Thursday, September 28, 2017

√ Asuhan Keperawatan (Askep) Bronkopneumonia Lengkap Dengan Laporan Pendahuluan

Untuk mend0wnl0ad Askep bronkopneumonia lengkap dalam bentuk Ms.Word klik Disini

Laporan Pendahuluan askep Bronkopneumonia

Definisi

Bronkopneumonia adalah pneumonia yang terdapat di tempat bronkus kanan maupun kiri atau keduanya. Bronkopneumonia (pneumonia lobularis) ialah peradangan pada parenkim paru yang awalnya terjadi di bronkioli terminalis dan juga sanggup mengenai alveolus sekitarnya. Bronkiolus terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat mukopurulen membentuk bercak-bercak konsolidasi di lobulus yang bersebelahan. Penyakit ini seringnya bersifat sekunder, mengikuti infeksi dari susukan nafas atas, demam pada infeksi spesifik dan penyakit yang melemahkan sistem pertahanan tubuh. Pada bayi dan orang-orang yang lemah, pneumonia sanggup muncul sebagai infeksi primer. Bronkopneumonia sering disebabkan oleh majemuk etiologi menyerupai bakteri, virus, jamur dan benda asing.
Bronkopneumonia

Klasifikasi Pneumonia

Berdasarkan Sumber Infeksi

  • Pneumonia yg didapat di masyarakat (Community-acquired pneumonia.) 
  1. Streptococcus pneumonia merupakan penyebab utama pada orang dewasa.
  2. Haemophilus influenzae merupakan penyebab yang sering pada anak-anak.
  3. Mycoplasma sering bisa menjadi penyebab keduanya (anak & dewasa) 
  • Pneumonia yg didapat di RS (Hospital-acquired pneumonia ) 
  1. Terutama disebabkan kerena kuman gram negatif 
  2. Angka kematiannya > daripada CAP (Community-acquired pneumonia.) 
  3. Prognosis ditentukan ada tidaknya penyakit penyerta 
  • Pneumonia aspirasi 
  1. Sering terjadi pada bayi dan anak-anak.
  2. Pada orang cukup umur sering disebabkan oleh kuman anaerob.
  • Pneumonia Immunocompromise host 
  1. Macam kuman penyebabnya sangat luas, termasuk kuman bekerjsama memiliki patogenesis yang rendah 
  2. Berkembang sangat progresif menimbulkan janjkematian jawaban rendahnya pertahanan tubuh

Berdasarkan Kuman Penyebab

  • Pneumonia bakterial 
  1. Sering terjadi pada semua usia 
  2. Beberapa mikroba cenderung menyerang individu yang peka, misal;Klebsiella pada penderita alkoholik, Staphylococcus menyerang pasca influenza
  • Pneumonia Atipikal 
  1. Disebabkan: Mycoplasma, Legionella dan Chlamydia 
  2. Sering mengenai bawah umur dan cukup umur muda 
  • Pneumonia yang disebabkan virus 
  1. Sering pada bayi dan anak-anak 
  2. Merupakan penyakit yang serius pada penderita dengan pertahanan tubuh yang lemah 
  • Pneumonia yang disebabkan oleh jamur atau patogen lainnya 
  1. Seringkali merupakan infeksi sekunder 
  2. Predileksi terutama pada penderita dengan pertahanan tubuh yang rendah
Berdasarkan Predileksi atau Tempat Infeksi

  • Pneumonia lobaris (lobar pneumonia) 
  1. Sering pada pneumonia bakterial.
  2. Jarang pada bayi dan orang tua 
  3. Pneumonia terjadi pada satu lobus atau segmen, kemungkinan dikarenakan obstruksi bronkus contohnya : aspirasi benda abnormal pada anak atau proses keganasan pada orang dewasa
  • Bronchopneumonia 
  1. Ditandai adanya bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru
  2. Dapat disebabkan kuman maupun virus 
  3. Sering pada bayi dan orang tua 
  4. Jarang dihubungkan dengan obstruksi bronkus 
  • Pneumonia interstisialis (interstitial pneumonia)
  1. Proses terjadi mengenai jaringan interstitium daripada alevoli atau bronki 
  2. Merupakan karakteristik (tipikal) infeksi oportunistik (Cytomegalovirus,Pneumocystis carinii)

Etiologi

Secara umun individu yang terjangkit bronkopneumonia diakibatkan oleh adanya penurunan prosedur pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang yang normal dan sehat memiliki prosedur pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.


