Friday, July 7, 2017

√ Teori Organisasi (Efektifitas Organisasi)

A.    DEFINISI EFEKTIFITAS ORGANISASI

1.      Definisi Organisasi
Organisasi didirikan lantaran ada tujuan yang ingin dicapai melalui tindakan yang harus dilakukan dengan persetujuan bersama. Apakah tujuan tersebut dalam bentuk laba, pemberian pendidikan, agama, atau pemeliharaan kesehatan, atau pemilihan calon, namun ciri organisasi itu tetap sama yaitu: perilakunya terarah pada tujuan (goal directed behavior). Menurut Gibson (1997) bahwa “organisasi itu mengejar tujuan dan target yang sanggup dicapai secara lebih efisien dan lebih efektif dengan tindakan yang dilakukan secara bersama-sama”. 
Pendapat aneka macam pakar mengenai tujuan organisasi atau perusahaan, intinya mereka menyatakan tujuan simpulan dari organisasi relatif sama, yaitu: untuk memperlihatkan kepuasan kepada stakeholder, employees, dan customers. Organisasi yaitu alat untuk mencapai suatu tujuan, disamping juga merupakan  suatu kumpulan pengetahuan, nilai dan visi  dari orang secara sadar maupun tidak sadar.  Dengan kata lain organisasi yaitu kumpulan dari dua orang atau lebih yang secara sadar  atau tidak sadar  bekerja sama dalam suatu wadah, dimana kegiatannya diatur, siapa mengerjakan apa, dan  bertanggung jawab kepada siapa. Tidak ada organisasi tanpa orang. Dalam suatu organisasi sikap orang yang terlibat di dalamnya penting dalam memilih efektivitas organisasi. Orang merupakan satu sumber umum dan yang membuat suatu organisasi berjalan.  

2.      Definisi Efektifitas Organisasi
Keefektifan didefinisikan sebagai sejauh mana sebuah organisasi mewujudakn tujuan-tujuannya. Namun, di dalam definisi tersebut tersembunyi makna ganda yang sangat membatasi baik penelitian mengenai subjek tersebut maupun kemampuan para manajer praktik untuk menangkap arti dan memakai konsep tersebut. Tujuan yang paling disetujui oleh para peneliti dan praktisi sebagai kondisi yang penting bagi keberhasilan sebuah organisasi. Dalam hal ini yaitu kelangsungan hidup organisasi itu sendiri.
Gorton (dalam Sagala, 2006) menyebutkan bahwa sekolah yaitu “suatu sistem organisasi yang di dalamnya terdapat sekumpulan orang yang bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan sekolah yang dikenal sebagai tujuan instruksional”. Hoy dan Miskel (2001), mengemukakan elemen-elemen kunci dalam organisasi sekolah yaitu: “struktur, individu, culture (budaya), politik, environment (lingkunga), outcomes (pencapaian), umpan balik eksternal”. Menurut Nawawi (1982) sekolah dihentikan diartikan hanya sekedar sebuah ruangan atau gedung atau kawasan berkumpul dan mempelajari sejumlah materi pengetahuan, akan tetapi sekolah sebagai forum pendidikan terikat akan norma dan budaya yang mendukungnya sebagai suatu sistem nilai. Sekolah merupakan suatu sistem yang terdiri dari aneka macam komponen. Hal ini mendasari teori bahwa sekolah yaitu suatu organisasi.
Kata efektivitas berasal dari efektif, yang berarti: keefektifan lebih lanjut dijelaskan bahwa “efektif” adalah: “(1) ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya); (2) manjur atau mujarab (tentang obat); (3) sanggup membawa hasil; berhasil guna (tentang usaha, tindakan); mangkus; (4) mulai berlaku (tentang undang-undang, peraturan)”. Sedangkan berdasarkan (Kusdi, 2009) mendefinisikan efektivitas organisasi yaitu “sejauhmana organisasi mencapai aneka macam target (jangka pendek) dan tujuan (jangka panjang) yang telah ditetapkan, di mana penetapan sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan itu mencerminkan konstituen strategis, kepentingan subjektif penilai dan tahap pertumbuhan organisasi”.
Jadi efektivitas organisasi sesungguhnya merupakan evaluasi terhadap pencapaian tujuan organisasi serta cara atau proses pencapaian tujuan tersebut dibandingkan dengan penetapan sasaran/ tujuan awal yang disepakati anggota organisasi serta konsensus perihal norma dan budaya organisasi tersebut. Sepanjang perkembangan teori manajemen pendidikan ada dua model teoritik sebagai pendekatan yang sangat mempunyai kegunaan dalam memutuskan efektivitas organisasi. Kedua model itu yaitu yaitu model tujuan dan model sistem.

