Showing posts with label Alur cerita-Bahasa Indonesia. Show all posts
Showing posts with label Alur cerita-Bahasa Indonesia. Show all posts

Tuesday, August 28, 2018

√ Pola Cerpen Alur Maju Dalam Bahasa Indonesia

Cerpen merupakan abreviasi dari dongeng pendek. Ada berbagai macam-macam cerpen dalam bahasa Indonesia dengan banyak sekali jenis tahapan dalam alur cerita.  Salah satu alur cerita yang sering digunakan dan gampang dipahami ialah alur maju. Untuk lebih memahami perihal cerpen dengan alur maju,  berikut ialah contohnya:


Hari ini, Tono pulang sekolah lebih awal sebab para guru akan mengadakan rapat penting. Seperti biasanya, dia pulang dengan berjalan kaki bersama sahabatnya, Dito. Rumah Tono dan Dito memang tidak jauh dari sekolah sehingga sanggup ditempuh hanya dengan berjalan kaki.


Ketika melewati persimpangan, Tono melihat selembar kertas sempurna di bawah sebuah pohon mangga di pinggir jalan.


“Tunggu, Dit,” ujar Tono. Dito pun eksklusif menghentikan langkahnya.


Tono segera mendekati lebaran kertas yang dilihatnya untuk memastikan perkiraannya benar atau tidak. Ternyata benar! Lembaran kertas yang dilihatnya itu ialah selembar uang seratus ribuan.


“Lihat, Dit. Aku sanggup uang!” ujar Tono bangga sambil berlari mendekati Dito yang kebingungan.


“Uang siapa itu, Ton?” tanya Dito.


“Mana saya tahu. Aku sanggup di bawah pohon dan kini jadi milikku,” Tono memasukkan uang tersebut ke dalam kantongnya, “aku traktir, yuk.”


“Ogah, ah. Kalau orangnya tiba terus nanyain uangnya, gimana? Kan harus dikembalikan.” Dito menolak.


“Huh, yaudah jika gak mau. Aku mau main PS sama makan bakso hingga puas aja, ah.  Dadah.” Tono pun berlalu tanpa mempedulikan omongan Dito, sedangkan Dito hanya menggelengkan kepalanya.


Setelah puas bermain, Tono pun pulang ke rumah. Ia merasa puas sekali hari ini. Uang yang ditemukannya tadi telah habis digunakan bermain dan jajan.


“Ton, tampaknya kau tidak sanggup ikut program perpisahan di sekolah,” Ibu tiba-tiba tiba dengan wajah kebingungan bercampur sedih.


“Loh, kenapa, Bu?” Tono yang sudah usang menunggu program tersebut terang kecewa dengan perkataan Ibu.


“Uangnya hilang sewaktu Ibu pulang ke rumah. Sepertinya jatuh di persimpangan. Ibu tidak punya uang lagi untuk bayar program perpisahan, sedangkan batas simpulan pembayarannya besok pagi. Darimana Ibu sanggup mampu uang seratus ribu dalam sehari, jualan dari pagi hingga sore saja belum tentu sanggup segitu banyak,” terang Ibu sambil membereskan keranjang jualannya.


Tono eksklusif teringat lembaran uang yang ditemukannya tadi siang. Itu niscaya uang Ibu, gumamnya dalam hati. “Ta.. Tapi kan, Bu… “


“Ah, sudahlah. Ibu sudah susah, jangan dibentuk makin susah. Acara perpisahan kan bukan program penting. Ibu capek, mau istirahat.”


Tono pun menyesal telah mengambil yang bukan miliknya dan kini dia harus mendapatkan akhir perbuatannya.


Itulah salah satu pola cerpen alur maju dalam bahasa Indonesia. Beberapa artikel lainnya perihal karangan dalam bahasa Indonesia yang sanggup Anda pelajari menyerupai jenis-jenis prosa, contoh cerpen singkat beserta strukturnya, jenis-jenis roman, pola cerpen pendek, pola cerpen alur mundur, dan contoh cerpen alur campuran. Semoga bermanfaat. Terima kasih.



Sumber https://dosenbahasa.com

√ Referensi Cerpen Alur Adonan Singkat Dalam Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia mempunyai banyak jenis-jenis prosa yang sangat menarik untuk dibaca. Salah satu prosa yang menjadi kesukaan banyak orang yaitu macam-macam cerpen. Tiap cerpen mempunyai alur dongeng yang bermacam-macam dan salah satu jenis alur dongeng yaitu alur campuran. Alur adonan yaitu jalan dongeng yang maju mundur maju atau sebaliknya. Untuk lebih memahami perihal cerpen alur campuran, berikut yaitu salah satu contohnya:


Dengan kaki diseret, Nina memenuhi panggilan ibunya di dapur.  Jantungnya berdebar kencang, butiran keringat hirau taacuh membasahi dahinya, bibir bawahnya digigit semoga tidak ikut bergetar. Ia merasa ingin segera menghilang dari dunia ini. Setiap langkah yang ia ambil seolah langkah dengan berat ratusan kilogram.


Ia teringat dengan kejadian tadi pagi dimana ia terbangun dengan kondisi daerah tidur yang basah. Ya, Nina mengompol. Ia merasa sangat ketakutan sekaligus malu. Apa yang akan dibilang orang-orang nanti? Sudah Sekolah Menengah Pertama tapi masih ngompol?


Nina segera memutar otak mencari jalan keluar.


“Oh iya, ibu kan punya pengering rambut. Aku akan coba pakai itu. Tapi.. Ibu melarangku menggunakan benda itu. Aduuuhh, gimana nih?” Nina masih belum menemukan jalan keluarnya.


