Showing posts with label Tektonik. Show all posts
Showing posts with label Tektonik. Show all posts

Thursday, April 12, 2018

√ Mengenal Orogenesa Sebagai Gerak Pembentuk Pegunungan

Pengertian Orogenesa

Sifat bumi yang dinamis seringkali disebabkan oleh energi yang berasal dari dalam bumi (gaya endogen), yang merubah struktur kerak bumi melalui suatu proses deformasi. Kita ketahui bahwa deformasi kerak bumi umumnya terjadi di tempat batas interaksi antar lempeng. Salah satu dari produk deformasi kerak bumi ialah bentangalam yang terlihat menjulang tinggi secara signifikan yang berbeda dari dataran rendah disekitarnya. Bentangalam menyerupai itu biasanya disebut sebagai pegunungan yang terbentuk dari sebuah proses orogenesa.


Istilah orogenesa sendiri berasal dari bahasa latin yaitu "Oros" artinya pegunungan, dan "Gennao" artinya menghasilkan. Makara secara umum orogenesa berarti pembentukan pegunungan. Jika kita memperhatikan penyebaran dari rangkaian pegunungan yang ada di permukaan bumi, maka akan terlihat sebuah rangkaian pegunungan yang mengitari maritim Pasifik yang dikenal dengan sebutan "sirkum Pasifik", yang terdistribusi disepanjang Mediterania.
 Sifat bumi yang dinamis seringkali disebabkan oleh energi yang berasal dari dalam bumi  √ Mengenal Orogenesa sebagai Gerak Pembentuk Pegunungan
Gambar sebaran jalur orogen di dunia.

Gilbert (1890) mendefinisikan orogenesa sebagai gerak pergeseran yang berlangsung dalam kerak bumi yang menghasilkan rangkaian pegunungan. “Cordillera” dan “Rocky Mountain” di Amerika Utara ialah referensi pegunungan hasil interaksi konvergen antara Lempeng Amerika Utara dan lempeng Pasifik. Sedangkan pegunungan “Andes” di Amerika Selatan merupakan hasil interaksi antara lempeng Amerika Selatan dengan lempeng Pasifik (Nazca).

Stille (1920) menyebutkan bahwa orogenesa ialah perubahan yang terjadi secara bersiklus pada suatu pola batuan. Sangat terang Stille menyatakan ada dua faktor utama dari orogenesa yaitu faktor waktu insiden (peristiwa) dan juga faktor proses. Sedangkan Upham (1984) menekankan tugas proses pembentukan pegunungan oleh adanya tanda-tanda perlipatan dan patahan yang menghasilkan punggungan-punggungan sempit yang kemudian terangkat. 

Dari semua definisi diatas sanggup disimpulkan bahwa setiap pembahasan mengenai orogenesa, harus dijelaskan perihal konsep tegasan pada kerak bumi (proses fisiknya), serta perubahan-perubahan morfologi yang ditimbulkannya.

Sifat-sifat Jalur Orogen

Gejala orogenesa selalu ditandai oleh proses perlipatan atau pengangkatan yang menghasilkan ketidakselarasan bersudut. Jalur orogen biasanya ditandai oleh poros lipatan yang berbeda-beda dan suatu bidang ketidakselarasan. Sifat sifat umum dari suatu jalur orogen ialah sebagai berikut :
  1. Dicirikan oleh proses deformasi yang berlangsung berkali kali
  2. Terdiri atas lapisan sedimen tebal yang terlipat dengan arah sumbu lipatan berbeda-beda 
  3. Merupakan efek dari aneka macam proses yang berbeda-beda, termasuk intrusi dan tanda-tanda lengseran gaya berat, yang bekerja pada suatu materi yang berbeda sifat serta kedalamannya.


Orogen yang sudah diketahui lokasi dan waktu pembentukannya, biasanya akan diberi nama. Ada beberapa cara yang dilakukan untuk memilih umur atau waktu berlangsungnya suatu orogen, yaitu : 
  1. Menentukan umur tanda-tanda ketidakselarasannya
  2. Menentukan Umur Radiometriknya
  3. Menentukan Umur Batuan Metamorfisnya
  4. Mengetahui produk endapannya (sedimen flysh ataupun mollase).

Zona dimana terjadinya tanda-tanda orogenesa merupakan suatu wilayah yang sebelumnya ialah suatu cekungan panjang, sempit, dan memiliki endapan sedimen yang tebal. Geosinklin merupakan suatu referensi struktur lekukan yang sangat panjang, yang di dalamnya terendapkan sedimen yang sangat tebal.