3.      Kriteria-kriteria Keefektifan Organisasi
Bagi sebuah organisasi efektivitas merupakan salah satu konsep yang mempunyai arti sangat penting. Dengan adanya efektivitas organisasi sanggup dilihat atau diukur apakah organisasi ini termasuk organisasi yang sehat atau sakit ataupun berhasil atau tidak dalam meningkatkan produktivitas yang tinggi. Salah satu persoallan besar berdasarkan penulis yang harus dihadapi dalam melihat efektivitas organisasi yaitu mengenai kreteria dari efektivitas itu sendiri. Dimana kreteria efektivitas organisasi sanggup dilihat dari segi produksi, efisiensi, kepuasan, kemampuan adaptasi, dan pengembangan organisasi. Yang dimaksud dengan kreteria produksi disini penulis beropini bahwa kreteria produksi merupakam kemampuan dari organisasi dalam menghasilkan produk yang berkualitas dan kuantitas yang dibutuhkan oleh lingkungan. Untuk kreteria yang efisiensi memperlihatkan ukuran mengenai penggunaan sumber yang langka oleh organisasi maksudnya dalam organisasi terkadang sangat kurang sekali dalam memaxsimalkan potensi-potensi yang ada dalam organisasi tersebut, seringkali potensi yang ada disia-siakan begitu saja, dalam arti luas yakni perbandingan antara output dan input. Untuk kepuasan merupakan kreteria yang menerangkan efektivitas kepada keberhasilan organisasi dalam memenuhi kebutuhan yang dirasakan oleh para anggota dan juga kepuasan bagi para pemakai barang atau jasa yang dihasilkan.
Kemampuan pembiasaan merupakan kesanggupan organisasi melaksanakan perubahan sesuai dengan tuntutan keadaan. Konsep pembiasaan lebih bersifat abnormal lantaran pembiasaan intinya merupakan respon terhadap situasi yang dihadapi. Sedangkan kemampuan pengembangan organisasi merupakan kreteria efektivitas yang menerangkan kemampuan organisasi untuk memandang jauh kedepan dan melaksanakan investasi dalam rangka mempertahankan hidup dan menyebarkan perjuangan organisasi. Dalam mengukur efektivitas organisasi biasanya memakai kreteria-kreteria tertentu yang lazim digunakan. Secara lebih operasional, Emitai Atzoni (dalam Indrawijaya, 1989) mengemukakan “efektivitas organisasi akan tercapai apabila organisasi tersebut memenuhi kriteria bisa beradaptasi, berintegrasi, mempunyai motivasi, dan melaksanakan produksi dengan baik”. Selain itu Gibson (1984) beropini bahwa kriteria efektivitas meliputi:
1)      Kriteria efektivitas jangka pendek: Produksi, Efisiensi, Kepuasan.
2)      Kriteria efektivitas jangka menengah: Persaingan, dan Pengembangan.
3)      Kriteria efektivitas jangka panjang.
4)      Kelangsungan hidup.
Sedangkan berdasarkan Robins (1994, hlm 55) kriteria keefektifan organisasi antara lain:
1)      Keefektifan keseluruhan
2)      Produktivitas
3)      Efisiensi
4)      Laba
5)      Kualitas
6)      Kecelakaan
7)      Pertumbuhan
8)      Kemangkiran
9)      Pergantian pegawai
10)  Kepuasan kerja
11)  Motivasi
12)  Moral/ semangat juang
13)  Kontrol
14)  Konflik/ solidaritas
15)  Fleksibilitas/ penyesuaian
16)  Perencanaan dan pencapaian tujuan
17)  Konsensus perihal tujuan
18)  Internalisasi tujuan organisasi
19)  Konsensus perihal keberhasilan
20)  Keterampilan interpersonal manajerial
21)  Keterampilan manajerial
22)  Manajemen informasi dan komunikasi
23)  Kesiapan
24)  Pemanfaatan lingkungan
25)  Evaluasi pihak luar
26)  Stabilitas
27)  Nilai sumber daya manusia
28)  Pertisipasi dan imbas yang dipakai bersama
29)  Penekanan pada training dan pengembangan
30)  Penekanan pada performa