“Ah, saya pinjam sebentar saja. Sepertinya ibu sedang mandi, akan saya ambil kini saja.” Akhirnya Nina pun memutuskan untuk nekat.


Dengan mengendap-endap ia masuk ke kamar ibu dikala ibu masih di kamar mandi. Ayah sudah pergi kerja semenjak subuh tadi sehingga suasana pun mendukung.


“Ini dia! ” ujar Nina sambil mencium pengering rambut yang ditemukannya.


Dengan segera, ia kabur ke dalam kamarnya dan pribadi menggunakannya untuk mengeringkan daerah tidur. Tidak perlu waktu usang untuk membuatnya terlihat kering. Tapi tragedi alam pun terjadi…


Nina tak sengaja menjatuhkan alat tersebut dikala akan mencabut kabelnya. Beberapa bab dari alat tersebut pun ikut retak dan pecah. Spontan seluruh tubuhnya gemetaran ketakutan. Tanpa pikir panjang, ia segera menyembunyikan alat itu ke dalam lemari.


Kini ia harus menghadapi ibu yang pastinya akan menanyakan soal alat tersebut.


“Ya, Bu,” kesudahannya langkah yang super berat tadi hingga juga di hadapan ibu.


“Langsung ke pada dasarnya saja. Ibu tidak suka ada pencuri di rumah ini,” Ibu mulai mengeluarkan kalimatnya.


“Kamu dapat ijin dulu sama ibu, kan? Tidak perlu rahasia mengambil barang ibu. Dulu kau masih SD, makanya Ibu larang. Sekarang kau boleh memakainya tapi jangan rahasia begitu, apalagi tidak kau kembalikan ke tempatnya,” ekspresi Ibu komat kamit mengeluarkan semua keluhannya.


Nina hanya dapat tertunduk mendengarnya.


“Memangnya kau keramas tadi pagi hingga butuh pengering rambut?” Ibu mulai menginterogasi.


“Nina ngompol, Bu,” Nina pun mulai menangis alasannya tak tahan lagi. “Tapi Nina gak sengaja merusak pengering rambut Ibu.”


Ibu pun tak jadi marah, ia malah tertawa lepas.


Contoh cerpen alur adonan singkat dalam bahasa Indonesia diatas merupakan salah satu dari sekian banyak contoh. Artikel lainnya yang berkaitan dengan pola jenis karangan, adalah jenis-jenis prosa fiksi, macam-macam cerpencontoh esai sastra, jenis-jenis prosa non fiksi, contoh prosa gres novel, jenis-jenis prosa baru, perbedaan prosa usang dan prosa baru, contoh prosa gres cerpen dan novel, contoh cerpen beserta sinopsisnya, dan jenis-jenis karangan non ilmiah. semoga bermanfaat. Terima kasih.



Sumber https://dosenbahasa.com

Monday, August 27, 2018

√ Referensi Alur Mundur Dalam Dongeng Pendek

Ada banyak sekali jenis-jenis prosa dalam bahasa Indonesia, contohnya macam-macam cerpen, jenis-jenis karangan semi ilmiahjenis-jenis karangan ilmiah, dan lain sebagainya. Dalam setiap cerita, tentunya terdapat tahapan dalam alur cerita, ibarat alur maju, alur mundur, atau alur campuran. Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas pola dongeng dengan memakai alur mundur. Berikut contohnya :


Roni masih belum mengerti kenapa hari ini Gilang terlihat kesal sekali dengannya. Bahkan ia sama sekali tidak mau menyapa. Akhirnya Roni mencoba untuk bertanya pada Jaka sebab sudah tak tahan didiamkan ibarat ini.


“Apa?! Kamu gak tahu kenapa Gilang kesal? ” Jaka tampak kaget dan tidak percaya dengan pertanyaan Roni.


Dengan wajah yang juga sedikit kesal, balasannya Jaka menceritakan semuanya. Roni pun kaget mendengar dongeng Jaka. Ternyata semua ini akhir kesalahan dan kelalaian dari Roni sendiri.


Kemarin, Roni seharusnya tiba ke rumah Gilang untuk ikut bertanding futsal di lapangan erat rumah Gilang.


“Ya ampun, tuh anak kemana?! Udah jam segini belum tiba juga,” Gilang tampak sangat kesal.


“Ya udah, deh. Kita cari penggantinya saja. Daripada kita didiskualifikasi cuma sebab telat, Lang, ” Jaka memberi saran.


“Ya tapi Roni sudah kesepakatan mau datang, Ka. Dia kan striker yang paling dibutuhkan di tim ini. Kemampuannya bisa bikin kita menang,” Gilang masih ingin menunggu Roni dan berharap ia tiba dengan segera.


“Tapi ini sudah hampir mulai, Lang,” Jaka mengingatkan.


“Ya, sudah. Ayo, kita pergi. Manusia suka telat kayak ia memang gak bisa diandalkan,” Gilang pun mengalah menunggu Roni yang mengecewakannya.


Itulah salah satu pola alur mundur dalam dongeng pendek. Untuk lebih memahami wacana karangan dan penulisannya, Anda juga bisa membaca artikel lain ibarat jenis-jenis prosa baru, macam-macam hikayat, macam-macam dongeng, contoh cerpen fabel, contoh dongeng cerpen dan novel dalam bahasa indonesia, contoh sinopsis antologi cerpen, dan contoh hikayat singkat. Semoga bermanfaat. Terima kasih.



Sumber https://dosenbahasa.com