Faktor Infeksi

  • Pada neonatus : Streptocccus grup B, Respiratory Sincytial Virus (RSV). 
  • Pada bayi : Virus : Virus parainfluensa, virus influenza, Adenovirus, RSV,Cytomegalovirus. Organisme atipikal : Chlamidia trachomatis, Pneumocytis. Bakteri : Streptokokus pneumoni, Haemofilus influenza,Mycobacterium tuberculosa, Bordetella pertusis.
  • Pada bawah umur : Virus : Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSP Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia Bakteri : Pneumococcus, Mycobakterium tuberculosa.
  • Pada anak besar – cukup umur muda : Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia, C. trachomatis Bakteri : Pneumococcus, Bordetella Pertusis, M. tuberculosis.

Faktor Non Infeksi
Terjadi jawaban disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputi :

  1. Bronkopneumonia hidrokarbon sanggup terjadi oleh lantaran aspirasi selama penelanan muntah atau pemasangan selang NGT ( zat hidrokarbon menyerupai pelitur, minyak tanah dan bensin). 
  2. Bronkopneumonia lipoid sanggup terjadi jawaban pemasukan obat yang mengandung minyak secara intranasal, termasuk jeli petroleum. Setiap keadaan yang mengganggu prosedur menelan menyerupai palatoskizis, pemberian makanan dengan posisi horizontal, atau pemaksaan pemberian makanan menyerupai minyak ikan pada anak yang sedang menangis. Keparahan penyakit tergantung pada jenis minyak yang terinhalasi. Jenis minyak hewan yang mengandung asam lemak tinggi bersifat paling merusak contohnya menyerupai susu dan minyak ikan.
Selain faktor di atas, daya tahan tubuh sangat besar lengan berkuasa untuk terjadinya Bronkopneumonia. Menurut sistem imun pada penderita-penderita penyakit yang berat menyerupai AIDS dan respon imunitas yang belum berkembang pada bayi dan anak merupakan faktor predisposisi terjadinya penyakit ini.


Faktor Resiko
Faktor-faktor yang berperan dalam bencana Bronkopneumonia ialah sebagai berikut :

Faktor host (diri)

  • Usia 
Kebanyakan infeksi susukan pernafasan yang sering mengenai anak usia dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahum. Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa anak pada balita lebih rentan terkena penyakit bonkopneumonia dibandingkan orang cukup umur dikarenakan kekebalan tubuhnya masih belum sempurna.

  • Status Gizi 
Interaksi antara infeksi dan Kekurangan Kalori Protein (KKP) telah usang dikenal, kedua keadaan ini sinergistik, saling mempengaruhi, yang satu merupakan predisposisi yang lain (Tupasi, 1985). Pada KKP, ketahanan tubuh menurun dan virulensi phatogen lebih kuat sehingga menimbulkan keseimbangan yang tergangu dan akan terjadi infeksi, sedangkan salah satu determinan utama dalam mempertahankan keseimbangan tersebut ialah status gizi.

  • Riwayat penyakit terdahulu 
Penyakit terdahulu yang sering muncul dan bertambah parah lantaran penumpukan sekresi yang berlebih yaitu influenza. Pemasangan selang NGT yang tidak higienis dan tertular banyak sekali mikrobakteri sanggup menyebakan terjadinya bronkopneumonea.


Faktor Lingkungan

  • Rumah 
Rumah merupakan struktur fisik, dimana orang menggunakannya untuk tempat berlindung yang dilengkapi dengan kemudahan dan pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang berkhasiat untuk kesehatan jasmani, rohani, dan keadaanan sosialnya yang baik untuk keluarga dan individu (WHO, 1989).

  • Kepadatan hunian (crowded) 
Kepadatan hunian menyerupai luar ruang per orang, jumlah anggota keluarga, dan masyarakat diduga merupakan faktor resiko penularan pneumonia.

  • Status sosio ekonomi 
Kepadatan penduduk dan tingkat sosioekonomi yang rendah memiliki kekerabatan yang erat dengan kesehatan masyarakat.