B.     PENDEKATAN-PENDEKATAN EFEKTIFITAS ORGANISASI
1.      Pendekatan Pencapaian Tujuan (goal attainment approach)
Pendekatan pencapaian tujuan menyatakan bahwa keefektifan sebuah organisasi harus dinilai sehubungan dengan pencapaian tujuan (ends) ketimbang caranya (means). Yang perlu diperhatikan yaitu bottom line-nya. Yang termasuk kriteria pencapaian tujuan yang terkenal yaitu memaksimalkan laba, memaksa musuh untuk menyerah, memenangkan pertandingan basket, membuat pasien menjadi sembuh kembali, dan sebagainya. Kesamaanya yaitu bahwa mereka memperhatikan tujuan (ends) lantaran organisasi diciptakan untuk mencapai hal itu (Robbins 1994, hlm. 58).
Pendekatan pencapaian tujuan mengasumsikan bahwa organisasi yaitu kesatuan yang dibentuk dengan sengaja, rasional, dan mencari tujuan. Oleh lantaran itu, pencapaian tujuan yang berhasil menjadi sebuah ukuran yang tepat perihal keefektifan. Namun demikian supaya pencapaian tujuan bisa menjadi ukuran yang sah dalam mengukur keefektifan organisasi, asumsi-asumsi lain juga harus diperhatikan. Pertama, organisasi harus mempunyai tujuan akhir. Kedua, tujuan-tujuan tersebut harus diidentifikasi dan ditetapkan dengan baik supaya sanggup dimengerti. Ketiga, tujuan-tujuan tersebut harus sedikit saja supaya gampang dikelola. Keempat, harus ada consensus atau janji umum mengenai tujuan-tujuan tersebut.Beberapa permasalahan dalam pendekatan ini antara lain adalah:
a.       Apa yang dinyatakan secara resmi oleh sebuah organisasi sebagai suatu tujuan tidak selalu mencerminkan tujuan yang sebenarnya.
b.      Tujuan jangkan pendek sering kali berbeda dengan tujuan jangka panjangnya.
c.       Organisasi yang mempunyai tujuan beragam akan membuat kesulitan.
Pendekatan pencapaian tujuan mungkin paling kasatmata terlihat pada Management By Objectives (MBO). MBO yaitu falsafah manajemen yang menilai keefektifan sebuah organisasi serta para anggotanya dengan cara melihat seberapa jauh mereka mencapai tujuan-tujuan khusus yang telah ditetapkan bersama oleh pimpinan dan para bawahannya. Tujuan-tujuan yang nyata, yang sanggup dibuktikan, dan yang sanggup diukur dikembangkan dalam MBO. Pendekatan pencapaian tujuan penuh dengan duduk kasus yang menjadikan penerapannya secara langsung sanggup dipertanyakan.banyak dari duduk kasus tersebut bekerjasama secara langsung dengan asumsi-asumsi yang telah disebutkan sebelumnya.
Seorang manajer dalam pendekatan pencapaian tujuan harus melaksanakan hal-hal yang menjadi pokok utama dalam mencapai tujuan organisasi. Robbins (1994, hlm. 62) menyebutkan ada lima hal yang menjadi keabsahan dari tujuan-tujuan yang diidentifikasi memungkinkan sanggup meningkatkan tujuan organisasi, yaitu:
a.       Memastikan bahwa masukan diterima dari semua orang yang mempunyai pengaruhh penting dalam merumuskan tujuan-tujuan yang resmi, meskipun mereka bukan belahan dari manajer senior.
b.      Menyertakan tujuan yang sesungguhnya yang diperoleh melalui pengamatan sikap para anggota organisasi.
c.       Mengakui bahwa organisasi mengejar tujuan jangka pendek maupun jangka panjang.
d.      Menekankan tujuan-tujuan yang nyata, yang sanggup diverifikasi dan sanggup diukur ketimbang menggantungkan diri pada pernyataan-pernyataan tidak terperinci yang hanya mencerminkan cita-cita masyarakat, dan
e.       Melihat tujuan sebagai kesatuan yang dinamis yang berubah dari waktu ke waktu ketimbang melihatnya sebagai pernyataan perihal tujuan yang kaku dan tetap.
Jika para manajer bersedia menghadapi kompleksitas yang terdapat pada pendekatan pencapaian tujuan tersebut, maka mereka sanggup memperoleh informasi yang cukup fundamental untuk menilai keefektifan sebuah organisasi. Namun demikian, masih banyak hal yang bersangkut paut dengan keefektifan organisasi ketimbang hanya mengidentifikasi dan mengukur hasil tertentu.