Sumber http://www.geologinesia.com

Tuesday, March 13, 2018

√ #15 Busur Magmatik Di Indonesia

Di indonesia teridentifikasi ada 15 busur magmatik yang terbentuk pada Akhir Mesozoik hingga Kenozoik dengan panjang pelamparan berupa daratan sekitar 15000 km. Dari data estimasi sumberdaya/cadangan dan sejarah produksi pertambangan, lebih dari 98% keberadaan potensi materi galian logam dihasilkan hanya dari 6 busur yang terbentuk pada umur Tersier atau yang lebih muda. Panjang total 6 busur tersebut mencapai 7000 km dan masih menerus ke arah negara tetangga yaitu Papua New Guinea, Filipina, dan malaysia dimana di negara tersebut juga merupakan busur utama sebagai tempat prospek mineralisasi logam.


Selain 6 busur di atas, 7 busur lainnya telah mengalami abrasi sangat berpengaruh dan hingga ketika ini hanya sedikit data kegiatan eksplorasinya, sedangkan 2 busur lainnya yaitu Busur Talaud dan Busur Pantai Irian Jaya masih cukup spekulatif untuk dilakukan penyelidikan. Penjelasan secara ringkas mengenai 15 busur magmatik di Indonesia sanggup dilihat dalam goresan pena dibawah ini.

1. Busur Sulawesi-Mindanao Timur
Pada Miosen Awal hingga pertengahan, busur ini menerus dari Sulawesi bab barat daya melewati lengan utara Sulawesi terus ke arah Pulau Sanghie hingga bab timur dari Mindanao, Filipina. Di bab utara Pulau Sulawesi terindikasi pada Akhir Paleogen hingga awal Miosen batuan gunungapi marin dan batuan sedimen terangkat ke arah utara menumpang pada batuan dasar yang lebih bau tanah pada Awal Miosen. Kegiatan magmatik pada Awal Miosen menawarkan umur menurut K/Ar pada granit dan granodiorit pada 18,5 juta tahun dan 22,2 juta tahun di erat Gorontalo dan Soroya (Bellon dan Rangin, 1991), dan diorit menerobos batuan andesitik pada 16 juta tahun di Tapadaa (Lowder dan Dow, 1977).

2. Busur Sumatera-Meratus
Busur ini ialah busur kontinen yang memanjang pada ujung bab selatan Paparan Sunda dari utara Sumatera melewati ujung timur Jawa Barat menerus ke arah timur Kalimantan. Paparan Sunda bersifat kontinen masif dengan batuan dasar berumur Paleosen atau lebih bau tanah menerus ke arah utara melalui Semenanjung Malaysia ke arah Thailand, Myanmar, dan Indocina. Penunjaman ke arah utara menimbulkan pembentukan busur magmatik pada Awal Kapur hingga Akhir Kapur yang melampar melewati Pulau Sumatera (Cameron dkk, 1980;W.McCourt, 1991) dan Laut Jawa (Hutchison, 1989) terobosan-terobosan berasosiasi dengan kelompok batuan volkanik Manunggal di Pegunungan Ulai, Batolit Manunggal dan Batolit Sikuleh (Aspden dkk, 1982b; Aldiss dkk, 1983).

3. Busur Halmahera
Busur Halmahera melampar dari Pulau Bacan di bab Selatan menerus ke arah bab utara lengan Pulau Halmahera menerus ke bab barat Pulau Morotai. Batuan dasar tersingkap di bab selatan dari Busur Halmahera di Pulau Bacan terdiri dari sekis, dengan batuan basaltik dan andesitik berumur Paleogen terdapat di bab utara (Sulfini Hakim dan Hall, 1991). Busur andesitik di Halmahera terdiri atas batuan terobosan dan batuan gunungapi Neogen yang setempat-setempat tertutup oleh endapan hunungapi Kuarter. Batuan Eruptif Neogen terbentuk pada Akhir Miosen atau Pliosen (Sufni Hakim dan Hall, 1991).


4. Busur Sunda-Banda
Busur ini merupakan busur paling panjang di Indonesia, melampar dari utara Pulau Sumatera melewati Pulau Jawa ke arah timur dan berakhir di Pulau Banda. Segmen barat terdiri atas Sumatera, Jawa Barat dan sebagian Jawa Tengah, dan terbentuk pada tepian selatan Paparan Sunda, bab timur dari Jawa Tengah ditafsirkan sebagai busur kepulauan terbentuk pada kontinen yang tipis atau kerak intermedier.

