Showing posts with label Komunikasi Jurnalistik Bab 23 Pengantar Ilmu Jurnalistik. Show all posts
Showing posts with label Komunikasi Jurnalistik Bab 23 Pengantar Ilmu Jurnalistik. Show all posts

Sunday, July 9, 2017

√ Mengenal Pekerjaan Jurnalistik

Pekerjaan Jurnalistik Momok yang Menakutkan ? Ternyata Tidak Selamanya Demikian


Najwa Shihab pernah menyampaikan bila “menjadi jurnalis itu hanya orang-orang yang punya mental sekuat baja saja.” Pernyataan Najwa Shihab memang benar adanya.


Menjadi orang yang bergelut di dunia jurnalistik memang harus memiliki mental yang kuat. Apalagi profesi ini identik dengan kerja rodi. Pernah dengar kan seorang jurnalis rela tak pulang kampung ke kampung halamannya hanya alasannya yaitu harus mengembang kiprah buat liputan arus pulang kampung ? Tak hanya jam kerja rodi saja yang jadi momok menakutkan.


Beberapa hal-hal negatif lain di benak orang-orang yaitu honor rendah, dan kerja berisiko tinggi jadi sesuatu yang mafhum orang-orang pahami. Kendati pekerjaan jurnalis kelihatan begitu menyeramkan (baca juga: macam-macam berita).


Nyatanya sebagai orang ada yang bercita-cita ingin jadi jurnalis lho. Mereka yang kepingin jadi jurnalis ternyata alasannya yaitu pekerjaan ini juga banyak asyiknya. Apa sajakah hal-hal asyik pada pekerjaan jurnalistik ? Berikut Siswapedia paparkan.


1. Seorang Jurnalis Punya Banyak Pengetahuan yang Luas.


Seorang jurnalis biasanya mendapat kiprah dari seorang redaktur untuk meliput banyak sekali isu dengan ragam desk (tema berita). Penetapan desk tiap 6 bulan sekali biasanya akan di rolling.


Seorang jurnalis yang tadinya berada di desk kriminal misalnya, maka 6 bulan setelahnya ia akan di rolling ke desk lain, contohnya desk ekonomi, maupun desk politik. Demikian menyerupai dikutip dalam buku Jurnalistik Media Cetak, Rudy Haryanto. Adanya sistem rolling ini terang menciptakan pengetahuan seorang jurnalis menjadi semakin luas.


Pekerjaan Jurnalistik Momok yang Menakutkan  √ Mengenal Pekerjaan Jurnalistik

Gambar. Ilustrasi seorang jurnalis yang selalu siap menuju tempat sebuah kejadian penting terjadi (sumber: Siswapedia.com)


2. Bertemu dengan Orang yang Terkenal, Artis Hingga Pejabat Publik Papan Atas.


Seorang jurnalis sanggup masuk istana negara untuk mewawancarai menteri atau bahkan presiden hanya dengan modal ID Card, dan surat rekomendasi dari Pemimpin Redaksi. Demikian juga gampang sekali untuk bertemu denan artis top ibukota. Jika kebetulan artis yang diwawancarai itu artis idolamu. Ini terang sesuatu yang membanggakan bagi kalian.


3. Seorang Jurnalis Bisa Berlibur Gratis, Diberi Uang Tips, Hingga Ditraktir Makan.


Beberapa artis yang “nakal” kadang memanfaatkan seorang jurnalis untuk meliput dirinya biar tidak karam di mata publik. Artis tersebut biasanya tak segan untuk memberi uang tips pada kalian.


Jika kebetulan kalian meliput isu di luar negeri. Saat kalian berangkat kesana juga diakomodasikan oleh pihak Redaktur. Ini tentu jadi peluang liburan, sambil kerja. Lebih lezat lagi bila kalian jadi jurnalis di desk kuliner. Bisa jadi kalian akan mendapat proposal kuliner gratis dari rumah makan, atau restoran yang kalian liput.


4. Jurnalis Itu Penyambung Lidah Masyarakat.


Soekarno pernah menggelari dirinya sebagai Penyambung Lidah Rakyat. Kalian yang ingin memalsukan langkahnya tidak perlu menjadi Soekarno. Tapi kalian cukup menjadi jurnalis saja.


Yah, jurnalis itu sanggup disebut sebagai penyambung pengecap masyarakat. Kok sanggup ? Ya alasannya yaitu kalian sanggup meliput di suatu tempat yang kelaparan, harus menyeberang sungai deras tanpa jembatan, maupun liputan infrastruktur listrik yang belum merata.


Ketika kalian meliput yang demikian. Maka liputan tersebut menjadi pengharapan bagi masyarakat yang kalian liput biar segera mendapat dukungan dari pemerintah. Makara disitulah letak jurnalis sebagai penyambung pengecap rakyat.