2.      Pendekatan Sistem
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, dalam pendekatan pencapaian tujuan, dalam memutuskan keefektifan sebuah organisasi hanya atas dasar hasil pencapaian suatu tujuan. Namun, hal tersebut merupakan suatu ukuran yang tidak sempurna. Tujuan-tujuan organisasi juga hendaknya berfokus pada keluaran. Seperti yang dikatakan juga oleh Robbins (1994, hlm. 63) bahwa sebuah organisasi juga harus dinilai berdasarkan kemampuannya untuk memperoleh masukan, memproses masukan tersebut, menyalurkan keluarannya, dan mempertahankan stabilitas dan keseimbangan. Cara lain untuk melihat keefektifan organisasi tersebut yaitu melalui pendekatan sistem.
Dalam pendekatan sistem, tujuan simpulan tidak diabaikan, namun hanya dipandang sebagai suatu elemen di dalam kumpulan kriteria yang lebih kompleks. Model-model sistem menekankan kriteria yang akan meningkatkan kelangsungan hidup jangka panjang dari organisasi tersebut. Contohnya yaitu kemampuan organisasi untuk memperoleh sumber daya, mempertahankan dirinya secara internal sebagai sebuah organisme sosial, dan berintegrasi secara berhasil dengan lingkungan eksternnya. Jadi, pendekatan sistem berfokus bukan pada tujuan simpulan tertentu, akan tetapi lebih menekankan pada cara yang dibutuhkan untuk pencapaian tujuan simpulan (Robbins: 1994, hlm. 64).
Pendekatan sistem terhadap efektifitas organisasi mengimplikasikan bahwa organisasi terdiri dari sub-sub belahan yang saling berhubungan. Jika slah satu sub belahan ini mempunyai performa yang buruk, maka akan timbul dampak yang negative terhadap performa keseluruhan system.Keefektifan membutuhkan kesadaran dan interaksi yang berhasil dengan konstituensi lingkungan. Manajemen dihentikan gagal dalam mempertahankan kekerabatan yang baik dengan para pelanggan, pemasok, forum pemerintahan, serikat buruh, dan konstituensi sejenis yang mempunyai kekuatan untuk mengacaukan operasi organisasi yang stabil.
Kekurangan yang paling menonjol dari pendekatan sistem yaitu hubungannya dengan pengukuran dan duduk kasus apakah cara-cara itu memang benar-benar penting. Keunggulan simpulan dari pendekatan sistem yaitu kemampuannya untuk diaplikasikan jikalau tujuan simpulan sangat samara atau tidak sanggup diukur.
Cara manajer menerapkan pendekatan sistem yaitu lebih melihat kepada sampling dari kriteria yang dianggap relevan oleh para pendukung sistem, kemudian harus dipertimbangkan aneka macam cara yang dipakai para manjerer untuk mengukur kriteria tersebut.Pendekatan sistem memfokuskan diri pada cara-cara yang diharapkan untuk memastikan kelangsungan hidup organisasi yang terus menerus. Dan harus juga diperhatikan bahwa para pendukunng sistem tidak mengabaikan pentingnya tujuan simpulan tertentu sebagai sebuah determinan dari keefektifan organisasi. Sebaliknya, mereka mempertanyakan keabsahan tujuan yang dipilih dan ukuran yang dipakai untuk menilai kemajuan terhadap tujuan-tujuan tertentu.