5. Busur Aceh
Busur ini berbatasan dengan bab utara Pulau Sumatera. Penunjaman di lepas pantai bab utara Pulau Sumatera dimana pada tempat ini ndapan gunungapi muda berafiliasi dengan yang terdapat di daratan (Stephenson dkk, 1982). Penunjaman tersebut kemungkinan juga aktif pada awal Miosen Tengan, diduga bahwa penunjaman ke arah selatan dari Cekungan Mergui yang bersifat oseanik menunjam di bawah batuan dasar bab utara Sumatera dari Paparan Sunda.

6. Busur Paparan Sunda
Data ihwal busur ini relatif kurang, terdapat pluton granit yang terpencar-pencar. Granit dijumpai mulai umur 85 juta tahun di Kepulauan Anambas dan monzonit kuarsa Akhir Kapur di Kepulauan Tambelan hingga 74 juta tahun berupa granit-granodiorit di Pulau Karimata (Hutchinson, 1989). Busur ini kemungkinan menerus ke selatan dari Pegunungan Schwaner menjadi dasar dari cekungan Barito dan kemungkinan juga beberapa pluton yang berada di bab timur Pegunungan Meratus.

7. Busur Kalimantan Tengah
Busur kontinen ini melampar dari Kalimantan bab timur bahari ke arah selatan melewati Kalimantan Tengah dan Barat dan menerus ke Serawak. Busur magmatik di tengah Pulau Kalimantan ini diketahui pada beberapa tahun terakhir dari sisa-sisa abrasi batuan andesitik hingga trakhit-andesitik dari volkanik fasies sentral yang berumur Oligosen Akhir hingga Awal Miosen. Busur ini sangat berkaitan dengan penunjaman ke arah selatan dengan jalur penunjaman umumnya terletak pada bab barat bahari Serawak.

 yang terbentuk pada Akhir Mesozoik hingga Kenozoik dengan panjang pelamparan berupa darat √ #15 Busur Magmatik di Indonesia
Gambar penyebaran busur magmatik di Indonesia (atas) dan beberapa busur magmatik yang menghasilkan deposit mineral hemat (bawah).

8. Busur Irian Jaya Tengah
Busur Irian Jaya Tengah merupakan busur tepi kontinen yang melampar dari leher kepala burung Irian (sekarang Papua) menerus ke arah Papua New Guinea. Busur ini merupakan superimpos pada busur New Guinea yang bersifat mobile, zona pada patahan naik dan perlipatan selatan dari jalur malihan Rouffaer dan pada ofiolit New Guinea dimana pada kondisi secara struktural lebih tinggi miring ke arah utara (Dow dkk, 1988). Batuan magmatik yang terkait dengan penunjaman ke arah selatan yaitu batuan terobosan berupa "stock" pada tempat mineralisasi Ertsberg yang berumur Akhir Pliosen dan batuan eruptif dan terobosan pada daerah-daerah tersebar menerus ke arah timur ke tempat Papua New Guinea.

9. Busur Pegunungan Schwaner
Di Pegunungan Schwaner dan sebelah utaranya, busur kalk-alkali yang luas ke arah timur, secara umum dikuasai berupa batolit tonalit hingga granodioritik, mengindikasikan adanya busur magmatik pada Kapur Awal (Williams dkk, 1988). Beberapa cebakan tipe skarn dijumpai berasosiasi dengan pluton Kapur Bawah.


10. Busur Moon-Utawa
Pada busur ini termasuk batuan gunungapi Moon berumur Miosen Tengah yang terdapat pada bab utara Kepala Burung (Pulau Papua) dan Diorit Utawa berumur Miosen Tengah pada bab leher menerus ke arah tenggara. Batuan Volkanik Moon, batuan sedimen Mesozoik Akhir yang termasuk dalam Paparan New Guinea (Dow dkk, 1986, 1988) diterobos oleh stok-stok diorit.

11. Busur Barat Sulawesi
Busur ini melampar pada bab barat Pulau Sulawesi dimana volkanisme sosonitik (leterrier dkk, 1990) terkait dengan gerakan penunjaman ke arah timur di palung Tolo (Rehault dkk, 1991), kemungkinan disertai dengan pemekaran pada teluk Bone. Di bab utara Teluk Bone, terdapat jalur pluton granit yang tidak menerus sepanjang 400 km, dan granit Dondo yang menerus ke arah timur bahari pada arah leher Sulawesi (Priadi dkk, 1991 and Kavalieris dkk, 1992). Granit Dondo berumur 6,5 - 3,8 juta tahun kemungkinan merupakan petunjuk adanya pelelehan kerak selama adanya pensesaran naik ke arah barat ketika tubrukan pada Akhir Miosen di bab barat Sulawesi (Priadi dkk, 1991). Batuan ini tidak ekuivalen dengan batuan volkanik sosonitik tersebut (van Leeuwen dkk, 1994).