Patofisiologi

Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi susukan nafas belahan atas yang disebabkan oleh kuman staphylococcus, Haemophillus influenzae atau lantaran aspirasi makanan dan minuman. Dari susukan pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masukl ke susukan pernafasan belahan bawah dan menimbulkan terjadinya infeksi kuman di tempat tersebut, sebagian lagi masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi susukan pernafasan dengan ganbaran sebagai berikut:

  1. Infeksi susukan nafas belahan bawah menimbulkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli. 
  2. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam susukan pencernaan dan menginfeksinya menimbulkan terjadinya peningkatan tumbuhan normal dalam usus, peristaltik meningkat jawaban usus mengalami malabsorbsi dan kemudian terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

Manifestasi Klinis

  1. Demam mendadak, disertai menggigil, baik pada awal penyakit atau selama sakit 
  2. Batuk, mula-mula mukoid kemudian purulen dan bisa terjadi hemoptisis 
  3. Nyeri pleuritik, ringan hingga berat, apabila proses menjalar ke pleura (terjadi pleuropneumonia) 
  4. Tanda & tanda-tanda lain yang tidak spesifik : mialgia, pusing, anoreksia, malaise, diare, mual & muntah.

Pemeriksaan

Pemeriksaan fisik

  • Inspeksi / palpasi : sisi hemitoraks yg sakit tertinggal 
  • Palpasi / Perkusi / Auskultasi tanda-tanda konsolidasi : Redup, fremitus raba / bunyi meningkat, bunyi napas bronkovesikuler – bronchial, bunyi bisik, krepitasi 

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan dahak
  • Mempunyai banyak keterbatasan 
  • Usahakan bebas dari kontaminan dengan banyak sekali cara :
  1. Sputum dicuci dg garam faali, diambil sputum yang mengandung darah dan nanah
  2. kavum orofaring dibersihkan dulu dengan cara berkumur 
  3. aspirasi trakeal 
  4. memakai bronkosokopi 
  5. pungsi transtorakal
  • spesimen yg diperoleh kemudian dilakukan pengecatan gram dan kultur

Pemeriksaan darah

  • Umumnya lekositosis ringan hingga tinggi 
  • Hitung jenis bergeser ke kiri ( shift to the left)
  • LED sanggup juga tinggi 
  • Kultur darah sanggup positif 20-25 % pada penderita yang tidak diobati

Foto thorax PA/lateral

  • Abnormalitas radiologis pada pneumonia disebabkan lantaran pengisian alveoli oleh cairan radang berupa : opasitas / peningkatan densitas ( konsolidasi ) disertai dengan citra air bronchogram 
  • Bila di dapatkan tanda-tanda klinis pneumonia tetapi citra radiologis negatif, maka ulangan foto toraks harus diulangi dalam 24-48 jam untuk menegakkan diagnosis. 
  • Pemeriksaan gas darah 
  1. Hipoksemia & hipokarbia 
  2. Asidosis respiratorik pada stadium lanjut

Tampilan klinis pneumonia sanggup dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu bacterial dan non bacterial (atipikal)

KARAKTER KLINIS
 PNEUMONIA BAKTERIAL
PNEUMONIA NON BAKTERIAL (ATIPIKAL)
Timbulnya gejala
Mendadak sebagian besar di paru
Berangsur-angsur, sering bersifat umum selain di paru
Batuk
Produktif dengan banyak sputum, purulen/mukopurulen
Tidak produktif, sputum sedikit

Pengecatan gram
Sering ditemukan mikroba

Non diagnostik, baik pada pengecatan gram maupun kultur
Leukositosis
Ada dan tinggi, leukopeni pada kasus yang jelek
Biasanya tidak ada, atau leukopeni

Nyeri dada
Ada, bervariasi dari yang ringan hingga berat
Jarang

Foto paru
Tanda konsolidasi lobar, segen atau bronkopneumonia
Tidak mengikuti batas anatomis, kelainan interstitial


Penatalaksanaan

Pengelolahan pneumonia harus berimbang dan memadai, meliputi :

