Showing posts with label Gunung Berapi. Show all posts
Showing posts with label Gunung Berapi. Show all posts

Saturday, April 21, 2018

√ Fasies Gunungapi Menurut Stratigrafi

Seperti yang kita ketahui, fasies gunung api terdiri atas fasies sentral, fasies proksimal, fasies medial, dan fasies distal. Pada gunung api muda, berumur Kuarter - masa kini, pembagian fasiesnya relatif gampang lantaran didukung oleh bentuk bentang alam berupa kerucut komposit yang masih sangat jelas. Fasies sentral terletak di daerah puncak, fasies proksimal di lereng atas, fasies medial di lereng bawah, dan fasies distal berada di kaki dan dataran di sekelilingnya. Sedangkan untuk gunungapi purba, berumur Tersier atau lebih tua, dimana bentuk kerucut kompositnya sudah tidak jelas, sehingga identifikasi fasies gunungapi perlu diteliti menurut pada pendekatan analisis inderaja-geomorfologi, stratigrafi batuan gunungapi, vulkanologi fisik, struktur geologi, serta petrologi-geokimia. Pembahasan kali ini akan akan lebih fokus kepada identifikasi Fasies Gunungapi menurut Stratigrafi Batuan Gunungapi.

Fasies Sentral ; fasies ini gotong royong merupakan bukaan keluarnya magma dari dalam bumi ke permukaan. Oleh lantaran itu daerah ini akan dicirikan oleh asosiasi batuan beku yang berupa kubah lava dan banyak sekali macam batuan terobosan semi gunung api (subvolcanic intrusions) menyerupai halnya leher gunung api (volcanic necks), sill, retas, dan kubah bawah permukaan (cryptodomes). Batuan terobosan dangkal tersebut sanggup ditemukan pada dinding kawah atau kaldera gunung api masa kini, atau pada gunung api purba yang sudah tererosi lanjut. Selain itu, lantaran daerah bukaan mulai dari conduit atau diatrema hingga dengan kawah merupakan lokasi terbentuknya fluida hidrotermal, maka hal itu menjadikan terbentuknya batuan ubahan atau bahkan mineralisasi. Apabila pengikisan di fasies sentral ini sangat lanjut, batuan bau tanah yang mendasari batuan gunung api juga sanggup tersingkap.

Fasies Proksimal ; fasies ini merupakan daerah gunung api yang paling bersahabat dengan lokasi sumber atau fasies pusat. Asosiasi batuan pada kerucut gunungapi komposit sangat didominasi oleh perselingan fatwa lava dengan breksi piroklastika dan aglomerat (Gambar 1 dan 2). Kelompok batuan ini sangat resistan, sehingga biasanya membentuk timbulan tertinggi pada gunungapi purba.

Baca juga artikel lainnya dibawah ini yang membahas mengenai "Gunungapi" :


 fasies gunung api terdiri atas fasies sentral √ Fasies Gunungapi menurut Stratigrafi
Gb 1. Perlapisan fatwa lava dan breksi gunungapi pada fasies proksimal G. Galunggung.

 fasies gunung api terdiri atas fasies sentral √ Fasies Gunungapi menurut Stratigrafi
Gb 2. Perlapisan fatwa lava bab dari fasies proksimal gunung api Tersier Gunungkidul.

Fasies Medial ; lantaran sudah lebih menjauhi lokasi sumber, fatwa lava dan aglomerat sudah berkurang, tetapi breksi piroklastika dan tuf sangat dominan, dan breksi lahar juga sudah mulai berkembang. Sebagai daerah pengendapan terjauh dari sumber.

Fasies Distal ; fasies ini didominasi oleh endapan rombakan gunung api menyerupai halnya breksi lahar, breksi fluviatil, konglomerat, batupasir, dan batulanau. Endapan primer gunung api di fasies ini umumnya berupa tuf. Ciri-ciri litologi secara umum tersebut tentunya ada kekecualian apabila terjadi letusan besar sehingga menghasilkan endapan fatwa piroklastika atau endapan longsoran gunung api yang melampar jauh dari sumbernya. Pada pulau gunung api ataupun gunung api bawah laut, di dalam fasies distal ini batuan gunung api sanggup berselang-seling dengan batuan non gunung api, menyerupai halnya batuan karbonat.