12. Busur Sumba-Timor
Busur ini merupakan busur magmatik minor berumur sekitar Paleogen, dijumpai di segmen Sumba-Palelo-Lolotai di Sumba dan Timor. Di tempat Sumba, batuan volkanik dan terobosan andesit porfiri menempati tempat sempit pada tempat tenggara, tengah, dan barat daya Pulau Sumba.

13. Busur Barat Laut Borneo
Busur ini berumur Miosen Tengah ditandai dengan adanya batuan andesitik yang tersebar pada beberapa tempat di barat bahari Kalimantan dan bab timur Serawak (Hutchison, 1989).


14. Busur Talaud
Pada busur ini di daratan hanya terwakili oleh batuan volkanik andesitik Miosen di Pulau Talaud dan bongkah andesit pada batuan bancuh di timur bahari Pulau Sulawesi dan terbentuk pada lingkungan bahari (Simandjuntak, 1986).

15. Busur Pantai Iran Jaya
Di busur ini dijumpai batuan diorit dengan mineralisasi porfiri di jalur Mamberamo erat pantai utara Papua, terbentuk pada umur Neogen, terobosan kecil yang lain dijumpai juga pada busur ini (D.Bennett, kom.pers, 1993).

Sumber http://www.geologinesia.com

Monday, March 12, 2018

√ Geologi Busur Sumatera-Meratus

Busur Sumatera-Meratus merupakan busur kontinen yang memanjang pada ujung bab selatan Paparan Sunda dari utara Sumatera melewati ujung timur Jawa Barat menerus ke arah timur Kalimantan. Paparan Sunda bersifat kontinen masif dengan batuan dasar berumur Paleosen atau lebih renta menerus ke arah utara melalui Semenanjung Malaysia ke arah Thailand, Myanmar, dan Indocina.

Baca juga: 15 Busur Magmatik di Indonesia

Paparan Sunda menjadi busur kontinen tunggal pada Akhir Trias atau Awal Yura. Pada Trias dan diperkirakan hingga Awal Yura terjadi tumbukan sepanjang lepas pantai timur bahari Sumatera ke arah Kalimantan dan kemungkinan melewati tengah Sumatera (Hamilton, 1979; Hutchison, 1989; Mitchell, 1992). Tumbukan secara pribadi maupun tidak pribadi menghasilkan jalur kaya timah di Asia Tenggara dan pembentukan jalur potensi emas mesothermal pada bab tengah Malaysia dan Thailand.

Sejak Yura Tengah hingga Akhir Kapur, tepian selatan Paparan Sunda diperkirakan merupakan margin kontinen yang pasif, di Sumatera ke arah barat dan Kalimantan ke arah utara, pada Akhir Kapur terjadi perputaran ke arah berlawanan jarum jam pada bab timur Paparan Sunda dan berarah jarum jam pada bab barat Paparan Sunda (Fuller dkk., 1991) terhadap posisi pada ketika ini.

Meratus merupakan busur kontinen yang memanjang pada ujung bab selatan Paparan Sunda da √ Geologi Busur Sumatera-Meratus
Gambar letak/posisi Busur Sumatera-Meratus.

Bagian busur oseanik berupa Grup Woyla pada bab barat Pulau Sumatera merupakan hasil proses pengangkatan ke arah selatan pada margin kontinen dari Paparan Sunda (Cameron dkk., 1980; Wajzer dkk., 1991). Kemungkinan ini terjadi pada Awal hingga Akhir Kapur. Busur batuan basa berarah utara mengalami tumbukan yang mengakibatkan terbentuknya batuan ofiolit dan selanjutnya terangkat menempati bab dari tepian selatan Paparan Sunda, membentuk Grup Woyla pada bab utara Sumatera, batuan yang sama terdapat pada bab barat Sumatera Selatan, batuan ofiolit di Jawa bab baratdaya, Ofiolit Meratus dan Formasi Alino di Kalimantan bab tenggara. Kondisi yang seakan-akan terjadi sebelum Kapur Tengah dimana batuan basa dan ofiolit terangkat menempati tepian barat Paparan Sunda (Mitchell, 1992).