5. Sangat Berpotensi Makara Orang Terkenal.


Najwa Shihab, dan Karni Ilyas yaitu salah satu pola seorang mantan jurnalis yang kini menjadi terkenal. Pekerjaan jurnalis sanggup menjadi kerikil loncatan kalian untuk meniti karir sebagai news achor entertaint yang jauh lebih bersahabat dengan masyarakat.


Jadi para pembaca Siswapedia jangan pesimis dulu ya bila mau bekerja sebagai jurnalis. Nyatanya pekerjaan jurnalis asyik kok. Asyiknya menyerupai yang sudah di jelaskan di atas.



Sumber https://www.siswapedia.com

Friday, July 7, 2017

√ Keistimewaan Seorang Jurnalis Yang Tidak Sanggup Diganggu Gugat

Wow, Inilah Keistimewaan Seorang Jurnalis yang Tidak Dapat Diganggu Gugat


Banyak orang bilang pekerjaan jurnalistik itu mempunyai sejumlah keistimewaan. Kalian niscaya tahu kan ya, kalau Pemerintah Republik Indonesia telah “menekan” undang-undang yang melindungi pekerjaan ini semenjak tahun 1999. Dalam implementasi undang-undang tersebut. Seorang jurnalistik ternyata tidak sanggup diganggu gugat ketika melaksanakan peliputan.


Jurnalis seperti mempunyai keistimewaan dibanding pekerjaan lainya. Beberapa keistimewaan pekerja jurnalis Siswapedia akan memaparkannya sebagai berikut.


1. Jurnalistik Tidak Boleh Dibunuh Pada Saat Meliput Perang


Walaupun perang sedang berkecamuk antara Amerika Serikat melawan Rusia misalnya. Saat ada jurnalistik dari Rusia yang meliput persembunyian tentara Amerika, pihak tentara tidak boleh membunuh jurnalistik asal Rusia yang sedang meliput dirinya. Walaupun jurnalis tersebut berasal dari negara yang diperanginya sekali pun.


Jika Amerika Serikat berani membunuh jurnalis asal Rusia tersebut. Maka tentara tersebut akan mendapatkan eksekusi internasional dari PBB (baca juga: mengenal pekerjaan jurnalistik).


Bahkan lebih lanjut, sanggup dipidanakan dengan pasal kejahatan perang. Demikian ibarat dikutip dalam buku Peranan Pers, dan Kode Etik Jurnalistik, Agus Moelyanto.


 Inilah Keistimewaan Seorang Jurnalis yang Tidak Dapat Diganggu Gugat √ Keistimewaan Seorang Jurnalis Yang Tidak Dapat Diganggu Gugat

Gambar. Ilustrasi seorang jurnalis ketika sedang mencari informasi di lapangan (sumber: siswapedia.com)


2. Jurnalis Tidak Boleh Disuap dengan Uang, atau Barang Lainya


Kadang ada lho artis yang sengaja mengundang jurnalis supaya dirinya diliput media, kemudian berharap tetap eksis dari acara peliputannya itu.


Wartawan yang menerima pesanan tersebut dari artis harus melaporkannya ke pihak redaktur. Jika jurnalis menyanggupi usul dari si artis tanpa konfirmasi dulu dengan redaktur, sekaligus diberi uang oleh artis tersebut. Maka ancamannya sanggup pribadi dipecat.


Kode etik jurnalistik memang mengharuskan seorang jurnalis tidak boleh mendapatkan suap. Hal ini harus dipatuhi oleh seorang jurnalis semoga tetap independen.


3. Jurnalis Tidak Boleh Di Intimidasi


Walaupun seorang jurnalis meliput dugaan korupsi yang dilakukan oleh anggota polisi sekalipun. Jurnalis tidak boleh di intimidasi.


Jurnalis akan dilindungi dengan Undang-Undang Nomor 3 tahun 2008 yang membolehkan seorang jurnalis boleh meliput gosip apapun. Kendati jurnalis di lindungi dengan UU tersebut.


Kadang ada juga jurnalis yang menerima perlakuan intimidasi. Jika seorang jurnalis menerima intimidasi, forum Persatuan Wartawan Indonesia biasanya akan membantu penegakan hukum.


4. Jurnalis Tidak Ditilang Oleh Polisi


Jarang ada yang tahu kalau seorang jurnalis ternyata tidak ditilang polisi. Bahkan pengalaman tidak ditilang polisi pernah dirasakan oleh penulis.


Saat itu saya dilarang untuk menujukan surat-surat berkendara. Naas yang saya bawa hanya STNK saja. Pikiranku ketika itu niscaya akan mendapatkan tilang.