Written by: Flyshgeost
Sumber: Sutikno Bronto, dalam Jurnal Geologi Indonesia, Vol 1 No.2, Juni 2006.

Sumber http://www.geologinesia.com

Saturday, March 24, 2018

√ Letusan Gunung Berapi Di Papua Nugini Dapat Berdampak Ke Papua??

Sangat jarang saya menulis ihwal geologi di luar Indonesia, tetapi untuk ketika ini saya akan membahasnya sebab negara ini berbatasan dengan Indonesia, sehingga besar kemungkinan fenomena geologi yang terjadi disana kuat sampai ke Indonesia. Negara ini yaitu Papua Nugini (Papua New Guinea), sebuah negara yang berbatasan pribadi dengan Papua, provinsi paling timur Indonesia. Fokus pembahasan Geologinesia.com pada Papua Nugini yaitu dari sisi vulkanologinya yang menyangkut rekam jejak letusan besar gunung berapi yang pernah terjadi di negara tersebut.


Di Papua Nugini, beberapa gunung berapi telah menghasilkan letusan terbesar dalam beberapa ribu tahun terakhir. Gunungapi di Dakataua, Pago, Billy Mitchell semua menghasilkan letusan pada skala diatas VEI 5 dalam 10.000 tahun terakhir. Sementara itu Gunungapi di Rabaul, Tavui, Ulawun, Lolobau, Lamington, Karkar, Manam dan Long Island mempunyai skala letusan rata-rata VEI 4. Beberapa gunung berapi di Papua Nugini yaitu kaldera spektakuler yang telah menjadi sumber letusan besar. Di Rabaul dan Tavui yaitu submerged kaldera, sementara Karkar mempunyai "massive summit calderas" berukuran lebih dari 5 kilometer.

Long Island mempunyai kaldera 10 - 12 kilometer (sekarang dipenuhi dengan air membentuk danau) terbentuk dari tiga letusan eksplosif selama 16.000 tahun terakhir. Pago, yang merupakan pecahan dari kaldera Witori terbentuk dari serangkaian letusan eksplosif dalam 5.600 tahun terakhir. Bahkan Billy Mitchell yang "hanya" mempunyai kaldera selebar 2 kilometer di puncaknya telah menghasilkan beberapa letusan eksplosif dalam 900 tahun terakhir menimbulkan setengah dari Pulau Bougainville terselimuti oleh bubuk dan puing-puing vulkanik. Jadi, kalau Anda mengharapkan terjadinya letusan gunung berapi besar berikutnya, maka Papua Nugini merupakan tempat yang sangat sempurna untuk tragedi tersebut.


 Sangat jarang saya menulis ihwal geologi di luar Indonesia √ Letusan Gunung Berapi di Papua Nugini Bisa Berdampak ke Papua??
Ilustrasi letusan gunung berapi.

Kita ketahui bahwa letusan yang terjadi baru-baru ini (abad ke-20) di Rabaul dan Lamington, menimbulkan kerusakan dahsyat dan banyaknya jiwa yang melayang. Letusan besar yang juga pernah terjadi di tahun 1951 menghasilkan fatwa piroklastik yang menewaskan lebih dari 3.500 orang, menyapu rata kota Higataru. Kolom Abu vulkanik dari letusan ini mencapai 12 kilometer (40.000 kaki) dan guncangan dari ledakan ini terasa sampai ke Ibukota (Port Moresby) yang jaraknya lebih dari 110 kilometer (70 mil) dari sentra ledakan.

Letusan besar ini memicu runtuhnya kubah lava sehingga menghasilkan 0,2-0,4 kubik kilometer puing-puing longsoran dan bulu-bulu bubuk yang runtuh menghasilkan fatwa piroklastik sepanjang 15 kilometer (9 mil). Ironisnya, ketika ini masyarakat setempat mulai kembali bermukim di kawasan tersebut tanpa mempertimbangkan bagaimana letusan dahsyat dapat saja kembali terjadi disana. Kota Rabaul pun demikian, terletak di dalam kaldera yang sama dengan Lamington. Ini berarti bahwa orang-orang disana hidup berdampingan dengan gunung berapi yang telah menghasilkan 3 kali letusan pada skala diatas VEI 4 dalam 100 tahun terakhir.