Bagian busur magmatik mulai mengalami proses pembalikan tektonik sehabis pembentukan Kelompok Woyla. Penunjaman ke arah utara mengakibatkan pembentukan busur magmatik pada Awal Kapur hingga Akhir Kapur yang melampar melewati Pulau Sumatera (Cameron dkk., 1980; W. McCourt, 1991) dan Laut Jawa (Hutchison, 1989) terobosan-terobosan berasosiasi dengan Kelompok Batuan Volkanik Manunggal di Pegunungan Meratus (Sikumbang, 1990) di Sumatera, termasuk Pluton Ulai, Batolit Manunggal dan Batolit Sikuleh (Aspden dkk., 1982b; Aldiss dkk., 1983).

Intrusi-intrusi tersebut umumnya menerobos Grup Woyla, akan tetapi di Jalur Bukit Barisan Sumatera Selatan intrusi granit secara struktural menempati bab lebih rendah, pada Awal Mesozoik atau batuan lebih renta dari batuan dasar kontinen. Batuan granitik tersebut melampar melewati bab barat Myanmar (Mitchell, 1992) dan kemungkinan ke arah barat melalui Batolit Gandise yang memiliki umur sama dengan batuan granitik yang ada di Tibet.


Berhentinya proses magmatik di Pulau Sumatera pada Akhir Kapur (W. McCourt, 1992) bertepatan dengan proses magmatisme yang terjadi di Myanmar bab barat, dimana terjadi proses deformasi dan pembentukan batuan bancuh yang mengindikasikan adanya busur kepulauan dengan tumbukan berarah timur laut.

Sumber http://www.geologinesia.com

Thursday, March 8, 2018

√ Geologi Busur Sunda-Banda

Busur Sunda-Banda merupakan busur paling panjang di Indonesia, melampar dari utara Pulau Sumatera melewati Pulau Jawa ke arah timur dan berakhir di Pulau Banda. Segmen barat terdiri dari Sumatera, Jawa Barat, dan sebagian Jawa Tengah, dan terbentuk pada tepian selatan Paparan Sunda. Bagian timur dari Jawa Tengah ditafsirkan sebagai busur kepulauan terbentuk pada kontinen yang tipis atau kerak intermedier.


Kegiatan tektonik Paleogen dan diikuti tektonik Akhir Kapur dimana acara volkanisme di Busur Sumatera-Meratus berakhir. Margin kontinen posisi pasif dari Paparan Sunda pada Akhir Eosen (Hamilton, 1979; Daly dkk., 1991) telah melampar ke arah Pulau Sumatera, dimana intrusi kalk-alkali terjadi dengan umur antara 52 - 57 juta tahun, dan kemungkinan lebih muda (N. Cameron, pers commun., 1991; Wajzer dkk., 1991) menggambarkan adanya penunjaman secara lambat ke arah utara pada awal hingga pertengahan Eosen.

Deformasi bersifat kompresif di lepas pantai Pulau Sumatera bab barat (Daly dkk., 1991) dan berakhirnya penunjaman Paleogen merupakan citra dikala terbentuknya ofiolit pada bab utara dan busur kepulauan yang bertepatan dengan terbentuknya Ofiolit Oligosen di jalur Indo-Burma (Sengupta dkk., 1990) dan terbentuknya batuan bancuh dengan fragmen ofiolit pada kepulauan di sebelah barat Sumatera (Harbury & Kallagher, 1991). Di bab timur Pulau Sumatera, ofiolit dann batuan Paleogen, termasuk basal di Jawa merupakan bab dari margin Sunda sebelum Akhir Oligosen.

 merupakan busur paling panjang di Indonesia √ Geologi Busur Sunda-Banda
Gambar Letak Busur Sunda-Banda.

Tumbukan terjadi pada Oligosen diikuti penunjaman dengan arah kebalikannya, dan pembentukan busur Sunda-Banda. Pada Akhir Miosen, Busur Sunda-Banda bab timur mengalami migrasi ke arah timur mengarah pada Laut Banda (Hamilton, 1979), atau jauh ke arah timur pada suatu tempat di barat pada posisi sekarang, memperangkap kerak lebih bau tanah dari selatan Laut Banda (Hamilton, 1988). Pada Akhir Miosen hingga Pliosen, busur tersebut mengalami tumbukan dengan Tanimbar pada posisi tepian dari Kontinen Australia-New Guinea. Zona tumbukan melampar pada arah barat Pulau Sumba, dengan balik busur penunjaman di utara dari tempat Wetar-Flores (Hamilton, 1979).