Eh ketika ia lihat kartu pers yang saya miliki, polisi tersebut mempersilahkan saya jalan begitu saja. Kendati tidak tertulis dalam ketentuan umum. Seorang jurnalis memang kadang diberi keistimewaan oleh polisi tidak terkena tilang.


Hal ini barangkali alasannya yakni profesi jurnalistik mengharuskan kecepatan dalam peliputan. Makara ada keistimewaan bebas tilang. Hanya saja tak sedikit jurnalis yang terkena tilang ketika tidak bawa kelengkapan kendaraan.


5. Diberi Kemudahan Menembus Birokrasi


Profesi jurnalistik mempunyai fasilitas dalam menembus birokrasi yang cukup rumit. Pada jenis instansi yang berada pada naungan Pemerintah Daerah. Seorang jurnalis tidak perlu harus mengurus kelengkapan manajemen untuk melaksanakan peliputan.


Jurnalis sanggup pribadi “nylonong” saja masuk ke kantor pemerintahan jikalau sifat gosip yang diliput yakni jenis gosip yang sifatnya straigh news (berita langsung). Contoh gosip pribadi contohnya ketika anggota DPRD terkena skandal penggelapan dana sosial.


Dalam buku berjudul Jurnalisme Modern karya Saidul, keistimewaan ini bertujuan semoga tidak ada kesalahan yang disembunyikan dari pihak instansi. Makara ketika peliputan perkara yang ibarat ini, seorang jurnalis tidak perlu ribet mengurus administrasi.



Sumber https://www.siswapedia.com

Thursday, July 6, 2017

√ Jenis Goresan Pena Jurnalistik Dan Fungsinya

Jenis Tulisan Jurnalistik dan Fungsinya


Siswapedia.com – Menulis bukanlah acara yang gampang dilakukan oleh semua orang. Menulis butuh ketrampilan ekstra yang dipelajari secara sistematis.


Praktik menjadi kunci utama, semakin mahir atau tidaknya kemampuan menulis. Dalam semua ragam tulis yang terdapat pada semua jurnalistik, penguasaan teknik-teknik jurnalistik mutlak hukumnya diikuti.


Untuk itu, lewat artikel ini akan dibahas fungsi, dan bentuk-bentuk goresan pena jurnalistik, dan teknik gaya kepenulisan. Gaya kepenulisan bisa disesuaikan, tergantung dengan situasi dan kondisi.


Jenis Tulisan Berdasarkan Fungsinya


Dalam buku Jurnalisme Modern karya Saidul. Jurnalistik dibedakan menjadi beberapa ragam fungsi, dan terdapat lima tulisan. Beberapa fungsi, dan tulisannya sebagai berikut.


Pertama, jenis goresan pena pertama yakni jenis goresan pena narasi. Jenis goresan pena ini memaparkan kejadian secara runut, sistematis, dan naratif. Jenis goresan pena naratif umumnya dalam bentuk uraian dongeng dari awal hingga akhir.


Contoh : Saat para demonstran tidak sanggup menemui presiden, para demonstran kemudian kembali pulang ke rumah masing-masing.


 Menulis bukanlah acara yang gampang dilakukan oleh semua orang √ Jenis Tulisan Jurnalistik dan Fungsinya

Gambar. Ilustrasi seorang jurnalis harus siap terjun ke lapangan guna mencari informasi yang bermanfaat (foto: Siswapedia.com)


Kedua, jenis goresan pena kedua yaitu jenis goresan pena deskripsi. Tulisan ini menekankan pada penggambaran sebuah kejadian yang melibatkan 4 indra ( mata, telinga, hidung, kulit).


Contoh : Terlihat ibarat vampir yang kekurangan darah, para pegawanegeri menembaki demonstran yang memasuki istana negara.


Ketiga, jenis goresan pena yang ketiga yaitu jenis goresan pena eksposisi. Jenis goresan pena ini digunakan untuk mengungkapkan gagasan penulis secara menyeluruh. Bisa berisi sindiran, maupun dukungan. Pembaca dibutuhkan bisa menyetujui gagasan penulis.


Contoh : Lutfi Aminuddin yang ikut serta dalam demonstrasi meminta kenaikan upah, selama ini bekerja selama 10 jam. Kendati ia bekerja selama itu, honor Lutfi tidak sanggup mencukupi kebutuhannya. Tapi anehnya, kisah-kisah ibarat ini luput dari pemberitaan media masa.


Keempat, jenis goresan pena keempat yaitu goresan pena argumentasi. Jenis goresan pena ini hampir ibarat dengan jenis goresan pena eksposisi. Hanya saja jenis goresan pena argumentasi ada kekhususannya.