Siklus letusan gunung berapi biasanya akan berulang dan tidak menutup kemungkinan sebuah letusan besar akan terjadi lagi di Papua Nugini. Dengan banyaknya tragedi letusan besar gunung berapi di negara ini, dibutuhkan adanya kewaspadaan yang tinggi terhadap kawasan yang berbatasan pribadi dengan negara ini. Ya, Provinsi Papua merupakan kawasan yang cukup potensial terkena imbas dari letusan besar di Papua Nugini. Walaupun Provinsi Papua letaknya cukup jauh dari ring of fire Papua Nugini, namus kewaspadaan terhadap fenomena geologi ini harus tetap ada. Salam.

Sumber http://www.geologinesia.com

Wednesday, March 21, 2018

√ Pemegang Rekor Gunung Berapi Terbesar Di Dunia

Riset terbaru hasilnya menyingkirkan Mauna Loa, Hawai sebagai gunung berapi terbesar di dunia. Penemuan paling fenomenal di kurun ini yakni ilmuwan telah menemukan sebuah gunung berapi terbesar di dunia yang berada di dasar maritim Samudera Pasifik. Gunung berapi ini dikenal dengan nama Gunung Tamu Massif (Gunung Tamu). Gunung Tamu terletak di tempat barat maritim Samudera Pasifik atau sekitar 1.600 km sebelah timur Jepang. Gunung berapi terbesar ini terletak pada kedalaman sekitar 2 kilometer di dasar maritim Samudera Pasifik.

Tinggi gunung ini tidak seberapa, hanya sekitar 4,4 kilometer dari dasar samudera. Tetapi yang sangat mengejutkan yakni bentuk gunung ini (seperti tipe perisai) yang berukuran 450-650 kilometer. Ukuran menyerupai ini menyerupai dengan setengah pulau Sumatera atau seluas New Mexico. Dengan ukuran yang demikian maka Gunung Tamu 50 kali lebih besar dari Gunung Mauna Loa, Hawai yang sebelumnya dinobatkan sebagai gunung berapi terbesar di dunia.

Baca juga: Air Terjun Tertinggi di Dunia

Sebelumnya Gunung Tamu tidak diperhatikan alasannya ilmuwan menganggap gunung ini hanya merupakan rangkaian dari gunung-gunung berapi yang ada di dasar samudera. Tetapi dengan data seismik dan analisa geokimia mengungkapkan bahwa anutan lava disemua sudut luar gunung berapi ini mempunyai komposisi dan umur yang sama.

Riset terbaru hasilnya menyingkirkan Mauna Loa √ Pemegang Rekor Gunung Berapi Terbesar Di Dunia
Gambar gunung berapi terbesar di dunia (G. Tamu Massive).

Baca juga: Gempa Terbesar di Dunia

Data seismik mengungkapkan bahwa banyak anutan lava yang muncul dari ventilasi tunggal. Ini pertanda bahwa hanya terdapat satu dapur vulkanik super besar dan Gunung Tamu merupakan sebuah gunung berapi tunggal. Kaprikornus untuk ketika ini, Gunung Tamu yakni gunung berapi terbesar di dunia, kecuali kedepannya ada inovasi terbaru gunung berapi yang ukurannya lebih besar dari gunung ini.
Sumber http://www.geologinesia.com

Tuesday, February 6, 2018

√ Fatwa Lava (Lava Flow)

Geologi Dalam Gambar:

ALIRAN LAVA (LAVA FLOW)


 Aliran Lava Pahoehoe di Gunungapi Piton de la Fournaise √ Aliran Lava (Lava Flow)

Aliran Lava Pahoehoe di Gunungapi Piton de la Fournaise. Foto diambil Maret 2017 oleh Evelyn, PhD. Inilah pola menakjubkan sebuah hasil simpulan anutan lava  gunung berapi. Ia mengambil foto ini pada bulan Maret dikala mengunjungi gunungapi Piton de la Fournaise di Pulau Réunion, Perancis.