3.      Pendekatan Konstituensi-Strategis (strategic-constituencies approach)
Pendekatan konstituensi-strategis mengemukakan bahwa organisasi dikatakan efektif apabila sanggup memenuhi tuntutan dari konstituensi yang terdapat di dalam lingkungan organisasi tersebut. Yakni, konstituensi yang menjadi pendukung kelanjutan eksistensi organisasi tersebut (Robbins, 1994, hlm. 68). Selanjutnya, Robbins juga menyampaikan bahwa pendekatan konstituensi-strategis ini sama dengan pandangan sistem, akan tetapi penekannya berbeda. Kedua pendekatan tersebut sama-sama memperhitungkan adanya saling ketergantungan, akan tetapi pandangan konstituensi-strategis tidak memperhatikan semua lingkungan organisasi. Pandangan ini hanya memenuhi tuntutan dari hal-hal di dalam lingkungan yang sanggup yang sanggup mengancam kelangsungan hidup dari sebuah organisasi itu sendiri.
Pendekatan konstituensi-strategis memandang organisasi secara berbeda. Organisasi diasumsikan sebagai arena politik kawasan kelompok-kelompok yang berkepentingan bersaing untuk mengendalikan sumber daya. Dalam konteks ini, keefektifan organisasi menjadi sebuah evaluasi perihal sejauh mana keberhasilan sebuah organisasi dalam memenuhi tuntutan konstituensi kritisnya yaitu pihak-pihak yang menjadi kawasan bergantung organisasi tersebut untuk kelangsungan hidupnya di masa depan.
Kekurangan dari pendekatan ini yaitu dalam praktik, kiprah untuk memisahkan konstituensi strategis dari lingkungan yang lebih besar gampang untuk diucapkan, tetapi sukar untuk dilaksanakan. Karena lingkungan berubah dengan cepat, apa yang kemarin kritis bagi organisasi mungkin tidak lagi untuk hari ini. Dengan mengoperasikan pendekatan konstituensi strategis, para manajer mengurangi kemungkinan bahwa mereka mungkin mengabaikan atau sangat mengganggu sebuah kelompok yang kekuasaannya sanggup menghambat kegiatan-kegiatan sebuah organisasi secara nyata.
Manajer yang ingin mengaplikasikan perspektif ini sanggup mulai dengan meminta para anggota dominant condition untuk mengidentifikasi konstituensi yang mereka rasakan kritis bagi kelangsungan hidup organisasi. Masukan ini sanggup dikombinasikan dan disatukan sehingga akan diperoleh sebuah daftar mengenai konstituensi-strategis.Dengan mengoperasikan pendekatan konstituensi-strategis, para manajer mengurangi kemungkinan bahwa mereka mungkin mengabaikan atau sangat menggangu sebuah kelompok yang kekuasaannya sanggup menghambat kegiatan-kegiatan sebuah organisasi secara nyata.

