Monday, June 24, 2019

√ 4 Pola Puisi Soneta Dalam Bahasa Indonesia

Soneta merupakan salah satu diantara macam-macam puisi gres menurut bentuknya yang berasal dari luar Indonesia. Puisi ini gotong royong merupakan puisi dari Eropa yang dibawa oleh sejumlah penyair Indonesia ke negara kita. Umumnya, soneta mempunyai jumlah baris sebanyak 14 yang dibagi ke dalam 4 bait dengan pola 4-4-3-3 (bait 1 dan 2 harus mempunyai 4 baris, sedangkan dua bait terakhir harus mempunyai 3 baris). Namun, dalam perkembangannya, puisi soneta di Indonesia dapat berpola 4-4-4-2 atau bahkan hanya 1 bait namun di dalamnya mempunyai 14 baris sekaligus. Supaya pembaca lebih paham, berikut ditampilkan beberapa pola puisi soneta dalam bahasa Indonesia yang ditampilkan di bawah ini!


Contoh 1 (pola 4-4-3-3):


Pagi-Pagi*

Karya: M. Yamin


Teja dan cerawat masih gemilang,

Memuramkan bintang mulia raya;

Menjadi pudar padam cahaya,

Timbul karam berulang-ulang.


Fajar di timur tiba menjelang,

Membawa permata ke atas dunia;

Seri-berseri sepantun mulia,

Berbagai warna, bersilang-silang.


Lambatlaun serta berdandan,

Timbul matahari dengan pelahaan;

Menyinari bumi dengan keindahan.


Segala bunga harumkan pandan,

Kembang terbuka, cantik gubahan;

Dibasahi embun, titik di dahan.


*Sumber: Sapardi Djoko Damono, Bilang Begini Maksudnya Begitu, hlm 12.


Contoh 2 (Pola 4-4-4-2):


Sonet: Entah Sampai Kapan*

Karya: Sapardi Djoko Damono


entah semenjak kapan kita gugup

di antara frasa-frasa pongah

di kain rentang yang berlubang-lubang

sepanjang jalan raya itu; kita berhimpitan


di antara kata-kata bernafsu yang desak-mendesak

di kain rentang yang ditiup angin,

yang diikat di antara batang pohon

dan tiang listrik itu; kita tergencet di sela-sela


huruf-huruf kaku yang tindih menindih

di kain rentang yang berjuntai di perempatan jalan

yang tanpa lampu kemudian lintas itu. Telah semenjak lama

rupanya kita suka membayangkan diri kita


menjelma kain rentang koyak-moyak itu, sebisanya

bertahan terhadap hujan, angin, panas, dan dingin.


*Sumber: Sapardi Djoko Damono, Melipat Jarak, hlm 31.


Contoh Puisi 3 (Pola 4-4-4-2):


Sonet: Kau Bertanya Apa*

Karya: Sapardi Djoko Damono


untuk Wing Kardjo


 


Kau bertanya apa masih ada harapan. Mungkin masih,

di luar kata. Di dalam kata terdengar, tak putus-putusnya

suara orang berkhotbah, berceramah, dan berselisih.

Sementara kita mengemis, mencuri, berebut jatah,


menjarah, atau menjadi gila; sementara kita menyaksikan

rumah-rumah terbakar, jaringan telepon putus,

pohon-pohon tumbang–di dalam kata masih saja

setiap huruf dipertanyakan asal-usulnya, setiap desis


diusut keterlibatan maknanya. Kono, dulu,

di dalam kata pernah terdengar desau gerimis kecil,

cericit bawah umur burung, siut daun jatuh,

dan langkah kabut pagi. Konon, dulu, pernah terdengar kata


saling berbisik. Kau bertanya apa masih ada harapan.

Ada yang menunggu kita di luar kata, mudah-mudahan.


*Sumber: Ibid, hlm 35.


Contoh 4 (pola 1 bait berisi 14 baris sekaligus):


Sonet: X*

Karya: Sapardi Djoko Damono


siapa menggores di langit biru

siapa meretas di awan lalu

siapa mengkristal di kabut itu

siapa mengertap di bunga layu

siapa cerna di warna ungu

siapa bernafas di detak waktu

siapa berkelebat setiap kubuka pintu

siapa mencair di bawah pandangku

siapa terucap di celah kata-kataku

siapa mengaduh di bayang-bayang sepiku

siapa tiba menjemputku berburu

siapa tiba-tiba menyibak cadarku

siapa meledak dalam diriku

: siapa Aku


(1968)


*Sumber: Sapardi Djoko Damono, Hujan Bulan Juni, hlm 33.


Demikianlah beberapa pola puisi soneta dalam bahasa Indonesia. Jika pembaca ingin mengetahui pola jenis-jenis puisi baru menurut bentuk lainnya, maka pembaca dapat membuka artikel contoh puisi distikon, contoh puisi terzina, contoh puisi quatrain, contoh puisi quint, dan contoh puisi sektet. Semoga bermanfaat untuk para pembaca sekalian. Terima kasih.



Sumber https://dosenbahasa.com