Sumber: Agu Blogosphere
Sumber http://www.geologinesia.com

Sunday, January 14, 2018

√ Gunung Berapi Di Venus : Pedoman Lava Luas Dan Gunung Api Perisai Besar

Venus yakni planet terdekat dengan Bumi. Namun, permukaan Venus terhalangi oleh beberapa lapisan epilog awan tebal. Awan ini begitu tebal sehingga pengamatan teleskop optik dari Bumi tidak bisa menghasilkan gambaran yang terang wacana fitur permukaan planet ini. Informasi terperinci pertama wacana permukaan Venus diperoleh pada awal 1990-an, dikala pesawat luar angkasa Magellan (juga dikenal sebagai Venus Radar Mapper) memakai gambaran radar untuk menghasilkan data topografi rinci pada sebagian besar permukaan planet ini.

Para peneliti sangat terbantu dengan data topografi tersebut untuk mengungkapkan fitur vulkanik di Venus, namun mereka terkejut ketika mengetahui bahwa setidaknya 90% permukaan planet ditutupi oleh pedoman lava dan gunung berapi perisai yang luas (Shield Volcanoes). Mereka juga terkejut bahwa fitur vulkanik di Venus berukuran sangat besar jikalau dibandingkan dengan fitur serupa di Bumi.

Baca juga: Pemegang Rekor Gunung Berapi Terbesar di Dunia

Enormous Shield Volcanoes

Kepulauan Hawaii sering dipakai sebagai referensi gunung berapi perisai besar yang ada di Bumi, dimana pada bab bawahnya mempunyai lebar 120 kilometer dan tingginya sekitar 8 kilometer. Sedangkan gunung berapi Perisai di Venus mempunyai lebar yang sangat mengesankan yaitu 700 kilometer di bab dasar, tetapi tingginya hanya sekitar 5,5 kilometer.

Singkatnya, gunung berapi perisai besar di Venus ini ukurannya beberapa kali lebar yang ada di Bumi dan lerengnya lebih landai.

Venus yakni planet terdekat dengan Bumi √ Gunung Berapi di Venus : Aliran Lava Luas dan Gunung Api Perisai Besar
perbandingan ukuran relatif gunung berapi di Venus dan Bumi.

Aliran Lava Luas (Extensive Lava Flows)

Aliran lava di Venus diperkirakan terdiri dari batuan yang seolah-olah dengan batu basalt di Bumi. Banyak pedoman lava di Venus yang mempunyai panjang beberapa ratus kilometer. Mobilitas lava sanggup mengalami kenaikan akhir suhu permukaan planet ini yang rata-rata sekitar 470 derajat celcius.

Gambar di bawah menunjukkan gunung berapi Sapas Mons di Venus, sanggup terlihat banyaknya aliran lava panjang. Fitur radial gunung berapi ini dihasilkan oleh pedoman lava panjang yang membentang dari dua ventilasi vulkanik.

Venus yakni planet terdekat dengan Bumi √ Gunung Berapi di Venus : Aliran Lava Luas dan Gunung Api Perisai Besar
Gunungapi Sapas Mons dan Peta Geologi Venus.

Kubah Pancake (Pancake Domes)

Venus mempunyai sejumlah besar fitur yang disebut "kubah pancake" (Pancake Domes). Hal ini seolah-olah dengan kubah lava yang ditemukan di Bumi, namun di Venus mereka mencapai 100 kali lebih besar.

"Kubah pancake" sangat luas, dengan bab atas yang sangat rata, tingginya kurang dari 1000 meter. Kubah ini diperkirakan terbentuk akhir ekstrusi lava kental (viscous lava).

Kapan Gunung Berapi di Venus Terbentuk ?

Sebagian besar permukaan Venus ditutupi oleh pedoman lava yang mempunyai kepadatan kawah yang sangat rendah. Kerapatan kawah yang rendah ini menawarkan bahwa permukaan planet ini berusia di bawah 500 juta tahun yang lalu. Aktivitas vulkanisme di Venus tidak sanggup dideteksi dari Bumi, namun gambaran radar yang disempurnakan dari pesawat luar angkasa Magellan telah menawarkan bahwa acara vulkanisme di Venus masih terjadi hingga dengan dikala ini.

Baca juga: Gunung Berapi Paling Aktif di Tata Surya

Proses lain yang membentuk Lanskap Venus

Erosi dan Sedimentasi
Suhu permukaan Venus sekitar 470 derajat celcius - terlalu tinggi untuk kehadiran air di planet ini. Tanpa air, pengikisan dan sedimentasi tidak sanggup menciptakan perubahan signifikan pada permukaan planet ini. Satu-satunya fitur pengikisan yang sanggup terihat di planet ini berafiliasi dengan proses lava yang mengalir.

