efisien supaya sanggup mengoptimalkan penggunaan sumber daya, sehingga kegiatan manajemen operasi harus mempunyai tujuan, yaitu menghasilkan suatu keluaran sesuai dengan yang direncanakan, yaitu barang atau jasa.
Ketiga, Efektif, artinya segala pekerjaan harus dilakukan secara sempurna dan sebaik–baiknya, serta mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan. Kegiatan manajemen operasional sekolah diharapkan pengetahuan luas lantaran meliputi banyak sekali fungsi menejemen menyerupai perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian. Dalam pelaksanaannya semua sumber daya menyerupai manusia, modal, material, mesin, manajemen atau metoda, energi dan informasi diintegrasikan untuk menghasilkan barang atau jasa. Namun produk utama sekolah ialah pelayanan jasa pendidikan. Integrasi tersebut menggabungkan  dua atau lebih sumber daya dari kombinasi yang terbaik.

2.      Fungsi Manajemen
Agar menghasilkan jasa pendidikan yang diharapkan maka pengelolaan sumber daya dan kegiatan dalam manajemen operasional sekolah meliputi penggunaan fungsi manajemen.
a.       Perencanaan
Dalam perencanaan (planning), manajer dalam hal ini Kepala Sekolah menentukan tujuan dari subsistem operasi dari organisasi dan berbagi program, kebijakan dan mekanisme yang diharapkan untuk mencapai tujuan. Tahapan ini meliputi penentuan peranan dan fokus dari operasi. Pihak pengelola harus sanggup melaksanakan perencanaan dengan matang dan baik.
b.      Pengorganisasian
Dalam pengorganisasian (organizing) manajer/kepala sekolah menentukan struktur individu, grup, seci, bagian, divisi atau departemen dalam subsistem operasi untuk mencapai tujuan organisasi. Manajer operasi juga menentukan kebutuhan sumber daya yang diharapkan dalam mencapai tujuan operasi serta mengatur wewenang serta tanggung jawab yang diharapkan dalam melaksanakannya.
c.       Penggerakan
Fungsi penggerakan (directing/actuating) dilakukan dengan memimpin, mengawasi, memotivasi guru untuk melaksanakan tugasnya. Dalam melaksanakan transformasi sumber daya sangat diharapkan efektifitas dan efisiensi penggerakkan. Pengelola sekolah harus menerapkan fungsi penggerakan pada seluruh  kegiatan dan aktifitas dengan sebaik-baiknya.
d.      Fungsi pengendalian
Fungsi pengendalian (evaluating/controling) dilaksanakan dengan berbagi standar dan jaringan komunikasi yang diharapkan supaya pengorganisasian serta penggerakan sesuai dengan apa yang direncanakan sanggup mencapai tujuan.
e.       Proses Transformasi
Kegiatan operasional merupakan kepingan dari kegiatan organisasi yang melaksanakan proses transformasi dari masukan (input) menjadi keluaran (output), masukan berupa semua sumber daya yang diperlukan. Proses menyerupai ini biasanya dilengkapi dengan kegiatan umpan balik untuk memastikan bahwa keluaran yang diperoleh sesuai dengan yang dikehendaki.

3.      Sumber  Input
Sumber input yaitu lokasi dimana sumber daya input suatu forum dibutuhkan. Contoh lokasi sumber daya untuk jenis insan menyerupai guru umumnya berasal dari fakultas keguruan di universitas. Sedangkan sumber input keuangan sanggup diperoleh dari dukungan pemerintah, investor, bank Syariah atau bank konvensional lainnya. Keadaan input sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi secara umum, perkembangan teknologi, pengetahuan, masyarakat dan kondisi sosial politik.