Menurut W. McCourt (1993), pada Akhir Oligosen hingga Akhir Moiosen, busur magmatik yang melampar luas pada sebagian besar Pulau Sumatera membentuk gugusan batuan yang oleh van Bemmelen (1949) disebut Formasi Andesit Tua. Busur ini secara strategis setempat terpisah dari batuan yang lebih muda ialah batuan yang lebih muda dari Neogen yang dicirikan oleh batuan endapan laut, termasuk didalamnya batulumpur. Sampai kini belum ada umur pengendapan batuan yang sanggup dikorelasikan dengan busur Tersier Tengah tersebut, posisinya bersamaan dengan busur Neogen.


Busur Andesitik berumur Miosen dengan pelamparan yang sama dengan volkanik Kuarter, melampar sepanjang Bukit Barisan (eg., Aspden dkk., 1982b; Aldiss dkk., 1983) dan menerus ke Jawa dan bab barat dari Busur Banda hingga Damar. Di luar sebaran tersebut, ke arah timur hanya dijumpai pulau-pulau dengan endapan volkanik Kuarter dan tidak didapatkan data bahwa pada dikala Neogen melampar hingga tempat tersebut.

Batuan magmatik pada busur tersebut mayoritas batuan eruptif, termasuk juga batuan intrusi berumur 12 dan 13 juta tahun di Sumatera (Aspden dkk., 1982) dan intrusi di Jawa. Tidak dijumpai batolit dalam ukuran besar pada Neogen. Riolit dan ignimbrit riolitik berumur Kuarter dijumpai di Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. Magmatisme pada Neogen terkait dengan penunjaman pada atau akrab tunjaman di Pulau Jawa dikala ini.

Di Pulau Sumatera, batuan gunungapi mayoritas terbentuk pada lingkungan darat dan umumnya menumpang pada batuan berumur Miosen Awal berupa batuan gunungapi, batulumpur, dan batuan dasar berumur Miosen dan Paleozoik termasuk juga batuan ofiolit Mesozoik Akhir dari grup Woyla, serta batuan plutonik busur magmatik Kapur Akhir. Pada kubah Bayah di Jawa Barat pada awal Pliosen retas-retas andesitik menerobos batuan sedimen berumur Miosen Tengah serta tufa andesitik yang menumpang pada Gabro.

Pengangkatan pada dikala acara vulkanisme aktif pada Kenozoik Akhir ditandai oleh adanya batuan lumpur yang terbentuk pada lingkungan bahari menempati ketinggian sekitar 1100 meter di Bukit Barisan, dan batuan sedimen endapan bahari berumur Miosen Tengah pada Kubah Bayah berada pada ketinggian diatas 900 meter.


Pada bab timur Jawa Tengah dijumpai batuan pra-Tersier, dan busur ini kemungkinan menumpang pada kerak tipis yang terbentuk dikala pemekaran pada Akhir Kenozoik. Volkanisme Neogen pada busur kepulauan terjadi pada lingkungan darat dan bahari dangkal dan tidak mengindikasikan disertai dengan pengangkatan.

Sumber http://www.geologinesia.com

Monday, March 5, 2018

√ Geologi Busur Kalimantan Tengah

Busur Kalimantan Tengah merupakan busur kontinen yang melampar dari Kalimantan bab timurlaut ke arah selatan melewati Kalimantan Tengah dan Barat dan menerus ke Serawak. Batuan berumur sebelum Kapur termasuk sedimen Mesozoik berada di atas sekis dan filit berumur Paleozoik, dimana terbentuk pada ketika orogenesa yang terjadi pada Awal Mesozoik (Hutchinson, 1989).


Busur ini terakhir di intrusi oleh granit pada Trias Akhir, kemungkinan berlangsung juga pembentukan jalur timah putih di Asia Tenggara pada Awal Mesozoik dimana diintrusi juga oleh pluton berumur Kapur Awal ibarat sanggup dijumpai pada Pegunungan Schwaner. Pada pertengahan Eosen, terbentuk tufa riolit berumur 49,7 dan 48,6 juta tahun (Baharuddin dkk., 1990). Sebelum Eosen Atas hingga Oligosen, terbentuk batuan sedimen. Kondisi pembentukan tufa riolit tersebut kemungkinan akhir pemekaran yang berkaitan dengan pembentukan Laut Sulawesi.