Kekhususan jenis goresan pena argumentasi terletak pada kontenya yang mengandung perdebatan, subyektifitas, dan penuh pertentangan. Jenis goresan pena ini dicipta untuk menanggapi argumen orang lain.


Contoh: Dugaan penyelewengan dana E-KTP yang dialamatkan ke Lutfi Aminuddin tidak pernah ada bukti kuatnya.


Kelima, jenis tulis yang kelima merupakan refleksi, atau renungan. Beberapa jago jurnalistik lain menyebutkan jenis goresan pena ini disebut sebagai goresan pena views.


Jenis goresan pena refleksi bertujuan biar pembaca dan merenungkan apa yang ditulis oleh penulisnya. Tulisan refleksi dibutuhkan sanggup mengunggah rasa kesadaran masyarakat terhadap momentum tertentu.


Dengan begitu, seorang penulis harus sudah tahu arah mana konten yang ia akan sampaikan. Pembaca harus mengetahui makna goresan pena tersebut.


Contoh : 30 September yakni kejadian memilukan, kejadian dimana terjadi pemberontakan G30S. Sebuah momentum yang mengingatkan kita akan ancaman partai PKI. Perjuangan merajut keutuhan NKRI itu harus dibayar dengan nyawa 12 jendral. Kematian jendral Gatot Subroto yang tragis tidak sanggup dilupakan, tapi cambuk bagi keutuhan NKRI menjadi usaha yang harus dikukuhkan. Rakyat Indonesia harus tetap waspada, terhadap upaya makar yang dilakukan oleh para gerakan ekstrimis yang sanggup mengancam kedaulatan Republik Indonesia.


Demikian jenis goresan pena yang terdapat dari produk jurnalistik. Jenis goresan pena ini tidak semuanya sanggup digunakan dalam media masa.


Beberapa isu yang sifatnya straight news, jenis goresan pena argumentasi dihentikan masuk dalam penulisan isu jenis straight news. Melainkan harus memakai jenis goresan pena eksposisi. Hal ini bertujuan untuk menetralkan muatan beritanya dari kepentingan tertentu.



Sumber https://www.siswapedia.com

√ Struktur Kepenulisan Dalam Goresan Pena Jurnalistik

Struktur Kepenulisan Dalam Tulisan Jurnalistik


Siswapedia.com – Layaknya jenis goresan pena akademis, maupun goresan pena jurnal yang mempunyai struktur. Produk goresan pena jurnalistik juga demikian.


Tulisan jurnalistik mempunyai struktur. Struktur ini sanggup dibedah dengan beberapa analisa khusus. Jika pada goresan pena kemarin kita membahas Jenis Tulisan Jurnalistik, dan Fungsinya. Maka pada kesempatan kali ini akan dibahas struktur goresan pena produk jurnalistik. Berikut strukturnya.


Struktur Tulisan Jurnalistik


Sebagaimana yang dirangkum dalam buku berjudul Penyuntingan Jurnalistik, karya Ade Husnul. Struktur goresan pena jurnalistik terdapat 3 pecahan pokok. 3 pecahan pokok ini saling berkesinambungan satu sama lain.


Ketiganya tidak sanggup dipisahkan sebab satu kesatuan. Ketiga pecahan struktur goresan pena jurnalistik tersebut juga harus sistematis tata urutannya. Tidak boleh dibalik, atau diubah strukturnya. Berikut lebih terang struktur goresan pena jurnalistik.


Pertama, pecahan pertama dalam struktur kepenulisan jurnalistik adalah lead. Dalam pengertian yang lebih umum. Lead ini disebut pula sebagai pendahuluan, paragraf pembuka, dan inspirasi pokok.


Struktur Kepenulisan Dalam Tulisan Jurnalistik √ Struktur Kepenulisan Dalam Tulisan Jurnalistik

Gambar ilustrasi. Seorang jurnalis harus selalu membawa kamera untuk mengabadikan sebuah momen menarik (Foto: siswapedia.com)


Jadi lead ini merupakan kalimat yang membuka suatu pokok problem pada goresan pena yang akan dibahas. Secara teknikal, lead ini tidak disarankan ditulis dengan kalimat yang terlalu panjang.


Kalimat pada lead maksimal ditulis sebanyak 100 kata. Kalimat pada lead juga tak boleh eksklusif menuliskan pokok permasalahan yang akan di bahas.


Kalimat lead hanya boleh dituliskan untuk menjadi “gerbang”, atau orientation (pengenalan) terhadap gagasan yang akan disampaikan.


Pasa pecahan lead, penulis harus memberlakukan beberapa batasan. Beberapa batasan ini dihentikan dibahas terlalu melebar.