4.      Bahan Input  
Seluruh kegiatan pada manajemen operasi memerlukan suatu input dari sumber di luar sekolah. Sumber daya yang diharapkan sebagai input sanggup berupa:
a.       Manusia, yaitu meliputi: siswa, guru, pihak manajemen, pegawai manajemen dll
b.      Kurikulum atau manhaj tarbiyah, yaitu meliputi kurikulum dan seperangkat peraturan wacana kurikulum baik dari sekolah mapun berasal dari luar sekolah.
c.       Media pendidikan, yaitu media menyerupai papan tulis, overhead projector, papan tulis dll
d.      Metode mengajar, yaitu taktik proses mencar ilmu mengajar yang telah dikembangkan sehinga sanggup dipakai oleh guru.
e.       Material, yaitu meliputi buku, pulpen, spidol, penggaris dll
f.       Modal, yaitu segala yang bekerjasama dengan modal dan keuangan yang dibutuhkan untuk mengoperasikan sekolah.
g.      Informasi, yaitu segala bentuk informasi yang dipakai untuk menjalankan sekolah sehingga sanggup menghasilkan output yang dapat   memuaskan pelanggan.
Karena materi input dari sumber tidak pribadi sanggup dipakai dalam proses transformasi, maka seringkali dilaksanakan proses penyesuaian (konversi), sehingga organisasi harus melaksanakan seleksi untuk menyakinkan input dari sumber berkualitas baik dan siap untuk digunakan. Contoh perlunya penyesuaian input dari sumbernya, yaitu tidak semua lulusan perguruan tinggi tingi pribadi diterima. Berarti organisasi sekolah harus bisa membuat filter dan sistem seleksi input yang baik.
Kegiatan umpan balik dilaksanakan dengan pengecekan pada beberapa titik kunci dan membandingkannya dengan standar atau contoh yang sudah ditetapkan apabila terjadi ada perbedaan antara hasil (keluaran) dan standar, maka diharapkan tindakan koreksi, sanggup berupa perbaikan dalam komponen masukan atau penyempurnaan dalam proses produksi sehingga outputnya sanggup sesuai dengan yang diharapkan.    

5.      Komponen Sistem Organisasi
Untuk melaksanakan proses transformasi, organisasi memerlukan sistem yang organisasi meliputi:
a.       Tujuan, yaitu tujuan yang ingin dihasilkan dalam teknologi transformasi harus jelas. Organisasi harus menetapkan hasil apakah yang diharapan, kemudian mentukan jenis input apakah yang akan digunakan. Untuk variasi jenis input sanggup dari dua atau lebih jenis sumber input. Semakin banyak materi yang dibutuhkan dalam proses transformasi maka semakin rumit sistemnya.
b.      Disetiap organisasi mempunyai arah pendidikan yang berbeda. Ada sekolah yang menekankan aspek agama, kesenian dan ilmu pengetahuan. Atau sebuah sekolah didesain untuk kalangan menengah ke atas. Semua adalah    tergantung segmentasi organisasi dalam memperoleh pasar yang lebih luas.
c.       Kultur, yaitu budaya dan kondisi yang dianut dalam organisasi. Setiap organisi mempunyai budaya yang berbeda dan unik, setiap insan yang masuk dalam sebuah sekolah niscaya akan mengikuti keadaan dengan budaya dan kebiasaan organisasi yang telah ada.
d.      Struktur, yaitu struktur organisasi yang dipakai untuk mengelola sekolah tersebut. Ada organisasi yang menekankan pada fungsi dan ada organisasi yang menekankan pada hirarki. Desain organisasi sangat dipengaruhi oleh kultur dan paradigma yang dimiliki oleh pengelola lembaga.
e.       Sistem, yaitu seperangkat peraturan, pedoman, kebijakan dan prosedur   yang dipakai untuk mengatur bagaimana sekolah harus dijalankan.
f.       Proses, yaitu tahapan sistem pengelolaan yang akan dilalui oleh input sehingga menjadi output yang diharapkan. 
Keenam komponen sistem tersebut dipakai untuk mengolah input menjadi output, sehingga menjadi jasa pendidikan yang dibutuhkan masyarakat.

6.      Output Transformasi
Dalam suatu organisasi sekolah, output utamanya berupa jasa pendidikan. Sedangkan output yang bersifat barang menyerupai media yang dibentuk oleh guru, namun itu bukanlah output utama.  Karena yang dinikmati oleh pengguna ialah penggunaan medianya.
Jadi output paling utama sekolah yaitu sejauhmana kompetensi murid yang telah lulus dibandingkan dengan tujuan kurikulum yang telah ditetapkan. Indikator yang paling gampang untuk mengukur output adalah:
a.       Jumlah siswa yang lulus
b.      Jumlah siswa yang naik kelas
c.       Nilai rata-rata sekolah
d.      Nilai tertinggi sekolah
e.       Nilai dari hasil kejuaraan sebuah kopetisi yang diperoleh sekolah atau murid  dalam sebuah regional atau nasional
f.       Jumlah murid yang sanggup menghafal quran atau berapa banyak ayat Al Alquran yang telah di hafal oleh siswa pada tamat jadwal (pada sekolah yang menekankan agama)
g.      Output dari proses transformasi ini seringkali juga tidak sanggup pribadi dipakai oleh pengguna, sehingga diharapkan pembiasaan pada lingkungan pengguna (interface).
                                                                                              