Busur magmatik di tengah Pulau Kalimantan diketahui pada beberapa tahun terakhir dari sisa-sisa abrasi batuan andesitik hingga trahit-andesitik dari volkanik fasies sentral yang berumur Oligosen Akhir hingga Awal Miosen, pada beberapa tempat berasosiasi dengan cebakan emas dan beberapa kawasan prospek logam. Batuan volkanik tersebut termasuk juga trahit-andesit yang berumur 23 juta tahun tersingkap bersahabat tambang Kelian (van Leeuwen dkk., 1990), batuan terobosan andesit dan basalt berumur 14,4 - 24 juta tahun di antara Kelian dan Gunung Muro (van de Weerd dkk., 1987).


Busur ini sanggup dikaitkan dengan Busur Kalimantan Barat dimana tonalit berumur 21 dan 27,8 juta tahun di serantak dan prospek emas Banyi (S. Bugg, pers.com, 1992) merupakan yang termuda dan kemungkinan terbentuk sehabis terobosan-terobosan pra-mineralisasi. Pada utara pusat volkanik Atan, busur menerus melewati intrusi-intrusi granodiorit dan granit berumur 26 juta tahun di Long Laai (Hutchinson, 1989) dan granodiorit di kawasan Kujau.

 Busur Kalimantan Tengah merupakan busur kontinen yang melampar dari Kalimantan bab tim √ Geologi Busur Kalimantan Tengah
Gambar Posisi Busur Kalimantan Tengah.

Ke arah utara balasannya busur menghilang di bawah sistem busur Neogen di kawasan Sabah. Akhir dari jalur vulkanisme terjadi 20 juta tahun, diindikasikan adanya tumbukan dengan fragmen dari zona kontinen di Sarawak barat bahari (Hutchinson, 1989). Hal tersebut sanggup menunjukkan citra bahwa Busur Tengah Kalimantan berkaitan penunjaman ke arah selatan pada Oligosen - Awal Miosen, jalur tunjaman umumnya terletak pada atau barat bahari Serawak. Jalur sedimen pada cekungan di Ketungau, Melawi dan Mandali bab tengah Kalimantan yang terbentuk pada Akhir Eosen Oligosen (Williams dkk, 1988) menggambarkan bahwa endapan terbentuk pada cekungan busur luar.


Basalt terbentuk pada Akhir Miosen hingga Kuarter, banyak tersingkap di Kalimantan yang merupakan batuan eruptif paling muda, hal tersebut berkaitan dengan retas-retas basalt yang memotong busur batuan gunungapi Tersier tengah dan endapan flysh, batuan basalt setempat-setempat berasosiasi dengan adanya mineralisasi emas berupa urat-urat kuarsa ibarat di Long Laai.

Sumber http://www.geologinesia.com

Friday, March 2, 2018

√ Geologi Busur Halmahera

Hai sahabat geologinesia, jumpa lagi kita pada postingan yang sanggup mengasah keilmuan wacana geologi regional indonesia, yang nantinya sangat mempunyai kegunaan pada tahap awal melaksanakan prospeksi mineral logam dan deposit penting lainnya. Pada kesempatan ini, geologinesia akan membahas mengenai "geologi busur halmahera" yang cukup kompleks. Diharapkan melalu postingan ini dan beberapa postingan lainnya mengenai "busur-busur di Indonesia". sanggup dijadikan rujukan yang mempunyai kegunaan untuk mendukung basic keilmuan kalian.


Busur Halmahera melampar dari Pulau Bacan di bab selatan menerus ke arah bab utara dari lengan Pulau Halmahera dan menerus ke bab barat Pulau Morotai. Batuan dasar tersingkap di bab selatan dari busur ini,  di Pulau Bacan terdiri dari sekis dengan batuan basaltik dan andesitik berumur Paleogen terdapat di bab utara (Sufni Hakim dan Hall, 1991). Batuan Paleogen tersebut menumpang pada ofiolit dimana secara stratigrafi menumpang di atas sekis Bacan.

Stratigrafi Pulau Halmahera dan Pulau Waigeo seakan-akan dengan stratigrafi bab timur Mindanao (Hall dkk, 1991). Kemungkinan kawasan ini pada dikala Paleogen berada pada satu lempeng, dan ofiolit Halmahera-Waigeo merupakan bab dari ofiolit New Guinea - bab timur Pulau Sulawesi dan menerus ke kawasan Mindanao (Mitchell dan Leach, 1991).


 jumpa lagi kita pada postingan yang sanggup mengasah keilmuan wacana geologi regional indo √ Geologi Busur Halmahera
Gambar Lokasi Busur Halmahera.