Sehingga pecahan lead dibutuhkan hanya bertujuan untuk menciptakan pembacanya ingin tau saja, tapi untuk kontenya menyerupai apa jangan disampaikan di pecahan lead.


Kedua, pecahan kedua dari struktur penulisan jurnalistik adalah pecahan core. Beberapa andal dibidang jurnalistik menyebutnya pecahan ini sebagai pecahan inti, pecahan isi, maupun pecahan permasalahan yang dibahas.


Bagian inti disebut juga sebagai kalimat pemaparan yang menjadi pokok bahasan utamanya. Pada pecahan ini, penulis harus menjelaskan pengembangan ihwal yang berasal dari lead.


Penulisan kalimat pada pecahan inti harus ditulis secara sistematis, dialektis, serta runut sesuai dengan alurnya. Saat menguraikan pokok pikiran yang dibahas, penulis juga harus menciptakan kalimat yang dialektis.


Pada kalimat inti ditulis maksimal hingga 300 kata. Tapi beberapa bentuk goresan pena jurnalistik boleh lebih dari jumlah tersebut. Tapi sangat jarang.


Pada pecahan inti. Penulis sanggup memasukkan data wawancara dengan narasumber yang ia dapatkan di lapangan. Hanya saja pada pecahan isi, sebaiknya jangan terlalu melebar pembahasannya ke penyelesaian konflik.


Penyelesaian konflik yang dibahas pada pecahan inti tidak efektif. Dan malah akan menciptakan goresan pena jurnalistik tersebut kurang sistematis. Cara penulisan yang menyerupai ini sering digunakan pada gaya menulis di Kompas, Solopos, dan Tempo.


Ketiga, pecahan ketiga dari struktur kepenulisan dari jurnalistik adalah punch. Beberapa andal dibidang jurnalistik menyebutkan struktur ini sebagai penutup.


Bagian epilog merupakan pecahan paling simpulan dalam goresan pena jurnalistik. Pada pecahan ini, penulis sanggup memberikan, sugestion (saran), critical (kritik), persuade (masukan) terhadap uraian permasalahan yang sebelumnya telah disampaikan pada pecahan inti.


Terdapat dua cara untuk menciptakan struktur penutup. Pertama, cara yang pertama adalah memakai epilog model terbuka. Yaitu dengan memberi kemungkinan pada pembaca untuk menyimpulkan kesimpulannya sendiri, atau interpretasi dikembalikan sepenuhnya kepada pembaca.


Kedua, cara yang kedua adalah memakai epilog yang bersifat tertutup. Untuk membuatnya, penulis menciptakan uraian kalimat dengan menyimpulkan secara sendiri. Makara pembaca tidak diberi kesempatan untuk menarik sebuah kesimpulan.


Demikian klarifikasi singkat mengenai struktur dalam kepenulisan goresan pena jurnalistik. Sekarang kalian sanggup praktikan cara-cara tersebut.



Sumber https://www.siswapedia.com

Wednesday, July 5, 2017

√ Inilah Ruang Lingkup Jurnalistik

Inilah Ruang Lingkup Jurnalistik, Yang Masih Awam di Dunia Jurnalistik Wajib Tau


Setiap jurnalis harus memahami dengan baik teknik-teknik ke penguasaan dalam jurnalistik. Ke penguasaan ini mutlak hukumnya semoga ketika memproduksi goresan pena jurnalistik bisa berkualitas. Penguasaan akan teori-teori dalam jurnalistik juga akan mempermudah seorang jurnalis dalam menyajikan data beritanya.


Wartawan isu yang punya kemampuan master memang bukan hanya wartawan yang jago nulis saja. Tapi wartawan yang sudah berada pada tingkat master niscaya akan memahami teknik-teknik dalam jurnalistik.


Selain itu, wartawan yang sudah berada pada tingkat master juga akan memahami dengan baik tata aturan yang tak boleh dilanggar oleh wartawan. Wartawan terikat aba-aba etik, sehingga wartawan juga harus menyuguhkan isu yang netral.


Jika wartawan banyak menerima komplain dari pembaca, redaktur, maupun pemimpin redaksi. Maka wartawan tersebut belum begitu profesional. Kemampuannya dalam menghasilkan produk jurnalistik perlu di latih.


Nah, bagi teman Siswapedia yang masih awam banget di dunia jurnalistik itu menyerupai apa. Lewat artikel yang dipaparkan oleh Siswapedia kali ini akan membahas apa saja ruang lingkup dari jurnalistik. Lebih lanjut eksklusif simak saja.


Ruang Lingkup Dasar Jurnalistik


Kajian ilmu jurnalistik membagi beberapa ruang lingkup khusus yang harus dipelajari oleh para wartawan. Beberapa ruang lingkup dalam study jurnalistik sebagai berikut.