7.      Pengguna (customer)
Pada kesudahannya penggunalah dan stakeholder yang menilai apakah sekolah telah berhasil atau belum. Pengguna menilai keberhasilan sistem pendidikan dengan cara membandingkan hasil tersebut dengan standar yang terdapat pada:
a.       Nilai-nilai yang dianut masyarakat
b.      Nilai-nilai yang dianut individu
c.       Nilai-nilai organisasi professional
d.      Kondisi lingkungan teknologi, politik dan ekonomi.
Setelah pengguna mencicipi hasil keluaran sekolah, kemudian menawarkan umpan balik ke sekolah atau ke sumber input yang mensugesti input sekolah.

8.      Aktifitas Administrasi Manajemen Sekolah
Dengan memperhatikan proses dan fungsi manajemen tersebut di atas, maka yang dimaksud dengan manajemen sekolah ialah proses manajemen dari semua komponen yang dilaksanakan di sekolah. Manajemen sekolah tidak terlepas dari kedudukan manajemen pendidikan dalam sistem pendidikan di sekolah.
Arah kegiatan organisasi dalam melaksanakan kegiatannya, maka sekolah  harus berfikir jauh kedepan untuk memenuhi arah kebutuhan pengguna. Sementara organisasi bertindak dari yang hal terkecil menuju yang besar. Dalam kaidah manajemen disebut dengan berfikir besar dan memulai dari yang kecil-kecil dan mulai kini juga (big think, start small, act now).
Tugas dan kewajiban administratif mengenai bidang–bidang operasional di sekolah sanggup dikelompokkan jadi beberapa komponen dalam sekolahalam-amani.blogspot.co.id (2011), yaitu:
a.       Kegitan Umum
Sebagai komponen yang umum dalam manajemen sekolah, salah satu kiprah garapannya terletak pada para pejabat dan kepala sekolah. Kegiatan perkantoran  atau manajemen manajemen pada setiap organisasi sekolah, yaitu untuk mengkoordinasikan perjuangan orang–orang kearah tercapainya tujuan pendidikan pengajaran di sekolah dengan efektif dan efisien. Tujuan ini bekerjasama dengan kegiatan mencar ilmu mengajar. Struktur organisasi sekolah diubahsuaikan sesuai dengan kebutuhan sekolah dan daya dukung staf, kelembagaan, pekerjaan yang ada.
b.      Kurikulum
Sekolah pada semua tingkatannya telah menyusun jadwal pendidikan yang dibangun diatas bidang-bidang pengetahuan yang berdiri sendiri. Segi kurikulum dari jadwal itu meliputi hal-hal seperti: mata pelajaran mana yang hendak disajikan dan untuk maksud instruksional khusus apa, dan pengetahuan lain yang pribadi bekerjasama dengan pengajaran. Penyusunan suatu jadwal pendidikan di sekolah tergantung pada asas, pertimbangan, nilai dan teori yang bekerjasama dengan:
1)      Tujuan pendidikan secara umum
2)      Sifat dan penggunaan pengetahuan
3)      Konsep dan teknologi wacana belajar
4)      Ketenagaan
c.       Administrasi
Tugas bidang garapan manajemen ketenagaan:
1)      Memperlancar jadwal supervisi pendidikan
2)      Membantu pengisian identitas kepegawaian
3)      Memperlancar kebijaksanaan dalam kepegawaian seperti: kenaikan pangkat dan lain-lain.
d.      Kesiswaan
Tugas dan kewajiban Pengadministrasian kesiswaan meliputi :
1)      Mengatur  proses mencar ilmu mengajar (PMB)
2)      Mempertimbangkan syarat kenaikan kelas atau kelulusan
3)      Menyusun tata tertib sekolah
4)      Mengawasi dan membimbing organisasi siswa
5)      Pelaksanaan kegiatan upacara sekolah
e.       Ketatausahaan sekolah
Tugas kepingan ketatausahaan ini meliputi:
1)      Perencanaan penggunaan ruang belajar
2)      Menyusun kalender pendidikan
3)      Notulen rapat sekolah
4)      Pengelolaan perpustakaan sekolah
5)      Kegiatan persuratan
6)      Program kesejahteraan personil
7)      Sarana dan prasarana pendidikan
8)      Inventarisasi alat-alat peraga, Olah raga, kesenian, PKK, dll.
9)      Merencanakan dan mengusahakan buku pegangan untuk guru dan siswa.
10)  Pengaturan penggunaan laboratorium
11)  Kegiatan/penertiban lingkungan
f.       Keuangan dan pembiayaan sekolah
Tugas umum kepingan keuangan dan pembiayaan ialah sebagai berikut:
1)      Penyusunan planning anggran pendapatan dan belanja
2)      Pengaturan segala dana/biaya rutin ataupun SPP,dll
g.      Hubungan sekolah dan masyarakat
Fungsi relasi sekolah dengan masyarakat adalah:
1)      Adanya koordinasi
2)      Pengabdian pada masyarakat
3)      Ikut berpartisipasi dalam kegiatan/gerakan kebersihan, keindahan, dll
4)      Pertemuan dengan BP3 atau orang renta murid.
h.      Pengawasan dan evaluasi
Tugas dan fungsi kepingan pengawasan dan penilaian adalah:
1)      Pembinaan dari seluruh kegiatan PBM
2)      Pembinaan dan peningkatan profesi mengajar
3)      Pengawasan melekat
4)      Penilaian yang kontinu dari segala kegiatan (edukatif dan non edukatif)