4.      Pendekatan Nilai-nilai Bersaing (competing-values approach)
Pendekatan nilai-nilai bersaing akan lebih mengena jikalau kita mengidentifikasi seluruh variabel utama yang terdapat dalam bidang keefektifan dan kemudian kita memilih bagaimana variabel-variabel tersebut saling berhubungan. Tema utama yang menjadi dasar dalam pendekatan nilai-nilai bersaing yaitu kriteria yang anda nilai dan gunakan dalam menilai keefektifan sebuah organisasi. Diantaranya yaitu keuntungan atas investasi, pangsa pasar, pembaharuan produk, keamanan kerja, dan bergantung kepada siapa sesungguhnya anda dan siapa yang anda wakili (Robbin, 1994, hlm. 74).
Nilai-nilai bersaing secara kasatmata melangkah lebih jauh dari pada hanya akreditasi perihal adanya pilihan yang beraneka ragam. Pendekatan tersebut mengasumsikan perihal adanya pilihan yang beraneka ragam. Pendekatan tersebut mengasumsikan bahwa aneka macam macam pilihan tersebut sanggup dikonsolidasikan dan diorganisasi. Pendekatan nilai-nilai bersaing menyampaikan bahwa ada elemen umum yang mendasari setiap daftar criteria Efektifitas Organisasi yang komprehensif dan bahwa elemen tersebut sanggup dikombinasikan sedemikian rupa sehingga membuat kumpulan dasar mengenahi nilai-nilai bersaing. Masing-masing kumpulan tersebut kemudian membentuk sebuah model keefektifan yang unik.

C.    PERBANDINGAN PENDEKATAN-PENDEKATAN
Setelah membahas empat pendekatan yang berbeda untuk menilai keefektifan organisasi, dimana masing-masing pendekatan tersebut mempunyai cara tersendiri serta sanggup menjadi model yang bermanfaat. Untuk memilih dalam kondisi bagaimana dari masing-masing pendekatan itu supaya sanggup dicapai hasil yang optimal, berikut ini akan diikhtisarkan setiap pendekatan tersebut dengan cara mengidentifikasikan apa yang dibutuhkan dalam memutuskan keefektifan beserta kondisi-kondisi yang diperlukan. Hal tersebut dibandingkan oleh Robbins (1994, hlm. 84) dalam sebuah tabel berikut:
Tabel perbandingan Keempat Pendekatan
No.
Pendekatan
Definisi
Berguna pada saat


Organisasi efektif hingga sejauh.....
Pendekatan lebih disukai pada saat......
1.
Pendekatan pencapaian tujuan
Organisasi sanggup mencapai tujuan yang telah ditetapkan
Tujuan jelas, dibatasi waktu, dan sanggup diukur
2.
Pendekatan sistem
Organisasi memperoleh sumber yang dibutuhkan
Ada kekerabatan yang terperinci antara masukan dan pengeluaran
3.
Pendekatan konstituensi-strategis
Semua konstituensi strategis paling tidak dipenuhi
Konstituensi mempunyai imbas yang berpengaruh terhadap organisasi, dan orrganisasi harus menanggapi tuntutan-tuntutan
4.
Pendekatan nilai-nilai bersaing
Penekanan organisasi di keempat bidang utama sesuai dengan preferensi dari konstituen
Organisasi sendiri tidak jelas, mengenai apa yang menjadi penekanannya, atau mengenai minat dalam perubahan kriteria dalam jangka waktu tertentu

Dari tabel di atas, sanggup kita lihat perbandingan antara keempat pendekatan efektifitas organisasi. Dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa: 1) organisasi terdiri atas aneka macam unsur yang saling berkaitan, jikalau salah satu unsur mempunyai kinerja yang buruk, maka akan mempengaruhi kinerja organisasi secara keseluruhan; 2) Keefektifan membutuhkan kesadaran dan interaksi yang baik dengan lingkungan; 3) kelangsungan hidup organsiasi membutuhkan pergantian sumber daya secara terus menerus. Jika suatu organisasi tidak memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas organisasi, maka organisasi akan mengalami kesulitan dalam mencapai tujuannya, akan tetapi apabila suatu organisasi pendidikan memperhatikan faktor-faktor tersebut maka tujuan yang ingin dicapai sanggup lebih gampang tercapai hal itu dikarenakan efektivitas akan selalu dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut.