Pertama, ruang lingkup yang pertama pada kajian ilmu jurnalistik yaitu ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan berada pada urutan pertama alasannya yaitu untuk menciptakan produk jurnalistik diharapkan wawasan ihwal berkaitan dengan ilmu pengetahuan yang sangat luas.


 Yang Masih Awam di Dunia Jurnalistik Wajib Tau √ Inilah Ruang Lingkup Jurnalistik

Gambar. Ilustrasi seorang wartawan profesional harus memahami insiden dan peninggalan sejarah (Foto: siswapedia.com)


Produk jurnalistik mempunyai wawasan ilmu pengetahuan yang luas alasannya yaitu dalam jurnalistik terdapat beberapa desk dari semua rumpun ilmu. Oleh katenya, maka di surat kabar, majalah, koran, maupun portal online akan kita temukan beberapa desk yang jauh dari ilmu jurnalistik sendiri. Misalnya saja isu ekonomi, isu sains, isu agama, maupun isu kesehatan.


Adanya aneka desk dari beberapa rumpun keilmuan inilah yang menciptakan seorang wartawan harus paham ihwal wawasan, dan pengetahuan yang memadai. Makara wawasan, atau pengetahuan jadi basis utama dalam proses pembuatan karya jurnalistik.


Kedua, sesudah ke pemahaman, dan ilmu pengetahuan sudah di dapatkan oleh para jurnalis. Maka ruang lingkup dalam dunia jurnalistik yang harus ada yaitu keahlian, atau ketrampilan dalam menciptakan produk jurnalistik.


Keahlian, dan keterampilan bekerjasama dengan teknik. Makara ruang lingkup keahlian dan keterampilan bisa diuraikan lagi menjadi ke beberapa rumusan.


Salah satu rujukan keterampilan dalam jurnalistik yaitu kemampuan untuk menentukan diksi terkenal dalam proses pembuatan berita. Keterampilan dalam jurnalistik juga bekerjasama dengan ke penguasaan akan bahasa asing, maupun tata bahasa.


Jadi seorang jurnalis mempunyai ruang lingkup untuk mempelajari ilmu-ilmu sosial lainya, sebagai pendukung skill kemampuan menulis produk jurnalistik yang bagus.


Ketiga, ruang lingkup yang ketika pada dunia jurnalistik yaitu sikap, atau yang kerap kali disebut sebagai attitude. Menurut buku berjudul Reka Bentuk Media Cetak karya, Enjang Muhaemin disitu disebutkan bahwa sikap seorang wartawan harus memberi teladan yang baik bagi masyarakat.


Wartawan yaitu insan independen, yang mempunyai peranan untuk memberikan keluh kesahnya kepada publik. Dalam hal ini, wartawan yaitu penyambung lidahnya masyarakat.


Sedangkan secara kelembagaan, penegakan sikap wartawan yang harus menujukan sikap baik ke orang-orang tertuang dalam Undang – Undang nomor 40/1999.


Dalam undang-undang tersebut, terdapat seperangkat aturan yang dilarang dilanggar wartawan. Makara ketika wartawan bekerja, wartawan terikat dengan aturan-aturan baku yang dilarang dilanggar oleh para anggotanya. Demikianlah ruang lingkup yang ada pada aktivitas jurnalistik.



Sumber https://www.siswapedia.com

Friday, June 30, 2017

√ Pengertian Pers, Falsafah Pers Dan Fungsi Pers

Pada pembahasan terkait pengantar ilmu jurnalistik ini ada tiga hal yang akan kita bahas di halaman ini yaitu pengertian pers, falsafah pers dan fungsi pers.


A. Pengertian Pers

Apa yang dimaksud dengan pers ? Pers berasal dari perkataan Belanda “pers” yang artinya menekan, atau mengepres. Kata pers merupakan padanan dari kata press dalam bahasa Inggris yang juga berarti menekan, atau mengepres.


Jadi secara harfiah, kata pers atau press mengacu pada pengertian komunikasi yang dilakukan dengan mediator barang cetakan. Tetapi sekarang, kata pers atau press ini dipakai untuk merujuk semua acara jurnalistik, terutama acara yang berafiliasi dengan menghimpun berita, baik oleh wartawan elektronik, maupun wartawan media cetak.


Pada pembahasan terkait pengantar ilmu jurnalistik ini ada tiga hal yang akan kita bahas d √ Pengertian Pers, Falsafah Pers dan Fungsi Pers

Gambar ilustrasi. Seorang wartawan harus siap melaksanakan perjalanan jauh guna mencari informasi (Foto: Siswapedia.com)


Berdasarkan uraian di atas, ada dua pengertian mengenai pers, yaitu pers dalam arti kata sempit, dan pers dalam arti kata luas. Pers dalam arti kata sempit yaitu menyangkut acara komunikasi yang hanya dilakukan dengan mediator barang cetakan.