B.     Fokus Operasional Sekolah dalam Pembelajaran dan Pengajaran
Pembelajaran dan pengajaran di sekolah merupakan salah satu fokus operasional sekolah. Sekolah sebagai lingkungan pendidikan yang sanggup menghasilkan lulusan dengan bermacam-macam tingkat kemampuan, pengetahuan serta nilai atau sikap yang memungkinkan untuk menjadi warga masyarakat dan warga negara yang bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, beriman dan berbudi pekerti luhur. Tujuan tersebut tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari tenaga kependidikan yang professional yaitu guru dalam menawarkan pembelajaran dan pengajaran sebagai fokus operasional sekolah dalam menghasilkan lulusan yang bermutu.
            Tingkat kualitas guru dalam membelajarkan penerima didik inilah yang mengakibatkan tingginya kualitas pembelajaran, sehingga berdampak kepada tingginya kualitas forum pendidikan di sekolah. Proses kegiatan mencar ilmu yang dilaksanakan sekolah bersifat formal disengaja, direncanakan, dengan bimbingan guru, serta pendidik lainnya. Kegiatan mencar ilmu tersebut sangat diperlukan, melihat keadaan ketika ini, semakin banyaknya dan semakin tingginya tuntutan hidup masyarakat. Semakin tinggi taraf perkembangan masyarakat maka semakin tinggi dan banyak tuntutan yang harus dipenuhi dan semakin banyak waktu mencar ilmu yang harus ditempuh.
Menurut Sukmadinata (2003, hlm. 178) pelaksanaan pengajaran dengan pemfokusan kepada mencar ilmu proses dilatarbelakangi oleh konsep-konsep mencar ilmu berdasarkan teori Naturalisme-Romantisme dan teori Kognitif-Gestalt. Naturalisme-Romantisme lebih menekankan kepada aktifitas siswa sedangkan kosep teori kognitif-gestalt menekanan pemahaman dan kesatupaduan yang menyeluruh.
Dalam pelaksanaan pengajaran yang menekankan proses berdasarkan Sukmadinata (2003, hlm. 178-179) kini dikenal pula dengan keterampilan proses, guru membuat bentuk pengajaran yang bervariasi semoga siswa terlibat dalam banyak sekali pengalaman. Siswa diminta untuk merencanakan, melaksanakan dan menilai sendiri hasil suatu kegiatan. Siswa melaksanakan pengamatan, percobaan, pengukuran, perhitungan dan membuat kesimpulan sendiri. Dalam mencar ilmu model ini, siswa tidak hanya mencar ilmu dari guru, tetapi juga dari sesama temannya dari manusia-manusia sumber diluar sekolah
Belajar merupakan suatu upaya pengembangan seluruh kepribadian individu, baik dari segi fisik maupun psikis. Dalam proses mencar ilmu disekolah, target mencar ilmu menyerupai ini sering dirumuskan sebagai tujuan pelajaran atau tujuan instruksional. (Aniyah, 2012, hlm. 1).
Tujuan mencar ilmu berdasarkan target mencar ilmu sudah diatur dalam TAP MPR Nomor II tahun 1988, tujuan tersebut adalah: ’’Pendidikan nasional berdasaran pancasila, bertujuan untuk meningkatan kualitas insan Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, disiplin, bekerja keras, tangguh, beranggung jawab, mandiri, cerdas terampil serta sehat jasmani dan rohani. Disamping itu, pendidikan nasional juga harus bisa menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta pada tanah air, mempertebal semangat kebangsaan, dan rasa kesetiakawanan sosial. (Sukmadinata, 2003, hlm. 179)
Sejalan dengan hal tersebut, dikembangkan iklim mencar ilmu mengajar yang bisa menumbuhkan rasa percaya pada diri sendiri serta mempunyai sikap dan sikap inovatif dan kreatif. Dengan demikian pendidikan nasional akan bisa mewujudkan sumber daya pembangunan yang bisa membangun dirinya sendiri serta gotong royong bertanggung jawab pada pembangunan bangsa.
Sekolah merupakan forum pendidikan kawasan berlangsungnya kegiatan mencar ilmu harus bisa memenuhi  rasa kepuasan mencar ilmu penerima didik, lantaran merekalah yang menjadi konsumen penting dalam menawarkan jasa layanan pendidikan. Semua sarana dan prasaran maupun jadwal disusun untuk kepentingan dan fasilitas mereka belajar. Tanpa keberdaan mereka semua unsur yang ada di sekolah menjadi kurang berfungsi.
Ada dua pendekatan di dalam pelaksanaan pengajaran di sekolah berdasarkan Sukmadinata (2003, hlm. 178), yaitu pendekatan yang mengutamakan hasil mencar ilmu dan yang menekankan proses belajar. Sebab suatu hasil mencar ilmu yang baik akan diperoleh melalui proses yang baik, dan sebaliknya proses mencar ilmu yang baik akan memberi hasil yang baik pula.
Kepuasan penerima didik merupakan tujuan dan fokus operasional dari layanan mencar ilmu di sekolah. Anak yang menerima kepuasan akan terlihat dari sikapnya yang positif terhadap pelajaran yang diterima oleh gurunya. Anak memperlihatkan sikap positif dalam bentuk sikap dikarenakan telah memperoleh apa yang diinginkannya, mereaksi positif, bebas keluhan terhadap proses mengajar dari gurunya. Indikator kepuasan anak sanggup terlihat dari Indikator individual dan indikator kelompok.   
Menurut J.B Carrol dalam Suhardan (2014, hlm. 109) Indikator individu terdiri dari:
1.      Setiap anak mendapatkan pelajaran dari guru dengan rasa suka cita tanpa tegang dan stress.
1.      Mengerjakan kiprah secara independen.
2.      Tidak ada keluhan yang berarti dalam mengerjakan tugas.
3.      Mengikuti pembelajaran dengan aktif dan arif.
4.      Efektifitas mencar ilmu tinggi sesuai waktu.
5.      Belajar berdasarkan mekanisme sistematika yang telah ditetapkan.
6.      Tinggi kapasitas pemahaman cara mengerjakan kiprah belajarnya.
Kepuasan mencar ilmu pada tingkat kelas berdasarkan Suhardan (2014, hlm. 110) sanggup diketahui dari:
1.      Norma dan hukum mencar ilmu dalam kelas dipatuhi, tak ada pelanggaran.
2.      Duduk dan konsentrasi serius terhadap kiprah yang harus dikerjakan, rendah jumlah anak yang mondar-mandir tanpa tujuan.
3.      Rendah frekuensi pengarahan guru, besar kegiatan kelas mengerjakan tugas.
4.      Mengerjakan kiprah berdasarkan keperluan materi mencar ilmu dan petunjuk mencar ilmu yang semestinya.
5.      Sedikit waktu yang dipakai untuk membentuk disiplin dalam mengelola kelas.
6.      Anak menyukai pelajaran yang diberikan gurunya.
7.      Bangga atas prestasi yang diperolehnya.