Erosi Angin dan Pembentukan Dune
Atmosfer Venus diperkirakan sekitar 90 kali lebih padat dari Bumi. Meskipun ini membatasi acara angin, beberapa fitur berbentuk gundukan (dune) telah diidentifikasi di Venus. Namun, gambar yang tersedia tidak menawarkan lanskap hasil acara angin.

Tektonik Lempeng
Aktivitas tektonik lempeng di Venus belum diidentifikasi secara jelas. Batas lempeng belum dikenali. Gambar radar dan peta geologi untuk planet ini tidak menawarkan rantai gunung berapi linear, sebaran pegunungan, zona subduksi, dan sesar transform yang merupakan bukti lempeng tektonik di Bumi.
Sumber http://www.geologinesia.com

Tuesday, October 24, 2017

√ Jelaskan Apa Itu Bubuk Vulkanik?

Abu vulkanik ialah material berupa batuan, mineral, dan pecahan beling vulkanik berukuran kurang dari 2 mm yang keluar dari lubang (kepundan) gunung api pada dikala erupsi. Abu vulkanik tersusun oleh pecahan batuan selama letusan terjadi akhir kekuatan daya dorong gas vulkanik dalam badan gunung berapi.

Sifat bubuk vulkanik ialah mempunyai kekerasan 5 skala mohs, partikelnya berbentuk tidak teratur, cuilan tepinya bergerigi, dan tajam, dan mempunyai struktur vesikuler (banyak rongga). Karena sifatnya tersebut menimbulkan bubuk vulkanik sebagai sebuah materi yang abrasif dan berbahaya bagi manusia, menyerupai sanggup mempengaruhi kesehatan (iritasi mata dan gangguan pernapasan), sanggup merusak jendela pesawat terbang, dan menimbulkan keausan pada peralatan yang aktif bergerak.

Selain dampak negatif diatas, sebetulnya bubuk vulkanik juga bermanfaat bagi manusia. Manfaat bubuk vulkanik didasarkan pada salahsatunya ialah kehadiran mineral yang terkandung di dalamnya sangat penting bagi kesuburan tanah. Kandungan mineral dalam bubuk vulkanik yang berkhasiat bagi tanah menyerupai mangan, magnesium, zat besi, selenium dan seng.

Abu vulkanik ialah material berupa batuan √ Jelaskan Apa itu Abu Vulkanik?

Untuk lebih memahami mengenai Abu Vulkanik, silahkan menuju tautan geologinesia dibawah ini:
Hujan Abu Vulkanik Beserta Dampaknya

Pertanyaan lainnya yang berafiliasi dengan bubuk vulkanik ialah sebagai berikut:
Apa yang dimaksud dengan bubuk vulkanik?
Sebutkan dan jelaskan sifat bubuk vulkanik?
Sebutkan ancaman bubuk vulkanik?
Sebutkan kandungan dari bubuk vulkanik?
Apa manfaat bubuk vulkanik
Jelaskan dampak kasatmata dan negatif bubuk vulkanik bagi manusia?
Sumber http://www.geologinesia.com

Wednesday, September 6, 2017

√ Letusan Gunung St. Helens, Janjkematian Dan Kehancuran Dahsyat!

Pada 18 Mei 1980 sempurna jam 08.32 pagi waktu setempat, sebuah gempa bumi dengan kekuatan 5,1 menghantam tempat utara Gunung St. Helens di salah satu Negara Bagian AS, Washington, menghasilkan salah satu tanah longsor terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah letusan gunung berapi. Sisi utara gunung berapi tiba-tiba runtuh, menghasilkan ledakan lateral yang terdengar dari ratusan mil jauhnya.

Letusan terjadi sekitar 1.300 kaki dari ujung gunung berapi dan mengirimkan gelombang kejut, serta pedoman piroklastik di seluruh wilayah sekitarnya. Itu meratakan hutan, mencairkan es dan salju, dan menghasilkan tanah longsor besar.