D.    EFEKTIFITAS ORGANISASI DALAM DUNIA PENDIDIKAN
1.      Ukuran Keberhasilan Penyelenggaraan Pendidikan
Kriteria keberhasilan pendidikan selama ini hanya meliputi aspek proses pembelajaran (learning or academic process), belum menunjuk kepada keberhasilan pengelolaan (managerial or administrative process and activities), sehingga efisiensi dan efektivitas internal maupun eksternal dari forum pendidikan tersebut belum sanggup dilihat secara lebih jelas. Kriteria keberhasilan organisasi umum sanggup pula diterapkan untuk mengukur keberhasilan forum pendidikan.
Efisiensi pendidikan sanggup dijadikan pijakan untuk mengukur keberhasilan suatu forum pendidikan menyerupai yang dikemukakan Muljani A. Nurhadi (dalam Meutimah Afidah 2012) yang menjelaskan dari segi unsur sistem sebagai berikut: 
a.       Komponen masukan (input), fokus pada tingkat ketersediaan dan pendayagunaan masukan instrumental dan masukan lingkungan (environmental) sebagai materi pokok yang dipakai dalam proses pembelajaran atau pelatihan. Masukan instrumental meliputi antara lain tenaga kependidikan, kemudahan dan peralatan pendidikan, materi pelajaran, dana dan kemampuan administratif atau manajerial. Masukan environmental (lingkungan) antara lain berupa daya dukung orangtua atau masyarakat, kondisi dan situasi lingkungan fisik dan sosial.
b.      Pengukuran proses, melihat dari tingkat efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pembelajaran dan pelatihan, yang meliputi antara lain sikap manajemen, alokasi waktu efektif untuk pembelajaran atau pelatihan, dan tingkah laris peserta didik.
c.       Keluaran (output), melihat dari tingkat pencapaian (attainment) forum dan hasil berguru (achievement) peserta didik, seperti intake atau enrollment yang semakin meningkat, jumlah tinggal kelas, tingkat pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari hasil berguru atau berlatih, dan perubahan sikap dan tingkah laku.
d.      Segi  outcomes, melihat dari dampak, hasil tidak langsung atau jangka panjang sebagai akhir dari hasil proses pembelajaran atau training yang diperoleh oleh peserta didik, penerimaan dan keberhasilan studi di jenjang pendidikan yang lebih tinggi, keberhasilan memperoleh pekerjaan, dan jumlah penghasilan yang diperoleh.
Ukuran keberhasilan penyelenggaraan pendidikan yang lebih luas dan utuh telah dikemukakan Thomas,J Alan(1971)yang memandang sekolah sebagai suatu sistem terbuka, dan menyatakan bahwa “sekolah yang produktif yaitu sekolah yang mempunyai keseimbangan yang baik antara input dan output, yang sanggup dilihat dari segi asministrator, psikologis, dan ekonomis”.
a.       Fungsi produksi administrator, yang menunjuk pada kuantitas dan kualitas input seperti: ukuran kelas, kualifikasi pendidikan guru, konstruksi bangunan, ukuran dan isi perpustakaan, dan peralatan laboratorium. Outputnya yaitu pelayanan-pelayanan yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan siswa.
b.      Fungsi produksi psikologis, yaitu perubahan tingkah laris siswa, termasuk penambahan ilmu pengetahuan, pemahaman nilai-nilai dan peningkatan kemampuan berkomunikasi atau bekerjasama dengan orang lain.
c.       Fungsi produksi ekonomis, yakni penghasilan embel-embel yang diperoleh dari peningkatan suatu jenjang sekolah dibandingkan dengan investasi untuk sekolah yang bersangkutan.