A. Kesimpulan
Manajemen operasional pendidikan merupakan proses yang secara berkesinambungan dan efektif memakai fungsi–fungsi manajemen untuk mengintegrasikan banyak sekali sumber daya sekolah secara efisien dalam rangka mencapai tujuan. Unsur–unsur pokok dalam pengertian tersebut yaitu Kontinyu, Efesien dan Efektif.
Pengelolaan sumber daya sehingga menghasilkan jasa pendidikan yang diharapkan, maka kegiatan dalam manajemen operasional sekolah meliputi penggunaan fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, penggerakan fungsi pengendalian, dan proses transformasi.
Pembelajaran dan pengajaran di sekolah merupakan salah satu fokus operasional sekolah sebagai lingkungan pendidikan yang sanggup menghasilkan lulusan yang bermutu. Tingkat kualitas guru dalam membelajarkan penerima didik inilah yang mengakibatkan tingginya kualitas pembelajaran, sehingga berdampak kepada tingginya kualitas forum pendidikan di sekolah. Kepuasan penerima didik merupakan tujuan dan fokus operasional dari layanan mencar ilmu di sekolah.
Proses pembelajaran dan pengajaran terhadap siswa merupakan tahapan sistem pengelolaan yang akan dilalui oleh input sehingga menjadi output yang diharapkan. Proses tersebut tersebut dipakai untuk mengolah input menjadi output, sehingga menjadi jasa pendidikan yang dibutuhkan masyarakat.