Sedangkan pers dalam arti luas yaitu menyangkut acara komunikasi baik yang dilakukan melalui media cetak, maupun dengan media elektronik ibarat radio, dan televisi.


B. Falsafah Pers


Seperti juga negara yang mempunyai sebuah falsafah, pers pun demikian mempunyai falsafahnya sendiri. Falsafah, atau dalam bahasa Inggrisnya disebut sebagai philosophy salah satu artinya yaitu tata nilai, atau seperangkat nilai yang dijadikan sebagai pedoman.


Falsafah pers disusun menurut sistem politik yang dianut oleh masyarakat di mana pers bersangkutan berdiri. Makanya falsafah pers di setiap kawasan niscaya berbeda-beda.


Falsafah yang dianut bangsa Amerika yang liberalistis tentu saja berlainan dengan falsafah pers Cina, dan Rusia yang bersifat komunis. Sedangkan falsafah pers yang dianut oleh Indonesia yaitu falsafah demokratis.


Dalam membicarakan falsafah pers, terdapat sebuah buku klasik berjudul Four Theorues of The Presa ( Empat Teori perihal Pers) karya Siebert Peterson. Di dalam buku ini, Siebert membagi beberapa perkembangan pers menjadi empat bagian.


Keempat bab tersebut yaitu Authoritarian Theory, Libertarian Theory, Social Responsibilty Theory, dan yang terakhir the Soviet Comunist Theory. Keempat teori tersebut kemudian menjadi basis falsafah media-media pers yang ada di dunia.


C. Fungsi Pers


Tugas, dan fungsi pers ialah untuk mewujudkan keinginan, dan tujuan masyarakat melalui medianya. Baik melalui media cetak, maupun media elektronik ibarat radio, televisi, dan internet.


Tetapi, kiprah dan fungsi pers tidak hanya ibarat itu saja, melainkan mempunyai kiprah lain yang tak kalah luasnya. Seperti dikutip dalam buku Jurnalistik, Teori dan Praktik, Muhammad Budyanta menyebutkan fungsi dari pers dijelaskan sebagai berikut.


Pertama, fungsi dari pers yaitu memberi informasi, atau berita kepada khalayak ramai. Pers menghimpun gosip yang dianggap berkhasiat dan penting bagi orang banyak.


Kedua, fungsi kedua yaitu pers harus memberitakan apa yang berjalan baik, dan tidak berjalan baik di dalam kehidupan sosial masyarakat. Artinya baik itu gosip menggembirakan, atau gosip jelek tetap harus dipublikasikan.


Ketiga, fungsi ketiga dari pers yaitu memperlihatkan interpretasi, dan bimbingan. Pers harus menceritakan kepada masyarakat perihal arti suatu kejadian.


Keempat, fungsi pers yang keempat yaitu fungsi menghibur. Pers harus menyuguhkan produk-produk jurnalisme yang menghibur bagi audiensnya.


Kelima, pers harus melayani sistem ekonomi bagi keberlangsungan kemakmuran masyarakat. Baik itu melalui iklan, maupun melalui pelatihan-pelatihan perjuangan mirkro-makro.


Dengan memakai iklan misalnya, maka penawaran akan berjalan dari tangan ke tangan. Serta barang produksi dari masyarakat pun sanggup di promosikan oleh pers.


Keenam, fungsi keenam ialah fungsi swadaya. Artinya, sumber keuangan dari pers harus bangkit sendiri, atau didapat dari pendanaan swadaya.


Hal ini bertujuan supaya sanggup menghindari adanya pihak-pihak yang sanggup mengontrol pers tersebut dengan uang hanya untuk kepentingan dirinya. Dengan demikian, pers harus mencari sumber pendanaannya secara mandiri, yang bebas dari intervensi pihak luar.



Sumber https://www.siswapedia.com

√ Sejarah Jurnalistik

Bagaimana perkembangan sejarah jurnalistik ?


Ini pertanyaan menarik yang akan kita bahas terkait pengantar ilmu jurnalistik ini.


Jurnalistik, atau jurnalisme berasal dari perkataan journal, yang artinya catatan harian, atau catatan mengenai insiden sehari-hari. Jurnalisme pula sering disebut sebagai surat kabar.


Jurnal berasal dari bahasa Latin diurnalis, artinya harian atau tiap hari. Dari perkataan itulah lahir kata jurnalis. Jurnalis adalah orang yang melaksanakan pekerjaan jurnalistik demikian menyerupai yang dikutip dalam buku Jurnalisme Kontemporer, Zainal Bakri.