Kematian dan Kehancuran Akibat Letusan Gunung St. Helens

Letusan gunung berapi menewaskan sekitar 57 orang, dan beberapa ratus mil persegi pribadi terbentuk menyerupai gurun. Kerusakan itu menyebabkan kerugian besar yang diperkirakan mencapai $ 1,1 miliar. Ribuan binatang tewas dalam ledakan itu. Selain itu, orang-orang di zona kondusif menyaksikan awan bubuk besar yang terlempar ke atas, bersama dengan ledakan puing-puing vulkanik menyebabkan kehancuran bagi banyak orang dalam radius 19 mil dari gunung berapi.

Erupsi gunung berapi Gunung St. Helen ialah yang paling mematikan dan paling merusak dalam sejarah AS. Properti yang hancur ialah 200 rumah, 15 mil rel kereta api, 185 mil jalan raya, dan 47 buah jembatan. Dua orang lagi meninggal secara tidak pribadi dari kecelakaan yang terjadi lantaran visibilitas (jarak pandang) yang buruk, dan dua lagi menderita serangan jantung fatal yang disebabkan oleh bubuk vulkanik.

Dampak Letusan Gunung St. Helens

Abu dari gunung berapi St. Helens menyumbat sebagian besar sistem drainase, membuat problem dengan sistem pengolahan air, dan menghancurkan banyak bangunan serta mobil. Selama jatuhnya abu, visibilitas berkurang secara signifikan, membuat jalan raya dan jalan banyak tertutup Abu. Perjalanan udara juga terganggu selama dua ahad lantaran banyaknya bubuk di bandara Washington timur. Material berbutir halus (debu vulkanik) dan pasir juga menyebabkan problem pada mesin pesawat, peralatan mekanik dan listrik lainnya.

Selain itu, bubuk halus juga menyebabkan korsleting pada transformator listrik, yang pada gilirannya menyebabkan pemadaman listrik. Menghilangkan bubuk membutuhkan waktu lantaran diperkirakan jumlahnya mencapai 900.000 ton. Beberapa ahad sehabis letusan, terjadi tingkat pengangguran yang tinggi di sekitar wilayah Gunung St, Helens meskipun hanya sebagian kecil orang meninggalkan tempat itu lantaran kehilangan pekerjaan.

Beberapa bulan sehabis letusan, banyak orang dilaporkan mengalami problem emosional dan stres, yang menyebabkan pemerintah menyediakan acara konseling psikologis. Letusan tersebut mengganggu pariwisata yang populer di negara kepingan Washington ketika itu.

Letusan St. Helens dan Efeknya pada Penelitian Gunung Berapi Saat Ini

Sejak letusan St Helens, andal vulkanologi telah berguru banyak. Sebelum letusan Gunung St. Helens pada 1980, para ilmuwan sebelumnya tidak pernah menyaksikan ledakan tanah longsor dan ledakan lateral. Pada tahun 1956, terjadi letusan dan ledakan serupa di gunung berapi Bezymianny di Kamchatka di Rusia. Hanya saja, tidak ada kamera untuk menangkap dan mendokumentasikan kegiatan tersebut. Akan tetapi, sehabis meletusnya Gunung St. Helen, letusan Bezymianny sepenuhnya sanggup dipahami.

Letusan gunung berapi serupa yang dikenal sebagai runtuhan sektoral telah diidentifikasi di lebih dari 200 gunung berapi di aneka macam negara di dunia. Studi mendalam perihal keruntuhan sektoral, pedoman lumpur besar, dan ledakan lateral di gunung St. Helens telah membantu ilmuwan dalam menilai kembali ancaman vulkanik di aneka macam wilayah AS, bahkan di seluruh dunia. Penelitian ini juga telah membantu mempersiapkan masyarakat yang tinggal di sekitar zona vulkanik untuk kemungkinan erupsi di masa akan datang.

Penelitian menawarkan bahwa letusan gunung berapi sanggup diprediksi secara akurat, dan pertumbuhan kubah lava di kawah yang terbentuk di St Helens telah menjadi laboratorium alami yang ideal yang memungkinkan percobaan berulang pada prosedur letusan. Hasil penelitian sebelumnya di gunung St Helen ini digunakan untuk memprediksi 14 letusan yang terjadi setelahnya (1980 dan 1986) secara akurat dalam beberapa hari sebelum letusan.
Sumber http://www.geologinesia.com