DAFTAR PUSTAKA

Aniyah, Siti. (2012). Upaya Peningkatan Pembelajaran Kimia pada Materi Pemisahan Kimia melalui Metode Praktikum Berbasis Laboratorium Kelas VII MTs Hidayatus Syubban Genuk. Skripsi Sarjana IAIN Walisongo. Diakses dari: aciknadzirah.blogspot.com/search?q=kebutuhan-operasional-sekolah">http://disinideddyck.blogspot.co.id/2012/11/kebutuhan-operasional-sekolah. html
Kustandi, C. (2105). Prinsip Pembelajaran. Diakses dari: https://cecepkustandi.wordpress.com/2015/06/29/prinsip-pembelajaran/
Pengertianmenurutparaahli.net. (2016). Pengertian Kegiatan Operasional Perusahaan. Diakses dari: http://www.pengertianmenurutparaahli.net/ pengertian-kegiatan-operasional-perusahaan/
Purwadinata. (1967). Psikologi Pendidikan dengan Pendidikan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sekolahalam-amani.blogspot.co.id. (2011). Manajemen Operasional Sekolah. Diakses dari: http://sekolahalam-amani.blogspot.co.id/2011/07/manajemen-operasional-sekolah
Komalasari, Kokom. (2010). Pembelajaran Kontekstual. Bandung: Refika Aditama
Kurniawan, D. H. (2012). Kebutuhan Operasional Sekolah. Diakses dari: http://disinideddyck.blogspot.co.id/2012/11/kebutuhan-operasional-sekolah. html
Kustandi, C. (2105). Prinsip Pembelajaran. Diakses dari: https://cecepkustandi.wordpress.com/2015/06/29/prinsip-pembelajaran/
Pengertianmenurutparaahli.net. (2016). Pengertian Kegiatan Operasional Perusahaan. Diakses dari: http://www.pengertianmenurutparaahli.net/ pengertian-kegiatan-operasional-perusahaan/
Purwadinata. (1967). Psikologi Pendidikan dengan Pendidikan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sekolahalam-amani.blogspot.co.id. (2011). Manajemen Operasional Sekolah. Diakses dari: http://sekolahalam-amani.blogspot.co.id/2011/07/manajemen-operasional-sekolah
Setiawan, P. (2016). 10 Definisi Dan Pengertian Operasional. Diakses dari: http://www.gurupendidikan.com/10-definisi-dan-pengertian-operasional/
Suhardan, D. (2014). Supervisi Profesional (Layanan dalam Meningkatkan Mutu Pengajaran di Era Otonomi Daerah). Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, N. S. (2003). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 wacana Sistem Pendidikan Nasional Pembelajaran.



Sumber http://samplingkuliah.blogspot.com