Sekis Bacan merupakan batuan malihan, sebagai batuan dasar yang termasuk bab Sula-Buton-Bumbulan bab dari kontinen New Guinea dan ofiolit Waigeo tersesarkan naik ke arah selatan (Chariton dkk, 1991) dan menumpang pada Sekis Bacan pada Oligosen. Setelah itu, dikala New Guinea bergerak ke arah utara, Halmahera terputar dan kemungkinan bergerak ke arah barat pada patahan Sorong selama proses penunjaman di Laut Molucca dengan arah timur.

Busur andesitik di Halmahera terdiri dari batuan terobosan dan batuan gunungapi Neogen yang setempat-setempat dan tertutup endapan gunungapi Kuarter. Batuan eruptif Neogen terbentuk pada Akhir Miosen atau Pliosen (Sufni Hakim dan Hall, 1991).


Terobosan tonalit di Bacan kemungkinan berumur lebih tua. Terobosan tersebut merupakan akhir adanya penunjaman ke arah selatan disertai pembentukan ofiolit di Halmahera dan balik busur. Hal ini ekuivalen dengan pembentukan batuan Gunungapi Moon dan diorit Utawa di Papua. Batuan gunungapi Akhir Neogen berafiliasi dengan penunjaman di Laut Maluku, dimana Halmahera bergerak ke arah barat.

Sumber http://www.geologinesia.com

Friday, February 9, 2018

√ Tenaga Endogen Yaitu Tenaga Dari Bawah Permukaan Bumi, Ini Pengertian Lengkapnya

Pengertian Tenaga Endogen - Tahukah kau apa itu tenaga endogen serta contohnya? berdasarkan ilmu geologi, tenaga endogen yaitu tenaga yang berasal dari dalam bumi (bawah permukaan). Bumi dibuat oleh banyak proses geologi yang berbeda-beda. Kekuatan yang menyebabkan perubahan fitur bumi sanggup berasal dari atas permukaan maupun di bawah permukaan bumi. Beragam pola tenaga endogen mewakili kekuatan bawah permukaan sedangkan tenaga eksogen merupakan pola kekuatan dari atas permukaan.

Tenaga endogen sebagian besar diakibatkan oleh energi panas (thermal) mantel dan kerak bumi. Energi termal ini berasal dari peluruhan atau disintegrasi unsur radioaktif menyerupai uranium, torium, dan potassium serta perbedaan gravitasi di dalam mantel bumi. Pergerakan lempeng litosfer diperkirakan dihasilkan oleh arus konveksi energi panas di dalam mantel.

Sedikitnya ada 3 macam tenaga endogen paling utama, yaitu: melipat (fold), mensesarkan (fault), dan vulkanisme. Melipat dan mensesarkan bekerjasama dengan tektonisme, mereka sering terbentuk di sepanjang batas lempeng, yaitu zona yang terletak di tepian lempeng bumi. Zona disepanjang batas lempeng merupakan zona paling lemah. Sedangkan intrusi, ekstrusi dan erupsi magma akan selalu bekerjasama dengan vulkanisme.

 Tahukah kau apa itu tenaga endogen serta misalnya √ Tenaga Endogen Adalah Tenaga Dari Bawah Permukaan Bumi, Ini Pengertian Lengkapnya

Contoh tenaga endogen baik itu proses maupun fitur yang dihasilkannya adalah: gempa bumi, kemunculan dan perkembangan benua, palung laut, gunung-pegunungan, acara vulkanik, metamorfisme batuan, deformasi, serta pergerakan kerak baik secara vertikal maupun lateral.

Banyak sistem pegunungan menyerupai Himalaya merupakan produk tumbukan lempeng litosfer. Pergerakan pecahan lempeng, lipatan batuan, dan tumbukan (collision) sanggup menghasilkan rangkaian pegunungan luas maupun kerucut vulkanik. Tenaga ini juga sanggup menghasilkan bentang alam dipermukaan, misalnya bentang alam struktural.

Target pembelajaran:
Pengertian tenaga endogen: tenaga endogen yaitu tenaga yang berasal dari dalam bumi yang terdiri atas 2 proses besar geologi yaitu tektonisme dan vulkanisme.
Contoh tenaga endogen: tumbukan (collision), gempa bumi, sesar (patahan), lipatan, deformasi batuan, metamorfisme, geothermal, intrusi magma, ekstrusi magma dan erupsi.

Sumber http://www.geologinesia.com