Bagaimana perkembangan sejarah jurnalistik  √ Sejarah Jurnalistik

Gambar. Penemuan mesin cetak menciptakan harga koran menjadi lebih murah (Foto: Shigit)


Sedangkan berdasarkan MacDougall, ia menyebutkan bahwa jurnalisme merupakan acara menghimpun berita, mencari fakta, dan melaporkan peristiwa. Jurnalisme sangat penting di mana pun dan kapan pun.


Jurnalisme sangat diharapkan dalam suatu negara demokratis. Tak peduli apa pun perubahan-perubahan yang terjadi di masa depan. Baik sosial, ekonomi, politik maupun yang lain-lain, jurnalistik harus tetap ada.


Sejarah jurnalistik sudah dimulai semenjak tiga ribu tahun yang lalu, lewat Firaun di Mesir, alias raja Amenhotep III, mengirimkan ratusan pesan kepada para perwiranya di provinsi-provinsi untuk memberitahukan apa yang terjadi di ibukota.


Di Roma, 2.000 tahun yang kemudian Acta Diurna (surat kabar) sudah di tempelkan pada tempat-tempat umum. Selama Abad Pertengahan di Eropa, siaran informasi yang ditulis tangan merupakan media informasi yang penting bagi para usahawan.


Kendati jurnalisme sudah dimulai dari zaman Firaun, lebih tepatnya ketika Amenhotep III memimpin. Tapi jurnalisme itu sendiri gres benar-benar muncul ketika huruf-huruf lepas untuk percetakan mulai dipakai di Eropa pada tahun 1609.


Surat kabar pertama yang terbit di Eropa secara teratur diterbitkan pertama kali di Jerman, penerbit yang memproduksi tulisan-tulisan jurnalisme berjulukan Frankfurter Journal. Baru setelahnya muncul surat kabar tersebut, kemudian muncul surat kabar lainya di negara-negara Eropa.


Secara berturut-turut. Surat kabar di Belanda muncul pada tahun 1618, dan diikuti Prancis pada tahun 1620. Dari ketiga negara yang bisa memproduksi surat kabar tersebut.


Surat kabar yang paling banyak menerbitkan goresan pena adalah dari surat kabar Frankfurter, Jerman. Tercatat, setiap harinya surat kabar Frankfurter bisa menerbitkan lebih dari 1.500 eksemplar sekali terbit. Hanya saja pada zaman ini surat kabarnya tidak dirilis secara harian.


Melainkan hanya dirilis setiap satu ahad saja. Makara jikalau di samakkan pada zaman sekarang, menyerupai mirip pada majalah.


Baru pada tahun 1650 diterbitkanlah sebuah surat kabar yang memuat berita, dan tulisan-tulisan jurnalistik lain secara harian. Salah satu yang tercatat pertama kali menerbitkan goresan pena jurnalistik setiap harinya adalah surat kabar Einkommende Zeitung di Leipzing, Jerman.


Tak kalah dengan surat kabar Einkommende Zeitung asal Jerman. Inggris kemudian juga ikut-ikutan merilis surat kabar harian berjulukan Daily Courant yang bermarkas di London pada tahun 1702. Demikian menyerupai dikutip dalam buku Jurnalistik Teori, dan Praktik, Muhammad Budyatna.


Penemuan Mesin Cetak Membuat Harga Surat Kabar Menjadi Lebih Murah


Ketika orang-orang kemudian rutin membeli surat kabar. Harga sebuah surat kabar kemudian menjadi murah.


Apalagi pada tahun-tahun berikutnya mulai di temukan mesin cetak. Mesin cetak ini menggantikan teknik penulisan pada surat kabar yang pada awalnya masih memakai goresan pena tangan.


Bersamaan dengan inovasi mesin cetak di Jerman, kemudian harga sebuah surat kabar menjadi sangat murah. Bahkan ketika itu harganya tidak lebih dari setengah harga semula.


Pada tahun 1883, sebuah surat kabar di kota New York City berhasil menerbitkan sebuah surat kabar berharga murah. Surat kabar tersebut dinamai dengan nama Penny Newspaper.


Uniknya, satu ekslempar surat kabar ini hanya dihargai dengan uang satu peny saja. Inilah awal mula produk jurnalisme mulai dikomersilkan dengan harga murah.


Jurnalisme kini telah tumbuh jauh melampaui surat kabar pada awal kelahirannya. Kalau di masa sekarang, produk jurnalistik sudah bisa ditemui pada media online. Termasuk pada situs Siswapedia ini.



Sumber https://www.siswapedia.com