2.      Ciri-ciri Efektivitas Organisasi Pendidikan dalam Membangun Perilaku Organisasi
Katz dan Kahn (dalam Richard M. Steers, 1985) menyampaikan bahwa untuk memastikan keberhasilan simpulan suatu organisasi harus sanggup memenuhi tiga persyaratan sikap penting yaitu:
a.       Organisasi harus bisa membina dan mempertahankan suatu armada kerja yang mantap terdiri dari personil trampil.
b.      Organisasi harus sanggup menikmati prestasi peranan yang sanggup dipercaya dari para personilnya, dalam hal ini setiap personil bukan saja dituntut untuk bersedia berkarya, tetapi juga harus melaksanakan kiprah khusus yang menjadi tanggung jawab utamanya.
c.       Para personil harus mengusahakan bertingkah laris yang impulsif dan inovatif, dengan demikian setiap personil jangan hanya bertingkahlaku secara pasif saja. 
Bila pendapat tersebut diperhatikan, maka syarat pertama yang diajukan berkisar pada duduk kasus keterikatan pada organisasi, sedangkan persyaratan kedua dan ketiga bekerjasama dengan tingkat dan kualitas prestasi kerja dalam organisasi. Aspek-aspek tersebut merupakan suatu proses yang didasarkan pada sikap dan struktur organisasi dan kemudian diarahkan pada pencapaian hasil yang diinginkan.
Dari kacamata manajemen dan manajemen, dalam suatu organisasi selalu ada seseorang atau beberapa orang yang bertanggungjawab untuk mengkoordinasikan sejumlah orang untuk bekerjasama dengan segala acara dan fasilitasnya, dan organisasi itu sendiri terdiri dari  individu-individu dan kelompok lantaran efektivitas organisasi juga terdiri dari individu dan kelompok, tetapi efektivitas organisasi lebih sekedar penjumlahan efektivitas individu dan kelompok melalui imbas sinergi, organisasi mendapat tingkat efektivitas yang lebih tinggi dibandingkan penjumlahan bagian-bagiannya.


KESIMPULAN

Efektifitas organisasi dalam pendidikan sanggup dinilai melalui pendekatan yang meliputi : (1) Pendekatan pencapaian tujuan memutuskan bahwa EO sebagai pencapaian tujuan akhir; (2) Pendekatan system memfokuskan pada cara-cara dan kemampuan organisasi memperoleh masukan, memproses masukan tersebut, menyalurkan keluaran, dan mempertahankan stabilitas dan keseimbangan dalam system ; (3) Pendekatan konstituensi-strategis yang mendefinisikan EO sebagai sesuatu yang sanggup memenuhi tuntutan dari konstituen di dalam lingkungan organisasi disebabkan organisasi memerlukan sumbangan terus menerus sehingga keberhasilannya diukur dari kemampuan untuk memuaskan individu, kelompok, serta forum yang menjadi kawasan bergantung bagi kelangsungan hidup organisasi tersebut; (4) Perspektif terakhir yaitu pendekatan yang berdasarkan pada nilai-nilai bersaing, yang mencoba mempersatukan sejumlah besar kriteria perihal EO kedalam empat model, masing-masing didasarkan atas suatu kelompok nilai serta dalam tahap mana organisasi tersebut berada di daur hidupnya.














DAFTAR REFERENSI

Adam, I. I. (1989). Perubahan dan Pengembangan Organisasi. Bandung: Sinar Baru.
Afidah,Meutimah. (2012). Efektifitas Organisasi Pendidikan.(Online). Diakses tanggal 11 November 2017. Dari aciknadzirah.blogspot.com/search?q=efektivitas-organisasi-pendidikan.
Gibson, I. dkk. (1984). Organisasi dan Manajemen (Perilaku, Struktur dan Proses). Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.
Gibson, I. (1997). Organisasi dan Manajemen, Perilaku Stuktur Proses. Jakarta: Erlangga.
Hoy, W. K. & Miskel, C. C. (2001). Educational Administration: Theory, Research, and Practice. New York: McGraw-Hill Book, fifth edition.
Kamus Besar Bahasa Indonesia.(1992). (Jakarta: Gunung Agung), hal. 219.
Kusdi. (2009). Teori Organisasi dan Administrasi. Jakarta:Salemba Humanika.
Nawawi, H. (1982). Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas sebagai Lembaga Pendidik. Jakarta: Gunung Agung
Richard, M. S. (1985). Efektivitas Organisasi. Jakarta: Erlangga.
Robbins, S. P. (1994). Teori Organisasi (Struktur, Desain, dan Aplikasi). Edisi Ketiga, Jakarta : Alih Bahasa Jusuf Udaya, Arcan.
Syaiful, S. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Thomas, J. Alan. (1971). The Productive School: A System Analysis Approach to Educational Administration. New York: John Wiley & Sons, Inc.



Sumber http://samplingkuliah.blogspot.com