  1. Tindakan umum ( general suportif ) 
  2. Koreksi kelainan tubuh yang ada 
  3. Pemilihan antibiotik Bila keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat inap sanggup diobati di rumah. Juga diperhatikan ada tidaknya faktor modifikasi, yaitu keadaan yang sanggup meningkatkan resiko infeksi patogen yang spesifik contohnya S. pneumoniae yang resisten terhadap penesilin. 
Faktor modifikasi ialah keadaan yang sanggup meningkatkan resiko infeksi dengan kuman patogen yg spesifik. Kuman-kuman tersebut meliputi :

Streptococcus pneumoniae yg resisten terhadap p3enisilin :
  • Usia > 65 tahun 
  • Mendapat tx betalaktam dlm 3 bulan terakhir 
  • Pecandu alkohol 
  • Penyakit gangguan imunitas (tms tx steroid) 
  • Adanya penyakit ko-morbid yang lain f. Kontak dengan anak-anak

Enterik gram-negative :
  • Penghuni rumah jompo 
  • Adanya dasar penyakit kardiopulmoner 
  • Adanya penyakit ko-morbid yang lain 
  • Pengobatan antibiotika sebelumnya 
  • Pseudomonas aeruginosa : 
  1. Kerusakan jaringan paru (bronkiektasis) 
  2. Terapi kortikosteroid (>10 mg pednison/hari)
  3. Pengobatan antibiotik spektrum luas lebih dari 7 hari sebelumnya 
  4. Malnutrisi

Faktor antibiotik diharapkan adanya pendekatan yang logis untuk memperkirakan etiologi dan menawarkan pengobatan inisial secara empiris. Pendekatan ini harus mempertimbangkan :

  • kecenderungan epidemiologis setempat 
  • usia penderita 
  • penyakit penyerta / komorbid 
  • faktor risiko sosial (alkohol, drug abuse, dll) 
  • temuan kelainan paru (pemeriksaan fisik dan radiologis)

Penatalaksanaan rawat jalan

  • Pengobatan suportif / simtomatik 
  1. Istirahat di tempat tidur 
  2. Minum secukupnya untuk mengatasi dehidrasi 
  3. Bila panas tinggi perlu dikompres atau minum obat penurun panas 
  4. Bila perlu sanggup diberikan mukolitik dan ekspektoran 
  5. Pengobatan antibiotik harus diberikan ( sesuai sketsa ) kurang dari 4 jam

Penatalaksanaan rawat inap

  • Pengobatan suportif / simtomatik 
  • Pemberian terapi oksigen 
  • Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit 
  • Pemberian obat simtomatik antara laim antipiretik, mukolitik
  • Pengobatan antibiotik harus diberikan ( sesuai sketsa ) kurang dari 4 jam

Penatalaksanaan rawat inap di ruang rawat intensif

Pengobatan suportif / simtomatik

  • Pemberian terapi oksigen 
  • Pemasangan infus untuk rehidrasi, koreksi kalori & elektrolit 
  • Pemberian obat simtomatik antara lain antipiretik, mukolitik
  • Pengobatan antibiotik harus diberikan ( sesuai sketsa ) kurang darti 4 jam 
  • Bila ada indikasi penderita dipasang ventilator mekanis

Asuhan Keperawatan Bronkopneumonia

Diagnosis Keperawatan

Diagnosa 1.

Bersihan jalan nafas tidak efektif berafiliasi dengan peningkatan produksi sputum.

Data-data:
Data Subjektif

  • Pasien mengeluh rewel 
  • Pasien mengeluh sesak sesak nafas
  • Pasien tidak mau makan 
  • Terdengar bunyi grek-grek
  • orang bau tanah menyatakan kurang paham perihal penyakit yang diderita anaknya 
  • anak mencret 
Data Objektif

  • Pernafasan cepat dan dangkal 
  • pernafasan cuping hidung 
  • ronchi dan sianosis 
  • batuk berdahak sputum purulen 
  • penggunaan otot Bantu nafas 
  • bunyi nafas bronchovesikuler 
  • muntah malaise 
  • penurunan nafsu makan dan berat badan 
  • respirasi meningkat

Tujuan Jalan

napas higienis dan efektif sehabis hari perawatan,

Kriteria hasil:

  • Tidak ada dypsnoe, sianosis, ronchi dan bunyi krek-krek 
  • BGA mormal pH = 7,35 – 7,45, H+ = 35–45 nmol/L(nM) , PaO2 = 80–100 mmHg , PaCO2 = 35–45 mmHg , HCO3−= 22–26 mmol/L

Intervensi

  • Mengkaji frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ ekspirasi 
  • mengauskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas. Misalnya: mengi, krekels dan ronki.
  • Memberikan posisi semi fowler. 
  • Memberikan minum hangat sedikit sedikit tapi sering. 
  • Melaksanakan tindakan delegatif : Bronchodilator, mukolitik, untuk mencairkan dahak sehingga gampang dikeluarkan.

Rasional

  • Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan sanggup ditemukan pada penerimaan atau selama stres/ adanya proses infeksi akut. Pernafasan sanggup melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi. 
  • Bersihan jalan nafas yang tidak efektif sanggup dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas adventisius 
  • Posisi semi fowler akan mempermudah pasien untuk bernafas 
  • Hidrasi menurunkan kekentalan sekret dan mempermudah pengeluaran. 
  • Pemberian obat-obatan pengerncer dahak memudahkan proses penyelamatan jalan nafas

Diagnosa 2

Gangguan pertukaran gas berafiliasi dengan perubahan membran alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen darah, gangguan pengiriman oksigen


Data-data:
Data Subjektif

  • Pasien mengeluh rewel 
  • Pasien mengeluh sesak sesak nafas
  • Pasien tidak mau makan 
  • Terdengar bunyi grek-grek
  • orang bau tanah menyatakan kurang paham perihal penyakit yang diderita anaknya 
  • anak mencret 

Data Objektif
  • Pernafasan cepat dan dangkal 
  • pernafasan cuping hidung 
  • ronchi dan sianosis 
  • batuk berdahak sputum purulen 
  • penggunaan otot Bantu nafas 
  • bunyi nafas bronchovesikuler 
  • muntah malaise 
  • penurunan nafsu makan dan berat badan 
  • respirasi meningkat

Tujuan
Menunjukan fungsi paru yang optimal

kriteria hasil
sesak hilang, tidak ada sianosis pada kulit, membran mucosa dan kuku.


Intervensi

  • Mengkaji frekuensi, Kedalaman dan kemudahan pernafasan. 
  • Mengobsevasi warna kulit, membran mucosa dan kuku apakah terdapat sianosis. 
  • Mempertahankan istirahat dan tidur. 
  • Kolaborasi pemberian oksigen dengan benar sesuai dengan indikasi

Rasional

  • Manifestasi distres pernafasan tergantung pada derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum 
  • Sianosis memperlihatkan vasokontriksi atau respon tubuh terhadap demam/ menggigil dan terjadi hipoksemia.
  • Menghemat penggunaan oksigen dengan Istirahat dan tidur 
  • Mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg

Diagnosa 3

Intoleransi acara berafiliasi dengan kelemahan umum


Data-data:
Data Subjektif

  • Pasien mengeluh rewel 
  • Pasien mengeluh sesak sesak nafas
  • Pasien tidak mau makan 
  • Terdengar bunyi grek-grek
  • orang bau tanah menyatakan kurang paham perihal penyakit yang diderita anaknya 
  • anak mencret 

Data Objektif
  • Pernafasan cepat dan dangkal 
  • pernafasan cuping hidung 
  • ronchi dan sianosis 
  • batuk berdahak sputum purulen 
  • penggunaan otot Bantu nafas 
  • bunyi nafas bronchovesikuler 
  • muntah malaise 
  • penurunan nafsu makan dan berat badan 
  • respirasi meningkat

Tujuan
Mampu toleran terhadap acara sesuai kemampuan / kondisi anak.

Intervensi
  • Membantu acara anak untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 
  • Menyarankan keluarga untuk membatasi acara anak yang berlebihan yang sanggup menimbulkan kelelahan. 
  • Menyarankan untuk melaksanakan acara secara bertahap

Rasional

  • Anak membutuhkan pertolongan dalam keadaan sakit untuk memenuhi kebutuhannya 
  • Aktifitas yang berlebih akan membutuhkan banyak tenaga dan akan menimbulkan kelelahan pada anak 
  • Dengan aktifitas yang dilakukan sedikit demi sedikit diharapkan energi yang dikeluarkan tidak berlebih

Sumber http://bangsalsehat.blogspot.com